PLN Ambil Alih 14 Pembangkit Listrik di Papua
A
A
A
JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengambil alih 14 pembangkit listrik milik pemerintah daerah (Pemda) di Papua dan Papua Barat senilai Rp156 miliar.
Adapaun 14 kabupaten tersebut di antaranya Yahokimo, Puncak Jaya, Yalimo, Membramo Tengah, Membramo Raya, Intan Jaya, Lanny Jaya, Tolikara, Puncak, Deiyai, Pegunungan Arfak, Raja Ampat, Tambrauw, dan Teluk Wondama.
"Ini keinginan masyarakat dan tekad PLN untuk menerangi seluruh nusantara, sehingga kerja sama strategis antara PLN dan Pemda tercapai. Hal ini juga tidak terlepas dari peran meningkatkan infrastuktur kelistrikan dan peningkatan rasio elektrifikasi," kata Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua Haryanto dalam acara press briefing di Kantor PLN Pusat, Jakarta, Senin (8/15/2016).
Menurutnya, secara resmi pengambilalihan pembangkit telah dilakukannya Serah Terima Operasi (STO) sistem kelistrikan yang ada di daerah tersebut kepada PLN. Sehingga, PLN secara penuh mengelola dan mengoperasikan seluruh pembangkit dan jaringan listrik yang ada.
Sebelumnya pemerintah daerah secara mandiri mengelola dan mengoperasikan sistem kelistrikan masing-masing. "Setelah dilakukan pengambilalihan PLN secepatnya akan melakukan pengembangan dan penyempurnaan sistem kelistrikan. Selanjutnya, PLN akan membangun pembangkit dan jaringan distribusl baru guna memperluas daerah layanan dan meningkatkan rasio elektrifikasi," terangnya.
Untuk tahap pertama, kata dia, PLN akan mengelola dan mengoperasikan pembangkit listrik di lima kabupaten yakni Raja Ampat, Pegununan Arfak, Deiai, Teluk Wondama, dan Yakuhimo dengan investasi Rp56 miliar.
Masing-masing daerah ini memiliki pembangkit listrik berupa mesin diesel dengan kapasitas 1.500 kilo Watt (kW) untuk Raja Ampat, 1.000 kW di Teluk Wondama, dan 500 kW di Pegunungan Arfak.
"Untuk dua kabupaten lainnya, PLN sudah melakukan inventarisasi sistem kelistrikan di sana. Menyusul kemudian sembilan kabupaten lainnya pada 2017," tuturnya.
Dia mengatakan, dari program pengambilalihan 14 pembangkit di Ppua dan Papua Barat, PLN mendapatkan penambahan jumlah pelanggan sebanyak 15.795 atau setara dengan peningkatan rasio elektrifikasi di Provinsi Papua dan Papua Barat sebesar 1,67%.
Sebagai informasi secara keseluruhan sampai 2016 rasio elektrifikasi di Provinsi Papua baru mencapai 45,93% sedangkan Propinsi Papua Barat sebesar 82,7%.
"Tantangan terbesar dalam melistriki wilayah Papua dan Papua Barat, antara lain kondisi geografis yang berupa pegunungan dan hutan serta terbatasnya infrastruktur transportasi yang menyebabkan tingginya biaya operasi seperti biaya angkut bahan bakar yang jauh lebih besar dari harga rupiah per kilo watt hour," jelas Haryanto.
Contohnya biaya pengangkutan bahan bakar minyak untuk kabupaten Membramo Tengah sebesar Rp31.173 per liter. "Artinya biaya produksi listrik per kilo watt hour di kabupaten Membrano Tengah sebesar Rp 10.167 per kWh atau 900% dari harga jual rata-rata PLN Papua ke masyarakat," jelasnya.
Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka menambahkan, dari 14 pembangkit yang di ambil alih terdiri dari Pembankit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). "PLN memastikan begitu dioperasikan dan di rawat oleh PLN maka pemeliharaan akan meningkat," tutupnya.
Adapaun 14 kabupaten tersebut di antaranya Yahokimo, Puncak Jaya, Yalimo, Membramo Tengah, Membramo Raya, Intan Jaya, Lanny Jaya, Tolikara, Puncak, Deiyai, Pegunungan Arfak, Raja Ampat, Tambrauw, dan Teluk Wondama.
"Ini keinginan masyarakat dan tekad PLN untuk menerangi seluruh nusantara, sehingga kerja sama strategis antara PLN dan Pemda tercapai. Hal ini juga tidak terlepas dari peran meningkatkan infrastuktur kelistrikan dan peningkatan rasio elektrifikasi," kata Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua Haryanto dalam acara press briefing di Kantor PLN Pusat, Jakarta, Senin (8/15/2016).
Menurutnya, secara resmi pengambilalihan pembangkit telah dilakukannya Serah Terima Operasi (STO) sistem kelistrikan yang ada di daerah tersebut kepada PLN. Sehingga, PLN secara penuh mengelola dan mengoperasikan seluruh pembangkit dan jaringan listrik yang ada.
Sebelumnya pemerintah daerah secara mandiri mengelola dan mengoperasikan sistem kelistrikan masing-masing. "Setelah dilakukan pengambilalihan PLN secepatnya akan melakukan pengembangan dan penyempurnaan sistem kelistrikan. Selanjutnya, PLN akan membangun pembangkit dan jaringan distribusl baru guna memperluas daerah layanan dan meningkatkan rasio elektrifikasi," terangnya.
Untuk tahap pertama, kata dia, PLN akan mengelola dan mengoperasikan pembangkit listrik di lima kabupaten yakni Raja Ampat, Pegununan Arfak, Deiai, Teluk Wondama, dan Yakuhimo dengan investasi Rp56 miliar.
Masing-masing daerah ini memiliki pembangkit listrik berupa mesin diesel dengan kapasitas 1.500 kilo Watt (kW) untuk Raja Ampat, 1.000 kW di Teluk Wondama, dan 500 kW di Pegunungan Arfak.
"Untuk dua kabupaten lainnya, PLN sudah melakukan inventarisasi sistem kelistrikan di sana. Menyusul kemudian sembilan kabupaten lainnya pada 2017," tuturnya.
Dia mengatakan, dari program pengambilalihan 14 pembangkit di Ppua dan Papua Barat, PLN mendapatkan penambahan jumlah pelanggan sebanyak 15.795 atau setara dengan peningkatan rasio elektrifikasi di Provinsi Papua dan Papua Barat sebesar 1,67%.
Sebagai informasi secara keseluruhan sampai 2016 rasio elektrifikasi di Provinsi Papua baru mencapai 45,93% sedangkan Propinsi Papua Barat sebesar 82,7%.
"Tantangan terbesar dalam melistriki wilayah Papua dan Papua Barat, antara lain kondisi geografis yang berupa pegunungan dan hutan serta terbatasnya infrastruktur transportasi yang menyebabkan tingginya biaya operasi seperti biaya angkut bahan bakar yang jauh lebih besar dari harga rupiah per kilo watt hour," jelas Haryanto.
Contohnya biaya pengangkutan bahan bakar minyak untuk kabupaten Membramo Tengah sebesar Rp31.173 per liter. "Artinya biaya produksi listrik per kilo watt hour di kabupaten Membrano Tengah sebesar Rp 10.167 per kWh atau 900% dari harga jual rata-rata PLN Papua ke masyarakat," jelasnya.
Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka menambahkan, dari 14 pembangkit yang di ambil alih terdiri dari Pembankit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). "PLN memastikan begitu dioperasikan dan di rawat oleh PLN maka pemeliharaan akan meningkat," tutupnya.
(izz)