Pekan Pertama Agustus Terjadi Deflasi 0,06%
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) pada pekan pertama Agustus 2016 menunjukkan inflasi minus atau deflasi sebesar 0,06%. Hal ini terutama dikarenakan penurunan dari pengeluaran angkutan udara dan pengeluaran untuk daging ayam.
"Ada koreksi biaya angkutan udara dan daging ayam. Ini kondisi yang menunjukkan bahwa inflasi terkendali," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Sabtu (6/8/2016).
Pada Juli 2016 inflasi bulanan tercatat sebesar 0,69%. Kelompok transportasi, termasuk tarif angkutan udara dan bahan makanan, menjadi penyumbang terbesar kenaikan indeks harga pengeluaran. Masing-masing kelompok mencatatkan inflasi sebesar 1,22%.
Di Agustus hingga Desember 2016, BI masih melihat kontributor utama inflasi masih dari kelompok pangan yang termasuk dalam kelompok harga bergejolak (volatile food). BI memprediksi inflasi komponen harga bergejolak atau inflasi pangan (volatile food) pada akhir 2016 berada sedikit di atas 5% atau sedikit lebih tinggi dibanding inflasi pangan tahun lalu sebesar 4,84%.
Karena itu, inflasi dari kelompok ini harus menjadi prioritas untuk dikendalikan dengan target bawah 5%. Tekanan utama diyakini akan datang dari musim kemarau basah atau La Nina yang bisa mengganggu distribusi dan produksi bahan pangan.
Inflasi harga barang yang diatur pemerintah, juga menunjukkan masih ada potensi tekanan. Namun, tak signifikan karena aspeknya dapat dikendalikan pemerintah.
"Ada koreksi biaya angkutan udara dan daging ayam. Ini kondisi yang menunjukkan bahwa inflasi terkendali," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Sabtu (6/8/2016).
Pada Juli 2016 inflasi bulanan tercatat sebesar 0,69%. Kelompok transportasi, termasuk tarif angkutan udara dan bahan makanan, menjadi penyumbang terbesar kenaikan indeks harga pengeluaran. Masing-masing kelompok mencatatkan inflasi sebesar 1,22%.
Di Agustus hingga Desember 2016, BI masih melihat kontributor utama inflasi masih dari kelompok pangan yang termasuk dalam kelompok harga bergejolak (volatile food). BI memprediksi inflasi komponen harga bergejolak atau inflasi pangan (volatile food) pada akhir 2016 berada sedikit di atas 5% atau sedikit lebih tinggi dibanding inflasi pangan tahun lalu sebesar 4,84%.
Karena itu, inflasi dari kelompok ini harus menjadi prioritas untuk dikendalikan dengan target bawah 5%. Tekanan utama diyakini akan datang dari musim kemarau basah atau La Nina yang bisa mengganggu distribusi dan produksi bahan pangan.
Inflasi harga barang yang diatur pemerintah, juga menunjukkan masih ada potensi tekanan. Namun, tak signifikan karena aspeknya dapat dikendalikan pemerintah.
(izz)