Pertamina Target Rasio Cadangan Migas Naik 400%
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memproyeksikan rasio cadangan migas atau reserve replacement ratio (RRR) tumbuh 200-400% per tahun untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Penurunan produksi alamiah (decline) dan anjloknya harga minyak dunia menjadi tantangan terbesar Pertamina saat ini.
Ketua Tim Tata Kelola (Tranformasi) Upstream Pertamina Bambang Manumayoso mengatakan berbagai upaya dilakukan tidak hanya bisa bertahan saat ini namun bagaimana tetap bisa tumbuh ke depannya. Hal ini dilakukan karena Pertamina merupakan kepanjangan tangan pemerintah yang harus mengamankan energi nasional.
“Pertamina adalah Indonesian flag carrier. Pertamina yang menurut Undang-undang (UU), satu-satunya yang harus menjaga ketahanan energi nasional, baik migas maupun geothermal,” kata Bambang di Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Menurut dia, upaya yang dilakukan Pertamina saat ini adalah menahan penurunan produksi dengan menggunakan teknologi tepat guna. Selain itu, Pertamina juga harus terus melakukan eksplorasi untuk menggantikan maupun menambah cadangan yang sudah diproduksikan.
“Strategi hulu Pertamina yaitu bagaimana caranya produksi dan reserve replacement ratio (RRR) migas harus bisa naik, sehingga reserves yang sudah diproduksikan dapat digantikan dengan reserves baru yang lebih tinggi,” kata Direktur Pengembangan Pertamina Hulu Energi ini.
Pertamina memproyeksikan pertumbuhan produksi migas 8% per tahun sepanjang 2015-2030. Pada periode 2010-2015, performance produksi migas perseroan rata-rata tumbuh 6% per tahun dengan cadangan migas rata-rata meningkat 4,4% per tahun.
Dia menambahkan kata kunci lain untuk bertahan terhadap dampak penurunan harga minyak adalah pada biaya produksi per barel. Jika pada Agustus 2014, harga minyak masih sekitar USD70 per barel, pada Februari 2016 harga anjlok hingga mencapai USD26 hingga USD27 per barel.
“Pertamina memiliki tantangan besar. Namun dengan berbagai upaya yang dilakukan Pertamina tetap bisa survive, meski keuntungan yang diperoleh juga menurun,” tuturnya.
Ketua Tim Tata Kelola (Tranformasi) Upstream Pertamina Bambang Manumayoso mengatakan berbagai upaya dilakukan tidak hanya bisa bertahan saat ini namun bagaimana tetap bisa tumbuh ke depannya. Hal ini dilakukan karena Pertamina merupakan kepanjangan tangan pemerintah yang harus mengamankan energi nasional.
“Pertamina adalah Indonesian flag carrier. Pertamina yang menurut Undang-undang (UU), satu-satunya yang harus menjaga ketahanan energi nasional, baik migas maupun geothermal,” kata Bambang di Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Menurut dia, upaya yang dilakukan Pertamina saat ini adalah menahan penurunan produksi dengan menggunakan teknologi tepat guna. Selain itu, Pertamina juga harus terus melakukan eksplorasi untuk menggantikan maupun menambah cadangan yang sudah diproduksikan.
“Strategi hulu Pertamina yaitu bagaimana caranya produksi dan reserve replacement ratio (RRR) migas harus bisa naik, sehingga reserves yang sudah diproduksikan dapat digantikan dengan reserves baru yang lebih tinggi,” kata Direktur Pengembangan Pertamina Hulu Energi ini.
Pertamina memproyeksikan pertumbuhan produksi migas 8% per tahun sepanjang 2015-2030. Pada periode 2010-2015, performance produksi migas perseroan rata-rata tumbuh 6% per tahun dengan cadangan migas rata-rata meningkat 4,4% per tahun.
Dia menambahkan kata kunci lain untuk bertahan terhadap dampak penurunan harga minyak adalah pada biaya produksi per barel. Jika pada Agustus 2014, harga minyak masih sekitar USD70 per barel, pada Februari 2016 harga anjlok hingga mencapai USD26 hingga USD27 per barel.
“Pertamina memiliki tantangan besar. Namun dengan berbagai upaya yang dilakukan Pertamina tetap bisa survive, meski keuntungan yang diperoleh juga menurun,” tuturnya.
(akr)