Industri Minyak AS di Ambang Kebangkrutan

Kamis, 05 Mei 2016 - 20:08 WIB
Industri Minyak AS di...
Industri Minyak AS di Ambang Kebangkrutan
A A A
HOUSTON - Kemerosotan harga minyak mentah dunia telah memberikan efek negatif dan terbesar dalam sejarah perusahaan Amerika Serikat (AS), ketika 59 perusahaan minyak dan gas (migas) akan mengajukan kebangkrutan pekan ini. Jumlah perusahaan asal AS yang pailit telah mengejutkan banyak pihak dan diprediksi akan jauh lebih banyak menjadi 68 menurut firma hukum Haynes & Boone dan bankruptcydata.com.

(Baca Juga: Perusahaan AS Jadi Korban Kemerosotan Harga Minyak)

Dilansir Reuters, Kamis (5/5/2016) mitra restrukturisasi Akin Gump, Charles Gibbs di Texas mengatakan industri minyak AS tengah berada di tengah-tengah gelombang kebangkrutan. "Saya pikir kita akan melihat lebih banyak pengajuan di kuartal kedua daripada di kuartal pertama," katanya.

Sejauh ini tercatat ada 15 perusahaan minyak dan gas yang sudah mengajukan kebangkrutan pada kuartal pertama. Beberapa produsen minyak dan holding berharap harga minyak mentah dapat stabil dan menjadi lebih tinggi. Pada Februari lalu, minyak dunia sempat merosot ke level terendah USD27 per barel setelah sempat berjaya di atas USD100 per barel hampir dua tahun lalu.

Kini perlahan harga minyak mentah telah pulih dan tengah pekan kemarin tercatat masih berada pada level di bawah USD44 per barel. Sementara itu upaya merger antar perusahaan yang jadi pilihan belum berjalan karena volatilitas harga minyak membuat penilaian menjadi sulit. Investor enggan untuk menanggung beban hutang sampat perusahan keluar dari kebangkrutan.

(Baca Juga: Arab Saudi Jual Saham Perusahaan Minyak Nasional USD2 Triliun)

Sejak pertengahan 2014 harga minyak mengalami kemerosotan sebesar 60% untuk menimbulkan kerugian mencapai USD1,02 triliun dari perusahaan-perusahaan energi AS. Sedangkan Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (US Energy Information Administration/EIA) memprediksi produksi minyak AS akan terus menurun hingga 2017.

Kondisi anjloknya harga minyak membuat perusahaan tambang dan energi yang sebelumnya melakukan pinjaman besar-besaran untuk ekspansi usaha, kini banyak yang mengalami kesulitan dan terancam bangkrut. Konsultan minyak dan gas Fereidun Fesharaki menjelaskan akan banyak pemain yang terdepak dari industri ini.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0915 seconds (0.1#10.140)