Dongkrak Kinerja Emiten, Holding BUMN Menarik Investor
A
A
A
JAKARTA - Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mencakup beberapa sektor meliputi energi, keuangan, pertambangan, farmasi, infrastruktur, perdagangan, dan perkebunan dinilai oleh Reliance Securities akan menarik buat investor. Diterangkan kinerja beberapa perusahaan terbuka atau emiten yang masuk dalam holding BUMN diperkirakan bisa terdorong.
"Menarik, di mana pasti beberapa emiten BUMN yang kinerjanya kurang sebelumnya bisa dapat bantuan dari induknya. Apalagi dari segi perbankan," jelas Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi saat dihubungi di Jakarta, Senin (18/4/2016).
(Baca Juga: Dilebur dengan Pertagas, PGN Kecipratan Proyek Pertamina)
Dia menambahkan menurutnya investor lokal cenderung akan lebih antusias dengan rencana pemerintah tersebut, sama halnya dengan analis dengan dibentuknya holding BUMN. "Kalau saya melihatnya bagus, dengan adanya rencana pembentukan holding BUMN ini. Investor yang tertarik lebih ke lokal," lanjuta dia
(Baca Juga: Empat Holding BUMN Dipastikan Terealisasi Sebelum Lebaran)
Menurutnya perusahaan pelat merah yang tergabung nantinya akan terbantu dari sisi fundamental untuk menjadi lebih baik jika disatukan dengan lainnya. "Dari fundamental perusahaan pasti akan terbantu kalau mereka punya holding satu dan pasti jadi lebih baik," pungkasnya.
Sebagai informasi untuk sementara holding yang siap direalisasikan oleh Kementerian BUMN ada empat yakni sektor energi dengan PT Pertamina sebagai induk, sektor keuangan dipimpin PT Danareksa (Persero), sektor pertambangan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), sementara untuk sektor Infrastruktur dan farmasi masih dalam kajian.
Pembentukan holding BUMN memang salah satu perhatian serius Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadikan perusahaan negara semakin kokoh, tidak hanya berkiprah di kandang sendiri, tetapi juga bisa bersaing di pasar global. Kementerian BUMN telah menetapkan tujuh sektor BUMN yang masuk dalam program holding.
Ketujuh sektor tersebut meliputi sektor logistik dan perdagangan, perkebunan, farmasi, perkapalan, konstruksi dan infrastruktur, tambang dan pertahanan strategis. Apabila rencana pembentukan holding perusahaan pelat merah itu berjalan sebagaimana yang direncanakan, jumlah BUMN akan susut menjadi 85 dari 119 BUMN yang ada sekarang.
"Menarik, di mana pasti beberapa emiten BUMN yang kinerjanya kurang sebelumnya bisa dapat bantuan dari induknya. Apalagi dari segi perbankan," jelas Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi saat dihubungi di Jakarta, Senin (18/4/2016).
(Baca Juga: Dilebur dengan Pertagas, PGN Kecipratan Proyek Pertamina)
Dia menambahkan menurutnya investor lokal cenderung akan lebih antusias dengan rencana pemerintah tersebut, sama halnya dengan analis dengan dibentuknya holding BUMN. "Kalau saya melihatnya bagus, dengan adanya rencana pembentukan holding BUMN ini. Investor yang tertarik lebih ke lokal," lanjuta dia
(Baca Juga: Empat Holding BUMN Dipastikan Terealisasi Sebelum Lebaran)
Menurutnya perusahaan pelat merah yang tergabung nantinya akan terbantu dari sisi fundamental untuk menjadi lebih baik jika disatukan dengan lainnya. "Dari fundamental perusahaan pasti akan terbantu kalau mereka punya holding satu dan pasti jadi lebih baik," pungkasnya.
Sebagai informasi untuk sementara holding yang siap direalisasikan oleh Kementerian BUMN ada empat yakni sektor energi dengan PT Pertamina sebagai induk, sektor keuangan dipimpin PT Danareksa (Persero), sektor pertambangan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), sementara untuk sektor Infrastruktur dan farmasi masih dalam kajian.
Pembentukan holding BUMN memang salah satu perhatian serius Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadikan perusahaan negara semakin kokoh, tidak hanya berkiprah di kandang sendiri, tetapi juga bisa bersaing di pasar global. Kementerian BUMN telah menetapkan tujuh sektor BUMN yang masuk dalam program holding.
Ketujuh sektor tersebut meliputi sektor logistik dan perdagangan, perkebunan, farmasi, perkapalan, konstruksi dan infrastruktur, tambang dan pertahanan strategis. Apabila rencana pembentukan holding perusahaan pelat merah itu berjalan sebagaimana yang direncanakan, jumlah BUMN akan susut menjadi 85 dari 119 BUMN yang ada sekarang.
(akr)