Harga Minyak Mentah Dunia Terangkat Pelemahan USD
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah berjangka pada perdagangan awal hari ini tercatat menguat terdorong pelemahan dolar Amerika Serikat (USD), meski begitu para analis memperingatkan fundamental minyak global sangat lemah. Apalagi ditambah saat produsen minyak asal Timur Tengah sedang berlomba meningkatkan produksi.
Dilansir Reuters, Selasa (26/4/2016) minyak berjangka Brent membaik pada posisi USD44,84 per barel pada pukul 00.54 GMT. Posisi ini menunjukkan Brent mengalami kenaikan sebesar 36 sen dari sesi perdagangan sebelumnya, sedangkan minyak berjangka AS mendapatkan tambahan 39 sen menjadi USD43,03 per barel.
Para pelaku pasar mengatakan membaiknya harga minyak hari ini, lantaran terangkat oleh pelemahan USD selama sesi perdagangan semalam. Kondisi ini diprediksi akan berpotensi meningkatkan permintaan dari para importir bahan bakar untuk menggunakan mata uang lain daripada greenback dalam perdagangan minyak mentah.
Adanya investasi baru ke dalam sektor minyak mentah berjangka juga menjadi pengaruh atas naiknya harga. Namun di pasar, para analis mengingatkan bahwa pasokan akan menjadi lebih besar ketika Arab Saudi dan Iran sepertinya enggan membekukan produksi minyak mereka dan cenderung berlomba mencari pembeli.
Labih lanjut hal itu diyakini akan membanjiri pasar dan membuat kelebihan pasokan sebesar 1 sampai 2 juta barel minyak mentah sehari melebihi permintaan. "Arab Saudi mengumumkan akan melakukan perluasan kilang minyak Syaibah pada Juni nanti," jelas ANZ Bank.
"Hal itu mendorong kapasitan 12 juta barel per hari (bpd). Sementara produksi minyak Iran saat ini meningkat 1 juta bpd sejak awal tahun dan Kuwait berharap output dapat mencapai 3.15 juta bpd setelah berakhir mogok pekerja," sambungnya.
Diyakini risiko terbesar pasar minyak mentah saat ini adalah adanya upaya Iran mempercepat produksi ditambah Arab Saudi melakukan yang sama. Citi memperkirakan Saudi tidak akan diam saja saat Iran mencoba mengambil pasar mereka di Asia dan ini akan menjadi persaingan yang sengit.
Dilansir Reuters, Selasa (26/4/2016) minyak berjangka Brent membaik pada posisi USD44,84 per barel pada pukul 00.54 GMT. Posisi ini menunjukkan Brent mengalami kenaikan sebesar 36 sen dari sesi perdagangan sebelumnya, sedangkan minyak berjangka AS mendapatkan tambahan 39 sen menjadi USD43,03 per barel.
Para pelaku pasar mengatakan membaiknya harga minyak hari ini, lantaran terangkat oleh pelemahan USD selama sesi perdagangan semalam. Kondisi ini diprediksi akan berpotensi meningkatkan permintaan dari para importir bahan bakar untuk menggunakan mata uang lain daripada greenback dalam perdagangan minyak mentah.
Adanya investasi baru ke dalam sektor minyak mentah berjangka juga menjadi pengaruh atas naiknya harga. Namun di pasar, para analis mengingatkan bahwa pasokan akan menjadi lebih besar ketika Arab Saudi dan Iran sepertinya enggan membekukan produksi minyak mereka dan cenderung berlomba mencari pembeli.
Labih lanjut hal itu diyakini akan membanjiri pasar dan membuat kelebihan pasokan sebesar 1 sampai 2 juta barel minyak mentah sehari melebihi permintaan. "Arab Saudi mengumumkan akan melakukan perluasan kilang minyak Syaibah pada Juni nanti," jelas ANZ Bank.
"Hal itu mendorong kapasitan 12 juta barel per hari (bpd). Sementara produksi minyak Iran saat ini meningkat 1 juta bpd sejak awal tahun dan Kuwait berharap output dapat mencapai 3.15 juta bpd setelah berakhir mogok pekerja," sambungnya.
Diyakini risiko terbesar pasar minyak mentah saat ini adalah adanya upaya Iran mempercepat produksi ditambah Arab Saudi melakukan yang sama. Citi memperkirakan Saudi tidak akan diam saja saat Iran mencoba mengambil pasar mereka di Asia dan ini akan menjadi persaingan yang sengit.
(akr)