Hendra Jaya Angkat Bicara Terkait Statusnya di Pertagas
A
A
A
JAKARTA - Meskipun sempat dikabarkan “dicopot” dari jabatannya sebagai Presiden Direktur Pertagas, Hendra Jaya merasa tidak perlu melakukan klarifikasi atas judul-judul berita tersebut. Meski telah diberikatan cukup santer dan akhirnya dikonfirmasi bahwa yang bersangkutan tidak benar telah dicopot, melainkan memang telah berakhir masa tugas dan menunggu keputusan RUPS Pertagas.
Ketika dikonfirmasi, apakah Hendra Jaya hendak melakukan klarifikasi atas pemberitaan tersebut, Hendra menanggapi kalem, “Saya kira tanpa saya klarifikasi, berita lain sudah mengkonfirmasi dan meluruskan perkara tersebut, saya rasa cukup,” ujar Hendra dalam keterangan resminya, Sabtu (10/9/2016).
Selama kepemimpinannya selama tiga tahun, Pertagas tercatat sebagai anak perusahaan Pertamina yang paling tinggi memberikan keuntungan bagi Induknya yakni Pertamina.
Tudingan miring yang menyebut bahwa kelangkaan dan mahalnya harga gas dipasaran salah satu penyebabnya adalah ketidakpaduan antara kerja Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pertagas, Hendra Jaya enggan memberikan komentar mengenai hal tersebut.
“Saya ini Presdir Pertagas, tugas saya menjalankan perusahaan dan memberikan profit kepada karyawan dan juga Pertamina sebagai induk, soal perusahaan lain bukan wewenang saya untuk memberikan penilaian,” ujarnya.
Seperti diketahui, semakin santer pemberitaan mengenai rencana penyatuan antara Pertagas dan PGN. Namun yang mengemuka adalah Pertagas akan diakuisisi dibawah PGN.
Dari data yang beredar, tidak seperti Pertagas yang mencatatkan kinerja dan keuntungan yang baik, PGN malah diselimuti keadaan keuangan yang buruk, bahkan Presdir PGN Hendi Prio Santoso kini dicekal karena terindikasi terlibat kasus Float Storage Regasification Unit (FSRU) di Lampung.
Hendra Jaya menolak mengomentari rencana holdingisasi tersebut “Sekali lagi tugas saya adalah di Pertagas, holdingisasi itu kebijakan yang lebih tinggi, saya tidak punya preferensi untuk memberikan penilaian, saya bekerja sesuai mandat saya saja.”
Mengenai prestasinya menakhodai Pertagas, Hendra Jaya menyebutkan kalau semua itu kerja tim, juga arahan yang jelas dari Induk perusahaan Pertamina dan kementerian BUMN.
"Saya hanya menjalankan tugas, jika ada yang kurang baik, itu tentu karena saya kurang maksimal, intinya saya hanya ingin bekerja dan dipercaya penuh. Ini hajat hidup orang banyak.”
Beberapa penghargaan prestisius didapatkan oleh PERTAGAS selama kepemimpinan Hendra Jaya, Gold Awards dalam hal Quality Control di Internatinal Convention on Quality Control Circle (ICQCC) di Jepang, Platinum Awards pada Temu Karya Mutu dan Produktivitas Nasional (TKMPN) di Batam, keduanya di 2014.
Serta Satyalencana Wirakarya dari Presiden Jokowi pada Juli 2015, dan Patra Nirbhaya Karya Utama Adinugraha untuk PT Pertagas Operasi Wilayah Barat dan Timur atas pencapaian 20 juta lebih jam kerja tanpa kecelakaan kerja.
Meski demikian Hendra Jaya tetap menyatakan belum puas dan belum maksimal “Harusnya bisa lebih baik lagi, bekerja lebih keras lagi.”
Ketika dikonfirmasi, apakah Hendra Jaya hendak melakukan klarifikasi atas pemberitaan tersebut, Hendra menanggapi kalem, “Saya kira tanpa saya klarifikasi, berita lain sudah mengkonfirmasi dan meluruskan perkara tersebut, saya rasa cukup,” ujar Hendra dalam keterangan resminya, Sabtu (10/9/2016).
Selama kepemimpinannya selama tiga tahun, Pertagas tercatat sebagai anak perusahaan Pertamina yang paling tinggi memberikan keuntungan bagi Induknya yakni Pertamina.
Tudingan miring yang menyebut bahwa kelangkaan dan mahalnya harga gas dipasaran salah satu penyebabnya adalah ketidakpaduan antara kerja Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pertagas, Hendra Jaya enggan memberikan komentar mengenai hal tersebut.
“Saya ini Presdir Pertagas, tugas saya menjalankan perusahaan dan memberikan profit kepada karyawan dan juga Pertamina sebagai induk, soal perusahaan lain bukan wewenang saya untuk memberikan penilaian,” ujarnya.
Seperti diketahui, semakin santer pemberitaan mengenai rencana penyatuan antara Pertagas dan PGN. Namun yang mengemuka adalah Pertagas akan diakuisisi dibawah PGN.
Dari data yang beredar, tidak seperti Pertagas yang mencatatkan kinerja dan keuntungan yang baik, PGN malah diselimuti keadaan keuangan yang buruk, bahkan Presdir PGN Hendi Prio Santoso kini dicekal karena terindikasi terlibat kasus Float Storage Regasification Unit (FSRU) di Lampung.
Hendra Jaya menolak mengomentari rencana holdingisasi tersebut “Sekali lagi tugas saya adalah di Pertagas, holdingisasi itu kebijakan yang lebih tinggi, saya tidak punya preferensi untuk memberikan penilaian, saya bekerja sesuai mandat saya saja.”
Mengenai prestasinya menakhodai Pertagas, Hendra Jaya menyebutkan kalau semua itu kerja tim, juga arahan yang jelas dari Induk perusahaan Pertamina dan kementerian BUMN.
"Saya hanya menjalankan tugas, jika ada yang kurang baik, itu tentu karena saya kurang maksimal, intinya saya hanya ingin bekerja dan dipercaya penuh. Ini hajat hidup orang banyak.”
Beberapa penghargaan prestisius didapatkan oleh PERTAGAS selama kepemimpinan Hendra Jaya, Gold Awards dalam hal Quality Control di Internatinal Convention on Quality Control Circle (ICQCC) di Jepang, Platinum Awards pada Temu Karya Mutu dan Produktivitas Nasional (TKMPN) di Batam, keduanya di 2014.
Serta Satyalencana Wirakarya dari Presiden Jokowi pada Juli 2015, dan Patra Nirbhaya Karya Utama Adinugraha untuk PT Pertagas Operasi Wilayah Barat dan Timur atas pencapaian 20 juta lebih jam kerja tanpa kecelakaan kerja.
Meski demikian Hendra Jaya tetap menyatakan belum puas dan belum maksimal “Harusnya bisa lebih baik lagi, bekerja lebih keras lagi.”
(dol)