Swasta Seret, BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Hanya 4,9%
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2016 kemungkinan berada di angka 4,9%. Sementara untuk keseluruhan tahun berada di kisaran 4,9-5,3%.
Agus menerangkan, hal ini karena investasi di sektor swasta masih seret dan belum cukup memadai. Sehingga gairah tersebut belum bisa membawa dampak positif untuk ekonomi Indonesia.
(Baca: Ekonomi Dunia Buat Pertumbuhan Kuartal III Tak Sekuat Perkiraan)
"Kalau kita sepanjang tahun ini ekonomi akan ada di kisaran 4,9-5,3%. Dalam hal ini kita lihat bahwa konsumsi domestik sudah cukup membaik tetapi investasi swasta masih belum memadai," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (24/10/2016).
Dia menjelaskan, dengan perkiraan kondisi tersebut. BI kembali akan melakukan penyesuaian dari BI seven days reverse repo rate juga baru mengalami penurunan di angka 4,75% dari sebelumnya 5,00%.
(Baca: Bank Dunia Optimistis Ekonomi RI Tumbuh 5,1% Tahun Ini)
"BI menyesuaikan suku bunga ini terutama karena inflasi, nilai tukar, dan transaksi berjalan yang menujukkan kondisi baik, tetapi juga ada keinginan untuk membantu pertumbuhan ekonomi," tandasnya.
Agus menerangkan, hal ini karena investasi di sektor swasta masih seret dan belum cukup memadai. Sehingga gairah tersebut belum bisa membawa dampak positif untuk ekonomi Indonesia.
(Baca: Ekonomi Dunia Buat Pertumbuhan Kuartal III Tak Sekuat Perkiraan)
"Kalau kita sepanjang tahun ini ekonomi akan ada di kisaran 4,9-5,3%. Dalam hal ini kita lihat bahwa konsumsi domestik sudah cukup membaik tetapi investasi swasta masih belum memadai," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (24/10/2016).
Dia menjelaskan, dengan perkiraan kondisi tersebut. BI kembali akan melakukan penyesuaian dari BI seven days reverse repo rate juga baru mengalami penurunan di angka 4,75% dari sebelumnya 5,00%.
(Baca: Bank Dunia Optimistis Ekonomi RI Tumbuh 5,1% Tahun Ini)
"BI menyesuaikan suku bunga ini terutama karena inflasi, nilai tukar, dan transaksi berjalan yang menujukkan kondisi baik, tetapi juga ada keinginan untuk membantu pertumbuhan ekonomi," tandasnya.
(dmd)