Soal Listrik, Presiden Minta Warga Sabar
A
A
A
PANGKAL PINANG - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan ground breaking enam pembangkit mobile power plant (MPP) yang menggunakan pembangkit listrik mesin gas (PLTMG) dengan total kapasitas 350 megawatt (MW) di MPP Air Anyir, Bangka, Rabu (1/6/2016). Enam pembangkit ini akan memperkuat sistem kelistrikan Regional Sumatera.
Ini adalah kunjungan pertama Presiden dalam rangkaian peninjauan progress program 35.000 MW. Keenam pembangkit tersebut terdiri dari MPP Bangka 2x25 MW; MPP Belitung 1x25 MW; MPP Paya Pasir Medan 3x25 MW; MPP Nias 1x25 MW; MPP Balai Pungut Duri 3x25 MW; dan MPP Tarahan Lampung 4x25 MW.
Presiden menyatakan bahwa Bangka Belitung merupakan salah satu prioritas pembangunan infrastruktur kelistrikan. Untuk itulah melalui pembangunan MPP ini diharapkan bisa segera memenuhi kebutuhan akan listrik di Bangka Belitung.
Jokowi menuturkan pemerintah saat ini fokus dalam upaya peningkatan infrastruktur kelistrikan. Namun dirinya berharap agar masyarakat bersabar mengingat membangun sebuah pembangkit bukanlah hal mudah dan membutuhkan waktu lama. "Misalnya saja pembangunan sebuah PLTU bisa memakan waktu 3-5 tahun," ujar Jokowi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PLN, Sofyan Basir menyatakan bahwa sesuai dengan Nawacita yang dituangkan dalam program 35.000 MW, pemilihan pembangkit jenis MPP untuk percepatan rasio elektrifikasi di Regional Sumatera dinilai tepat mengingat waktu pembangunannya yang relatif singkat.
Lebih dari itu, lanjut dia, pembangkit ini juga menggunakan gas sebagai bahan bakar sehingga lebih ramah lingkungan. Keenam pembangkit ditargetkan bakal beroperasi akhir tahun ini.
Sistim kelistrikan Sumatera pada 2016 terdiri dari sistem Sumatera bagian Utara yang melayani Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara; sub sistem Sumatera yang melayani Provinsi Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung; sistem kelistrikan Bangka Belitung dan sistem kelistrikan Kepulauan Riau serta sistemisolated seperti Nias, Mentawai, dan pulau-pulau kecil lainnya.
Sistem Sumatera bagian Utara memiliki beban puncak saat ini sebesar 2.090 MW dan daya mampu 2.327 MW dengan cadangan daya 237 MW atau 11%. Sementara sistem Sumatera bagian Selatan dan Tengah, beban puncaknya 2.041 MW dan daya mampu pembangkit 2.827 MW dengan cadangan daya 426 MW atau sekitar 15%.
Pada 2017 diharapkan sistem Sumatera sudah terhubung dengan jaringan 275 kilo-Volt (kV) dan dengan mulai beroperasinya pembangkit-pembangkit baru diprediksi cadangan listrik bisa mencapai 32%. Penambahan 11.000 MW pembangkit baru program 35.000 MW, serta jaringan transmisi 500 kV yang menghubungkan Sumatera Selatan dan Sumatera Utara sampai Aceh sepanjang 1.300 km diharapkan bisa selesai pada 2019 sehingga sistem Sumatera semakin kuat dan dapat melayani semua pelanggan. Termasuk pelanggan besar dan industri, serta menaikkan rasio elektrifikasi 86% pada 2016 menjadi 98% pada 2019.
“PLN berkonsentrasi penuh untuk menjalankan amanah pemerintahan Jokowi-JK melalui program 35.000 MW. Target kami untuk Regional Sumatera pada 2016 ini akan mensuplai daya pasok hingga 6.036 MW. Diharapkan adanya cadangan daya untuk Sumatera sebesar 1.615 MW. Sementara untuk Lampung, target kami untuk daya pasok sebesar 1.068 MW, dan diharapkan adanya cadangan daya hingga 172 MW,” harap Sofyan.
Sementara itu, enam pembangkit MPP berkapasitas 350 MW ini akan disebar ke seluruh Regional Sumatera. Untuk Wilayah Bangka dan Belitung, bertambahnya tiga MPP dengan total kapasitas 75 MW akan memperkuat sistem kelistrikan Bangka Belitung.
Adapun daya mampu pada sistem kelistrikan Bangka saat ini adalah 142 MW, sedangkan beban puncak rata-ratanya sebesar 130 MW. Sementara daya mampu Belitung sekarang ini adalah 42 MW dengan beban puncak rata-rata 36 MW.
Bertambahnya kapasitas pembangkit ini akan membuat pasokan listrik di Bangka Belitung semakin andal. Jika ada pemeliharaan terhadap salah satu pembangkit, dia menilai pasokan listrik masih akan mencukupi.
