Emas Hitam Sentuh USD50/Barel, Pertama Kalinya Sejak Juli 2015
A
A
A
NEW YORK - Harga minyak melakukan pendakian pada Selasa dan menyentuh level USD50 per barel, pertama kali sejak Juli 2015. Kenaikan ini karena potensi kekurangan pasokan imbas dari serangan terhadap industri minyak Nigeria.
Mengutip Reuters, Rabu (8/6/2016), minyak mentah menguat dalam dua sesi terakhir usai pemberontak Nigeria di Delta Niger bersumpah menghentikan output dalam negeri, yang mematikan sekitar dua juta barel per hari (bph). Pemerintah Nigeria lantas mengatakan pada hari Selasa malam kemarin untuk memulai pembicaraan dengan kelompok pemberontak.
"Pasar masih khawatir tentang gangguan pasokan terjadwal, dengan terbaru datang dari tambahan shut-in di Nigeria," ujar Dominick Chirichella, senior partner di Institut Manajemen Energi di New York.
Minyak mentah Brent naik 86 sen menjadi USD51,41 per barel, setelah mencapai puncak intra day USD51,30 per barel pada hari sebelumnya, tertinggi sejak Oktober.
Minyak mentah AS menetap 1,4% lebih tinggi atau 67 sen di USD50,36 per barel, penempatan pertama di atas USD50 sejak akhir Juli.
Kedua Brent dan WTI telah hampir dua kali lipat meningkat sejak musim dingin, ketika mereka terpukul ke level terendah sejak 2003.
Minyak juga didukung oleh dolar yang lemah, yang berkubang di dekat posisi terendah empat minggu terhadap sekeranjang mata uang. Ketua Federal Reserve, Janet Yellen mengatakan kenaikan suku bunga akan dilakukan namun secara bertahap. Dukungan ini membuat pasar saham AS mulai membaik.
Para analis lantas mengatakan agar pasar bersiap-siap akan tanda pemulihan produksi minyak AS setelah data mingguan dari Baker Hughes menunjukkan bahwa AS mengebor dan menambahkan rig untuk kedua kalinya tahun ini.
"Harga minyak USD50 per barel bisa menghidupkan kembali kegiatan pengeboran shale dan menstabilkan penurunan produksi minyak AS," kata Norbert Rucker, kepala riset komoditas di Julius Baer.
Mengutip Reuters, Rabu (8/6/2016), minyak mentah menguat dalam dua sesi terakhir usai pemberontak Nigeria di Delta Niger bersumpah menghentikan output dalam negeri, yang mematikan sekitar dua juta barel per hari (bph). Pemerintah Nigeria lantas mengatakan pada hari Selasa malam kemarin untuk memulai pembicaraan dengan kelompok pemberontak.
"Pasar masih khawatir tentang gangguan pasokan terjadwal, dengan terbaru datang dari tambahan shut-in di Nigeria," ujar Dominick Chirichella, senior partner di Institut Manajemen Energi di New York.
Minyak mentah Brent naik 86 sen menjadi USD51,41 per barel, setelah mencapai puncak intra day USD51,30 per barel pada hari sebelumnya, tertinggi sejak Oktober.
Minyak mentah AS menetap 1,4% lebih tinggi atau 67 sen di USD50,36 per barel, penempatan pertama di atas USD50 sejak akhir Juli.
Kedua Brent dan WTI telah hampir dua kali lipat meningkat sejak musim dingin, ketika mereka terpukul ke level terendah sejak 2003.
Minyak juga didukung oleh dolar yang lemah, yang berkubang di dekat posisi terendah empat minggu terhadap sekeranjang mata uang. Ketua Federal Reserve, Janet Yellen mengatakan kenaikan suku bunga akan dilakukan namun secara bertahap. Dukungan ini membuat pasar saham AS mulai membaik.
Para analis lantas mengatakan agar pasar bersiap-siap akan tanda pemulihan produksi minyak AS setelah data mingguan dari Baker Hughes menunjukkan bahwa AS mengebor dan menambahkan rig untuk kedua kalinya tahun ini.
"Harga minyak USD50 per barel bisa menghidupkan kembali kegiatan pengeboran shale dan menstabilkan penurunan produksi minyak AS," kata Norbert Rucker, kepala riset komoditas di Julius Baer.
(ven)