Susun Basis Data, Bekraf Gelar Survei Ekonomi Kreatif
A
A
A
JAKARTA - Satu ide melahirkan satu karya seni dari tangan dingin I Made Djirna, seorang seniman dari Gianyar, Bali. Perupa ini memulai karirnya sejak tahun 1970-an. Ia adalah salah satu responden yang dipilih dalam Survei Khusus Ekonomi Kreatif 2016 oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS).
I Made Djirna terpilih menjadi responden dari total target 6.000 responden yang sedang disurvei oleh Bekraf dengan BPS karena aktif memamerkan karyanya di Indonesia dan mancanegara. Ia menciptakan karya yang berakar dari tradisi dan dikembangkan menjadi seni karya kontemporer.
“Saya mengawali karir dengan melukis wayang di tahun 1970an karena wayang adalah yang paling awam di masyarakat pada saat itu. Lalu saya belajar seni rupa di Denpasar. Saya melanjutkan kuliah di ASRI yang saat ini bernama ISI Yogyakarta,” ungkap Djirna tentang perjalanan hidupnya sebagai seniman.
Sebagai seniman seni rupa, dia memiliki perubahan pandangan terhadap komoditas karya seni di Indonesia. Ia mengaku, sebelum tahun 1990, hasil karyanya banyak dibeli orang asing. Mulai tahun 1990 hingga tahun 2000 pembeli karyanya didominasi orang Indonesia. Setelah tahun 2000, dia tak lagi bisa mengkategorikan pembelinya.
Djirna mengaku memiliki beberapa kendala. Ia mengatakan bahwa karyanya belum terjual lagi sejak tahun 2015. Ia juga belum mengetahui prosedur pengajuan hak cipta untuk melindungi karyanya. Pelukis ini bahkan belum memiliki pemahaman baik seputar manajemen keuangan usahanya. Selain itu, dia juga enggan mengakses sumber permodalan usahanya karena tidak ingin berutang.
Seiring dengan itu, Bekraf mengadakan Survei Ekonomi Kreatif di Bali, yang meliputi Gianyar dan Denpasar. Survei dilaksanakan serentak di 34 provinsi pada Agustus sampai September 2016. Sampling data berasal dari 54 kabupaten/kota yang dilakukan melalui wawancara tatap muka antara petugas survei dengan responden.
Pelaksanaan Survei Khusus Ekonomi Kreatif 2016 ini bertujuan untuk menyediakan database statistik ekonomi kreatif pada 16 subsektor yang menjadi kewenangan Bekraf. Data yang disurvei antara lain data profil usaha, tenaga kerja, Produk Domestik Bruto (PDB) dan ekspor ekonomi kreatif tahun 2010-2015.
Profil usaha yang disurvei adalah karakteristik pengusaha, kegiatan usaha/perusahaan, akses permodalan, pemasaran, infrastruktur, Hak Kekayaan Intelektual, riset, edukasi, dan hubungan kelembagaan. Adapun indikator penyusunan PDB dari survei ini melalui tenaga kerja, upah gaji, dan pendapatan.
Pelaksanaan survei oleh BPS tetap mendapat pengawalan ketat dari Deputi I Bidang Riset, Edukasi dan Pengembangan Bekraf Abdur Rohim Boy Berawi. Bekraf terjun langsung ke Gianyar untuk memastikan pelaksanaan survei ini berjalan maksimal.
Survei ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan pelaku ekonomi kreatif, bukan untuk menghakimi legalitas usahanya. Sehingga para pelaku usaha ekonomi kreatif ini diharapkan dapat bekerja sama dengan baik dengan memberikan data yang sejujurnya kepada petugas survei lapangan. Hasil survei ini diharapkan bisa digunakan pelaku usaha untuk memprediksi peluang usaha dan melihat potensi dan tantangan di masa depan.
“Kami menggandeng BPS untuk mendapatkan data yang akurat, faktual dan terkini sebagai rujukan pemerintah dan stakeholder lainnya untuk mengembangkan sektor ekonomi kreatif. Gianyar adalah salah satu daerah potensial yang kaya akan sektor ekonomi kreatif sehingga kami jadikan sampling survei,” ungkap Boy dalam siaran pers yang diterima Sindonews di Jakarta, Senin (29/8/2016).
Tahap persiapan survei sudah terlaksana pada Juni dan Juli 2016. Workshop petugas survei dilaksanakan awal Agustus 2016. Pelaksanaan survei adalah 22 Agustus sampai dengan 5 September 2016. Laporan hasil survei dilakukan November 2016.
“Seniman Djirna salah satu contoh koresponden kami dalam menyusun kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan riil para pelaku ekonomi kreatif. Pelaku ekonomi kreatif membutuhkan pemahaman seputar akses permodalan, hak cipta, manajemen keuangan, serta mengurus ekspor impor jika melaksanakan pameran di mancanegara. Kami berharap menemukan masalah lain yang dihadapi pelaku ekraf, sehingga kami bisa mengatasi permasalahan di sektor ekraf untuk kemajuan ekraf,” tegas Boy.
