Harga Minyak Rebound saat Dolar Melemah
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak di perdagangan Asia pada Kamis (1/9) rebound alias kembali menguat setelah indeks dolar Amerika Serikat melemah, karena jatuh sekitar 3% dari sesi sebelumnya.
Melemahnya dolar, menurut ANZ akibat investor yang menunggu data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis Jumat besok untuk memberikan arah pasar.
Indeks dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang pada hari Kamis. Melemahnya dolar membuat komoditas yang memakai acuan dolar, termasuk minyak menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
“Dolar yang lebih lemah memberikan dukungan untuk harga minyak saat ini. Arah harga minyak diatur oleh pasokan dan kekuatan dolar," kata Jonathan Barratt, kepala investasi di Sydney Ayers Alliance, seperti dilansir Reuters, Kamis (1/9/2016).
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) telah naik 12 sen menjadi USD44,82 per barel pada 00:25 GMT, setelah jatuh USD1,65 atau 3,6% pada sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka London Brent naik 10 sen menjadi USD46,99 per barel setelah menetap USD1,33 lebih rendah atau 2,8% pada penutupan sebelumnya.
Selain faktor lesunya greenback--nama lain dari dolar AS--juga disebabkan persediaan minyak mentah Abang Sam yang melebihi ekspektasi. Menurut Departemen Administrasi Informasi Energi Energi, persediaan minyak mentah AS naik 2,3 juta barel menjadi 1,221 miliar barel dalam sepekan hingga 26 Agustus kemarin. Persediaan tersebut di atas ekspektasi para analis, yang memperkirakan kenaikan hanya 921.000 barel.
Adapun pasokan minyak untuk diesel dan minyak pemanas, juga tiba-tiba naik 1,5 juta barel, sementara persediaan bensin turun 691.000 barel.
"Dengan tidak adanya guncangan harga, harga minyak tetap rangebound. Ketika minyak turun ke USD40-USD42, investor membeli, ketika sampai ke USD48-USD50, mereka menjual lagi," kata Barratt.
Melemahnya dolar, menurut ANZ akibat investor yang menunggu data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis Jumat besok untuk memberikan arah pasar.
Indeks dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang pada hari Kamis. Melemahnya dolar membuat komoditas yang memakai acuan dolar, termasuk minyak menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
“Dolar yang lebih lemah memberikan dukungan untuk harga minyak saat ini. Arah harga minyak diatur oleh pasokan dan kekuatan dolar," kata Jonathan Barratt, kepala investasi di Sydney Ayers Alliance, seperti dilansir Reuters, Kamis (1/9/2016).
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) telah naik 12 sen menjadi USD44,82 per barel pada 00:25 GMT, setelah jatuh USD1,65 atau 3,6% pada sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka London Brent naik 10 sen menjadi USD46,99 per barel setelah menetap USD1,33 lebih rendah atau 2,8% pada penutupan sebelumnya.
Selain faktor lesunya greenback--nama lain dari dolar AS--juga disebabkan persediaan minyak mentah Abang Sam yang melebihi ekspektasi. Menurut Departemen Administrasi Informasi Energi Energi, persediaan minyak mentah AS naik 2,3 juta barel menjadi 1,221 miliar barel dalam sepekan hingga 26 Agustus kemarin. Persediaan tersebut di atas ekspektasi para analis, yang memperkirakan kenaikan hanya 921.000 barel.
Adapun pasokan minyak untuk diesel dan minyak pemanas, juga tiba-tiba naik 1,5 juta barel, sementara persediaan bensin turun 691.000 barel.
"Dengan tidak adanya guncangan harga, harga minyak tetap rangebound. Ketika minyak turun ke USD40-USD42, investor membeli, ketika sampai ke USD48-USD50, mereka menjual lagi," kata Barratt.
(ven)