JK: IDB Harus Bisa Jadi Bank Rehabilitasi Negara Berkembang
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla (JK) menyatakan Islamic Development Bank (IDB) harus bisa menjadi bank rekonstruksi dan rehabilitasi untuk negara berkembang. Hal ini berkenaan dengan negara-negara anggota IDB yang banyak statusnya sebagai emerging market.
Selain itu, JK juga menyadari banyak negara anggota yang mengalami konflik dan perang. Baik konflik dalam negeri maupun penyerangan dari luar.
"Ini menyebabkan kerusakan, baik infrastruktur mereka dan fasilitas lainnya. Maka itu, IDB harus memikirkan menjadi bank rekonstruksi dan rehabilitasi negara-negara berkembang," ujarnya di JCC, Jakarta, Selasa (17/5/2016) malam.
(Baca: Atasi Krisis Ekonomi, IDB Kucurkan Pembiayaan Rp39.937 Triliun)
JK mengatakan, karena banyaknya negara anggota IDB yang berkembang, maka menjadi satu tantangan tersendiri dengan pembangunan fasilitas infrastruktur, fasilitas publik dan pembangunan lain.
Dia juga mengingatkan, pentingnya generasi muda di suatu negara untuk melanjutkan pendidikan agar mereka bisa turut membangun di masa depan dan tidak mengalami lost generation.
"Tentu kita tidak mau mengalami lost generation karena generasi muda kita tak bisa melanjutkan pendidikan. Kita tak bisa berikan semua harapan ke negara barat yang bukan merupakan anggota IDB. Karena itu kita harus siap bersama-sama. Dan Indonesia menyatakan siap untuk memberikan pendidikan lanjutan kepada anak muda yang mengalami banyak masalah agar tidak lost generation," terangnya.
Di samping itu, JK juga menginginkan adanya perbaikan di negara anggota IDB yang membutuhkan segera akan perbaikan negara khususnya di bidang ekonomi.
"Kita menginginkan adanya pembangunan berkelanjutan. Penyediaan tenaga listrik yang baik, efisiensi transportasi, akses air, kesehatan dan pendidikan, adalah merupakan tantangan yang penting. Jadi program ini harus komperhensif," pungkasnya.
Selain itu, JK juga menyadari banyak negara anggota yang mengalami konflik dan perang. Baik konflik dalam negeri maupun penyerangan dari luar.
"Ini menyebabkan kerusakan, baik infrastruktur mereka dan fasilitas lainnya. Maka itu, IDB harus memikirkan menjadi bank rekonstruksi dan rehabilitasi negara-negara berkembang," ujarnya di JCC, Jakarta, Selasa (17/5/2016) malam.
(Baca: Atasi Krisis Ekonomi, IDB Kucurkan Pembiayaan Rp39.937 Triliun)
JK mengatakan, karena banyaknya negara anggota IDB yang berkembang, maka menjadi satu tantangan tersendiri dengan pembangunan fasilitas infrastruktur, fasilitas publik dan pembangunan lain.
Dia juga mengingatkan, pentingnya generasi muda di suatu negara untuk melanjutkan pendidikan agar mereka bisa turut membangun di masa depan dan tidak mengalami lost generation.
"Tentu kita tidak mau mengalami lost generation karena generasi muda kita tak bisa melanjutkan pendidikan. Kita tak bisa berikan semua harapan ke negara barat yang bukan merupakan anggota IDB. Karena itu kita harus siap bersama-sama. Dan Indonesia menyatakan siap untuk memberikan pendidikan lanjutan kepada anak muda yang mengalami banyak masalah agar tidak lost generation," terangnya.
Di samping itu, JK juga menginginkan adanya perbaikan di negara anggota IDB yang membutuhkan segera akan perbaikan negara khususnya di bidang ekonomi.
"Kita menginginkan adanya pembangunan berkelanjutan. Penyediaan tenaga listrik yang baik, efisiensi transportasi, akses air, kesehatan dan pendidikan, adalah merupakan tantangan yang penting. Jadi program ini harus komperhensif," pungkasnya.
(dmd)