I Made Djirna terpilih menjadi responden dari total target 6.000 responden yang sedang disurvei oleh Bekraf dengan BPS karena aktif memamerkan karyanya di Indonesia dan mancanegara. Ia menciptakan karya yang berakar dari tradisi dan dikembangkan menjadi seni karya kontemporer.
“Saya mengawali karir dengan melukis wayang di tahun 1970an karena wayang adalah yang paling awam di masyarakat pada saat itu. Lalu saya belajar seni rupa di Denpasar. Saya melanjutkan kuliah di ASRI yang saat ini bernama ISI Yogyakarta,” ungkap Djirna tentang perjalanan hidupnya sebagai seniman.
Sebagai seniman seni rupa, dia memiliki perubahan pandangan terhadap komoditas karya seni di Indonesia. Ia mengaku, sebelum tahun 1990, hasil karyanya banyak dibeli orang asing. Mulai tahun 1990 hingga tahun 2000 pembeli karyanya didominasi orang Indonesia. Setelah tahun 2000, dia tak lagi bisa mengkategorikan pembelinya.
Djirna mengaku memiliki beberapa kendala. Ia mengatakan bahwa karyanya belum terjual lagi sejak tahun 2015. Ia juga belum mengetahui prosedur pengajuan hak cipta untuk melindungi karyanya. Pelukis ini bahkan belum memiliki pemahaman baik seputar manajemen keuangan usahanya. Selain itu, dia juga enggan mengakses sumber permodalan usahanya karena tidak ingin berutang.
Seiring dengan itu, Bekraf mengadakan Survei Ekonomi Kreatif di Bali, yang meliputi Gianyar dan Denpasar. Survei dilaksanakan serentak di 34 provinsi pada Agustus sampai September 2016. Sampling data berasal dari 54 kabupaten/kota yang dilakukan melalui wawancara tatap muka antara petugas survei dengan responden.
Pelaksanaan Survei Khusus Ekonomi Kreatif 2016 ini bertujuan untuk menyediakan database statistik ekonomi kreatif pada 16 subsektor yang menjadi kewenangan Bekraf. Data yang disurvei antara lain data profil usaha, tenaga kerja, Produk Domestik Bruto (PDB) dan ekspor ekonomi kreatif tahun 2010-2015.
Profil usaha yang disurvei adalah karakteristik pengusaha, kegiatan usaha/perusahaan, akses permodalan, pemasaran, infrastruktur, Hak Kekayaan Intelektual, riset, edukasi, dan hubungan kelembagaan. Adapun indikator penyusunan PDB dari survei ini melalui tenaga kerja, upah gaji, dan pendapatan.
Pelaksanaan survei oleh BPS tetap mendapat pengawalan ketat dari Deputi I Bidang Riset, Edukasi dan Pengembangan Bekraf Abdur Rohim Boy Berawi. Bekraf terjun langsung ke Gianyar untuk memastikan pelaksanaan survei ini berjalan maksimal.
Survei ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan pelaku ekonomi kreatif, bukan untuk menghakimi legalitas usahanya. Sehingga para pelaku usaha ekonomi kreatif ini diharapkan dapat bekerja sama dengan baik dengan memberikan data yang sejujurnya kepada petugas survei lapangan. Hasil survei ini diharapkan bisa digunakan pelaku usaha untuk memprediksi peluang usaha dan melihat potensi dan tantangan di masa depan.
“Kami menggandeng BPS untuk mendapatkan data yang akurat, faktual dan terkini sebagai rujukan pemerintah dan stakeholder lainnya untuk mengembangkan sektor ekonomi kreatif. Gianyar adalah salah satu daerah potensial yang kaya akan sektor ekonomi kreatif sehingga kami jadikan sampling survei,” ungkap Boy dalam siaran pers yang diterima Sindonews di Jakarta, Senin (29/8/2016).
Tahap persiapan survei sudah terlaksana pada Juni dan Juli 2016. Workshop petugas survei dilaksanakan awal Agustus 2016. Pelaksanaan survei adalah 22 Agustus sampai dengan 5 September 2016. Laporan hasil survei dilakukan November 2016.
“Seniman Djirna salah satu contoh koresponden kami dalam menyusun kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan riil para pelaku ekonomi kreatif. Pelaku ekonomi kreatif membutuhkan pemahaman seputar akses permodalan, hak cipta, manajemen keuangan, serta mengurus ekspor impor jika melaksanakan pameran di mancanegara. Kami berharap menemukan masalah lain yang dihadapi pelaku ekraf, sehingga kami bisa mengatasi permasalahan di sektor ekraf untuk kemajuan ekraf,” tegas Boy.
(ven)