Bangun MPP, Rasio Elektrifikasi Lombok Meningkat Jadi 78,16%
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sofyan Basir mengatakan, proyek mobile power plant (MPP) dengan total kapasitas 50 MW di desa Taman Ayu, Kabupaten Lombok Barat, akan meningkatkan rasio elektirifkasi di daerah tersebut.
"Dengan masuknya MPP 50 MW ke sistem Lombok maka diperkirakan rasio elektrifikasi di Lombok akan meningkat dari 73,83% (per April 2016) menjadi 78,16% pada Desember 2016. Kami berharap dengan meningkatnya rasio elektrifikasi maka bisa menjadi katalisator peningkatan perekonomian masyarakat," kata dia, Sabtu (11/6/2016).
Dia menjelaskan, sistem kelistrikan di Wilayah NTB terdiri dari tiga sistem terpisah, yaitu Sistem Lombok, Sistem Sumbawa dan Sistem Bima. Sistem Lombok merupakan sistem terbesar dengan beban puncak sekitar 212 MW dan daya mampu pasok sekitar 219 MW per Juni 2016.
Maka, lanjut Sofyan, dengan tambahan 50 MW dari MPP Lombok, akan menambah keandalan daya pasok sistem Lombok. Pembangunan MPP di Lombok ini menjadi salah satu program strategis PLN yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2015-2024.
Hal tersebut menjadi bukti awal komitmen PLN terhadap pembangunan infrastruktur kelistrikan di NTB yang masuk kedalam program 35.000 MW. MPP menjadi pilihan tepat untuk dapat segera menambah pasokan kelistrikan di beberapa daerah, karena proses pengerjaannya tidak memakan waktu lama.
MPP Lombok ini membutuhkan waktu kurang lebih 5-6 bulan agar dapat beroperasi. Dibangun sejak 8 Februari, kini pembangunan proyek MPP telah mencapai progress sebesar 70%.
"Pemilihan MPP berbahan bakar gas ini keputusan tepat dari PLN, karena berpotensi dapat menghemat biaya pengeluaran untuk BBM hingga sebesar Rp26 miliar per tahun," ujarnya.
Sementara, terkait program 35.000 MW, PLN akan membangun beberapa pembangkit dengan total kapasitas 500 MW. Beberapa pembangkit telah melewati tahapan pembebasan lahan, di antaranya PLTGU Lombok 150 MW, PLTU Lombok dan PLTU Lombok 2 masing-masing berkapasitas 100 MW, PLTMG Sumbawa 50 MW, dan PLTMG Bima 50 MW dengan total transmisi sepanjang 103 kms.
"Dengan masuknya MPP 50 MW ke sistem Lombok maka diperkirakan rasio elektrifikasi di Lombok akan meningkat dari 73,83% (per April 2016) menjadi 78,16% pada Desember 2016. Kami berharap dengan meningkatnya rasio elektrifikasi maka bisa menjadi katalisator peningkatan perekonomian masyarakat," kata dia, Sabtu (11/6/2016).
Dia menjelaskan, sistem kelistrikan di Wilayah NTB terdiri dari tiga sistem terpisah, yaitu Sistem Lombok, Sistem Sumbawa dan Sistem Bima. Sistem Lombok merupakan sistem terbesar dengan beban puncak sekitar 212 MW dan daya mampu pasok sekitar 219 MW per Juni 2016.
Maka, lanjut Sofyan, dengan tambahan 50 MW dari MPP Lombok, akan menambah keandalan daya pasok sistem Lombok. Pembangunan MPP di Lombok ini menjadi salah satu program strategis PLN yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2015-2024.
Hal tersebut menjadi bukti awal komitmen PLN terhadap pembangunan infrastruktur kelistrikan di NTB yang masuk kedalam program 35.000 MW. MPP menjadi pilihan tepat untuk dapat segera menambah pasokan kelistrikan di beberapa daerah, karena proses pengerjaannya tidak memakan waktu lama.
MPP Lombok ini membutuhkan waktu kurang lebih 5-6 bulan agar dapat beroperasi. Dibangun sejak 8 Februari, kini pembangunan proyek MPP telah mencapai progress sebesar 70%.
"Pemilihan MPP berbahan bakar gas ini keputusan tepat dari PLN, karena berpotensi dapat menghemat biaya pengeluaran untuk BBM hingga sebesar Rp26 miliar per tahun," ujarnya.
Sementara, terkait program 35.000 MW, PLN akan membangun beberapa pembangkit dengan total kapasitas 500 MW. Beberapa pembangkit telah melewati tahapan pembebasan lahan, di antaranya PLTGU Lombok 150 MW, PLTU Lombok dan PLTU Lombok 2 masing-masing berkapasitas 100 MW, PLTMG Sumbawa 50 MW, dan PLTMG Bima 50 MW dengan total transmisi sepanjang 103 kms.
(izz)