Ekonomi Brasil Carut-Marut di Tengah Euforia Olimpiade

Rabu, 10 Agustus 2016 - 00:01 WIB
Ekonomi Brasil Carut-Marut di Tengah Euforia Olimpiade
Ekonomi Brasil Carut-Marut di Tengah Euforia Olimpiade
A A A
JAKARTA - Indonesia boleh berbangga hati lantaran ekonomi masih tumbuh positif. Tidak seperti Brasil yang sedang menggelar pesta olahraga akbar Olimpiade, tapi kondisi ekonominya carut-marut.

Hal ini menjadi sorotan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang PS Beodjonegoro. Dia mengatakan, dengan euforia Olimpiade, Brasil merupakan negara emerging market yang ekonominya tak se-stabil Indonesia. Di mana pertumbuhan ekonomi mereka minus 0,3% per Juli 2016.

"Coba lihat negara emerging lain apakah seberuntung kita? Coba tengok tuan rumah Olimpiade hari ini Brasil. Meski Olimpiade berjalan lancar, ada permasalahan ekonomi yang sangat mendasar di Brasil. Mulai dari pertumbuhan negatif, harga komoditas anjlok, defisit anggaran luar biasa besar," ujarnya, Selasa (9/8/2016).

"Kalau di sini media sudah ribut kalau defisit 2%, mereka defisit 8% tenang saja tuh. Tapi, akibatnya sekarang mereka kesulitan karena bebannya terlalu besar," imbuh Bambang

Artinya, lanjut dia, paling tidak Indonesia mampu mengatasi kondisi ekonomi global lebih baik dari Brasil lantaran sudah keluar dari fase keterpurukan yang pernah menghantam.

Seperti diketahui, pada 2011 harga komoditas di luar kebiasaan. Saat itu, komoditas price booming. Terlalu tinggi malah sebagai akibat dari quantitative easing yang membuat likuiditas bertambah, dan China yang laju pertumbuhannya mendekati 10%. Hal tersebut tentunya bagus untuk ekonomi Indonesia.

Namun saat ini keadaan berubah karena harga komoditas di pasaran jatuh. Bahkan, harganya jauh di bawah normal dibandingkan dengan dulu.

"Kita paling tidak, sudah punya metode untuk melewati fase booming komoditas global waktu itu. Dan sekarang enggak ada lagi. Harganya (komoditas) sudah di bawah normal karena terlalu tinggi di masa lalu. Kondisi global yang seperti itu jelas memaksa Indonesia membuat kebijakan," katanya.

Bambang juga mengingatkan jangan berharap ekonomi Indonesia akan setinggi 2011 yang sebesar 6,5%. Kondisinya tidak sama lantaran waktu itu ekonomi bisa di drive positif oleh investasi dan ekspor.

"Kalau kita melihat kondisi 2011, dan mau ikut kayak gitu, ya susah. Dulu ekonomi di-drive oleh investasi dan ekspor yang tinggi. Sekarang mengharapkan ekspor bagai mimpi di siang bolong," pungkasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5830 seconds (0.1#10.140)