Pertumbuhan Usaha DIY Meningkat, Gunungkidul Tertinggi

Sabtu, 03 September 2016 - 01:15 WIB
Pertumbuhan Usaha DIY...
Pertumbuhan Usaha DIY Meningkat, Gunungkidul Tertinggi
A A A
YOGYAKARTA - Perkembangan dunia usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam sensus ekonomi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) DIY tahun 2016 ini, jumlah usaha mengalami peningkatan cukup signifikan dibanding dengan 2006. Nampaknya, Yogyakarta sebagai kota kreatif serta daerah tujuan wisata menjadikan magnet untuk membuka usaha.

Kepala BPS DIY Bambang Kristiawan mengungkapkan, saat ini jumlah usaha di DIY mencapai angka 533.900 buah. Jumlah tersebut meningkat sekitar 32% dibanding jumlah usaha tahun 2006 yang lalu yaitu saat sensus ekonomi terakhir dilakukan.

Dia menerangkan jumlah tersebut kemungkinan besar bisa bertambah karena memang validasi data belum selesai dilakukan secara keseluruhan. "Capaiannya sudah 95%. Jadi kalau ada penambahan cuma sedikit," tuturnya.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dengan pertumbuhan usaha tertinggi. Meski sebelumnya wilayah ini dikatakan sebagai daerah tertinggal di DIY, tetapi mengalami pertumbuhan jumlah usaha terbesar mencapai 49,4%. Tahun 2006 lalu, jumlah usaha di Gunungkidul hanya 75.300 buah, dan tahun ini meningkat menjadi 112.600 buah.

Peningkatan sektor usaha di Gunungkidul menunjukkan jika industri pariwisata telah menggerakkan sektor ekonomi wilayah ini. Banyak usaha-usaha berkaitan dengan industri pariwisata bermunculan.

Contoh sederhana yang banyak ditemui di daerah Gunungkidul di antaranya adalah di sepanjang Jalan Yogya-Wonosari yang dulunya kosong kini telah berubah menjadi lokasi-lokasi usaha baru. Desa-desa wisata baru banyak bermunculan dengan menampilkan ciri khas yang berbeda. Sehingga sektor ekonomi di wilayah Gunungkidul menggeliat berkat pariwisata.

Sementara di Yogyakarta justru pertumbuhannya paling kecil. Meskipun banyak hotel baru bermunculan, tetapi ternyata tak meningkatkan kuantitas jumlah usaha yang lain. Dari hasil survei yang dilakukan oleh BPS, ternyata pertumbuhan jumlah usaha di Kota Yogyakarta hanya 4,7%. Tahun 2006 lalu, jumlah usaha di wilayah ini hanya 66.600 buah, dan tahun ini bertambah sedikit hanya 69.700 buah.

"Penduduk Kota Yogyakarta banyak yang menjadi buruh di samping menjadi wirausaha," ungkapnya.

Bambang mengatakan, dalam survei yang mereka lakukan, lokasi usaha juga menjadi bahan pertanyaan. Dari 533.900 usaha yang ada, tercatat setidaknya 143.700 yang menempati bangunan khusus untuk usaha. Sementara sisanya sebanyak 390.100 usaha tidak menempati bangunan khusus untuk usaha. Mereka adalah pedagang keliling, usaha di dalam rumah tempat tinggal ataupun usaha kaki lima.

Dan berdasarkan sensus yang mereka lakukan, jumlah usaha non pertanian di DIY mencapai 533.800 buah atau meningkat sebesar 32,36% jika dibandingkan dengan sensus ekonomi tahun 2006 lalu. Pada tahun 2006 lalu, jumlah usaha non pertanian hanya 403.300 buah. Menurutnya, tantangan cukup berat harus mereka hadapi di era persaingan bebas.

"Persaingannya cukup berat, 73% tidak menempati bangunan khusus," paparnya.

Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) DIY Tri Saktiana mengatakan, iklim usaha di DIY memang mulai menggeliat. Sejak terpuruk pada gempa 2006 yang lalu, geliat masyarakat Yogyakarta untuk mendirikan usaha semakin meningkat.

Dominasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih terlihat, tetapi justru tidak terlalu rentan terhadap gejolak perekonomian yang terjadi. "UMKM justru tahan banting," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0629 seconds (0.1#10.140)