Sepi Peminat, PLN Dianggap Tidak Serius Lelang Tender PLTMG

Sabtu, 06 Agustus 2016 - 05:37 WIB
Sepi Peminat, PLN Dianggap...
Sepi Peminat, PLN Dianggap Tidak Serius Lelang Tender PLTMG
A A A
JAKARTA - Rendahnya animo investor terhadap lelang dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mini Gas (PLTMG) Pontianak dan PLTMG Scattered Riau, menjadi bukti PLN tidak memiliki perencanaan yang baik dalam melaksanakan tender.

Ketua Kadin Komisi Tetap Industri Energi Migas, Santoso mengatakan, PLN juga tidak memiliki sense investor oriented sehingga lelang yang dilakukan kerap tidak menarik minat bagi investor.

“Harusnya dalam perencanaan, PLN tidak hanya melihat dari sisi (kebutuhan) PLN, juga dari sisi investor. Kalau tidak menarik bagi investor akibatnya seperti ini, tidak sukses. Harusnya investor oriented sehingga mengundang peminat peserta tender. Jika itu terjadi, menguntungkan juga buat PL, karena mereka tinggal memilih. Kalau sekarang apanya yang dipilih, yang ikut bidding saja tidak ada,” kata Santoso di Jakarta, Jumat (5/8/2016).

Kedua poyek tersebut adalah bagian dari program kelistrikan 35.000 Mega Watt (MW) di Indonesia. Kedua proyek semula ditargetkan rampung digarap pada 2019. Namun, hingga tenggat akhir penyerahan dokumen menyatakan minat mengikuti tender pada 26 Juli 2016 lalu, tidak ada satu pun calon investor yang menyerahkan dokumen lelang untuk kedua proyek PLTMG tadi.

Santoso lantas mengatakan sejatinya tidak sulit melakukan pendekatan investor oriented dalam melelang tender. Karena bagi pelaku usaha, indikator bagi investor pun tidak banyak. Diantaranya internal rate return (IRR) yang merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi.

“Sebenarnya itu saja. Kalau investor menganggap bahwa indikator tidak masuk, tentu tidak akan ada yang berminat,” lanjut dia.

Contoh bahwa PLN tidak punya sense investor oriented, antara lain dilihat dari proyek Riau Scattered yang ditetapkan di delapan titik berbeda. Menurut Santoso, proyek tersebut sangat tidak efisien, karena total kapasitas hanya 180 MW. Kedelapan titik itu adalah Dabo Singkep, Tanjung Pinang, Tanjung Batu, Tanjung Balai Karimun, Selat Panjang, Bengkalis, Belitung, dan Natuna.

Yang juga harus menjadi perhatian adalah inkonsistensi PLN dalam menentukan siapa yang harus memasok gas. Karena berbeda dengan PLTGU Jawa-1, dimana PLN malah mengubah term pihak yang memasok gas, dari investor menjadi PLN, maka dalam kedua proyek di Riau dan Pontianak, justru semua diserahkan kepada investor.

“Hal ini memberi kesan bahwa ketika pasokan gas mudah didapat dan menguntungkan, maka diambil alih PLN, namun ketika pasokan gas sulit, maka diserahkan kepada investor,” pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6237 seconds (0.1#10.140)