Listrik memiliki peranan vital dan strategis karena berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat dan sebagai penunjang pembangunan. Dengan dibangunnya pembangkit MPP diharapkan listrik di Regional Sumatera menjadi lebih andal, aman, cukup pasokan dan ramah lingkungan. “Untuk itu, pembangunan kelistrikan harus terus berjalan,” tambahnya.
Ini adalah kunjungan pertama Presiden dalam rangkaian peninjauan progress program 35.000 MW. Keenam pembangkit tersebut terdiri dari MPP Bangka 2x25 MW; MPP Belitung 1x25 MW; MPP Paya Pasir Medan 3x25 MW; MPP Nias 1x25 MW; MPP Balai Pungut Duri 3x25 MW; dan MPP Tarahan Lampung 4x25 MW.
Presiden menyatakan bahwa Bangka Belitung merupakan salah satu prioritas pembangunan infrastruktur kelistrikan. Untuk itulah melalui pembangunan MPP ini diharapkan bisa segera memenuhi kebutuhan akan listrik di Bangka Belitung.
Jokowi menuturkan pemerintah saat ini fokus dalam upaya peningkatan infrastruktur kelistrikan. Namun dirinya berharap agar masyarakat bersabar mengingat membangun sebuah pembangkit bukanlah hal mudah dan membutuhkan waktu lama. "Misalnya saja pembangunan sebuah PLTU bisa memakan waktu 3-5 tahun," ujar Jokowi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PLN, Sofyan Basir menyatakan bahwa sesuai dengan Nawacita yang dituangkan dalam program 35.000 MW, pemilihan pembangkit jenis MPP untuk percepatan rasio elektrifikasi di Regional Sumatera dinilai tepat mengingat waktu pembangunannya yang relatif singkat.
Lebih dari itu, lanjut dia, pembangkit ini juga menggunakan gas sebagai bahan bakar sehingga lebih ramah lingkungan. Keenam pembangkit ditargetkan bakal beroperasi akhir tahun ini.
Sistim kelistrikan Sumatera pada 2016 terdiri dari sistem Sumatera bagian Utara yang melayani Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara; sub sistem Sumatera yang melayani Provinsi Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung; sistem kelistrikan Bangka Belitung dan sistem kelistrikan Kepulauan Riau serta sistemisolated seperti Nias, Mentawai, dan pulau-pulau kecil lainnya.
Sistem Sumatera bagian Utara memiliki beban puncak saat ini sebesar 2.090 MW dan daya mampu 2.327 MW dengan cadangan daya 237 MW atau 11%. Sementara sistem Sumatera bagian Selatan dan Tengah, beban puncaknya 2.041 MW dan daya mampu pembangkit 2.827 MW dengan cadangan daya 426 MW atau sekitar 15%.
Pada 2017 diharapkan sistem Sumatera sudah terhubung dengan jaringan 275 kilo-Volt (kV) dan dengan mulai beroperasinya pembangkit-pembangkit baru diprediksi cadangan listrik bisa mencapai 32%. Penambahan 11.000 MW pembangkit baru program 35.000 MW, serta jaringan transmisi 500 kV yang menghubungkan Sumatera Selatan dan Sumatera Utara sampai Aceh sepanjang 1.300 km diharapkan bisa selesai pada 2019 sehingga sistem Sumatera semakin kuat dan dapat melayani semua pelanggan. Termasuk pelanggan besar dan industri, serta menaikkan rasio elektrifikasi 86% pada 2016 menjadi 98% pada 2019.
“PLN berkonsentrasi penuh untuk menjalankan amanah pemerintahan Jokowi-JK melalui program 35.000 MW. Target kami untuk Regional Sumatera pada 2016 ini akan mensuplai daya pasok hingga 6.036 MW. Diharapkan adanya cadangan daya untuk Sumatera sebesar 1.615 MW. Sementara untuk Lampung, target kami untuk daya pasok sebesar 1.068 MW, dan diharapkan adanya cadangan daya hingga 172 MW,” harap Sofyan.
Sementara itu, enam pembangkit MPP berkapasitas 350 MW ini akan disebar ke seluruh Regional Sumatera. Untuk Wilayah Bangka dan Belitung, bertambahnya tiga MPP dengan total kapasitas 75 MW akan memperkuat sistem kelistrikan Bangka Belitung.
Adapun daya mampu pada sistem kelistrikan Bangka saat ini adalah 142 MW, sedangkan beban puncak rata-ratanya sebesar 130 MW. Sementara daya mampu Belitung sekarang ini adalah 42 MW dengan beban puncak rata-rata 36 MW.
Bertambahnya kapasitas pembangkit ini akan membuat pasokan listrik di Bangka Belitung semakin andal. Jika ada pemeliharaan terhadap salah satu pembangkit, dia menilai pasokan listrik masih akan mencukupi.
Listrik memiliki peranan vital dan strategis karena berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat dan sebagai penunjang pembangunan. Dengan dibangunnya pembangkit MPP diharapkan listrik di Regional Sumatera menjadi lebih andal, aman, cukup pasokan dan ramah lingkungan. “Untuk itu, pembangunan kelistrikan harus terus berjalan,” tambahnya.
(ven)