Sinergi BUMN Akan Dirikan 35 Desa Wisata di Candi Borobudur
A
A
A
YOGYAKARTA - Sinergi Badan Usaha Milik Negara Daerah Istimewa Yogyakarta akan membentuk 35 desa wisata baru. Ke-35 desa wisata tersebut berada di seputaran Candi Borobudur, sebuah destinasi kenamaan dunia yang juga masuk sebagai 10 destinasi unggulan dari Indonesia untuk mendatangkan wisatawan asing.
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto, Agus Pandu Purnama mengatakan, dalam koordinasi terakhir, sinergi BUMN akan membentuk 35 desa wisata di sekitar Candi Borobudur. Masing-masing BUMN wajib melakukan pendampingan di 35 desa wisata tersebut, minimal sebuah desa wisata. Dan PT Angkasa Pura I akan mendapatkan jatah satu desa wisata, meski sebenarnya mereka telah memiliki desa dampingan yaitu Dusun Bobung, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. "Masing-masing BUMN kejatah satu, mungkin terbanyak PT Taman Wisata Candi," tuturnya, Senin (24/10/2016).
Agus mengatakan, pembentukan desa wisata ini sebenarnya tidak lepas dari dibangunnya bandara baru di Yogyakarta, New Yogyakarta International Airport (NYIA). Dengan adanya bandara baru yang memiliki kapasitas lebih besar, dipastikan jumlah wisatawan yang masuk ke Yogyakarta dan menuju Candi Borobudur akan melonjak dari kondisi saat ini.
Agus memproyeksikan, di tahun pertama dan kedua, jumlah penumpang yang masuk ke bandara NYIA mencapai 15 juta orang dalam setahun. Beberapa juta di antaranya merupakan penumpang mancanegara. Penumpang dari mancanegara akan melonjak seiring dengan bertambahnya jumlah maskapai penerbangan luar negeri yang melakukan direct flight ke Yogyakarta. Apalagi saat ini sudah banyak maskapai mengajukan izin direct flight di bandara baru.
Karena akan melonjak jumlah kunjungannya, maka wisatawan yang berada di Candi Borobudur juga akan meningkat drastis. Padahal di satu sisi, berdasarkan penelitian para ahli, kekuatan bangunan dan tanah dari Candi Borobudur sudah maksimal. Jika nanti jumlah pengunjung melonjak, dikhawatirkan permukaan candi akan menurun, bahkan dikhawatirkan akan runtuh. "Tapi ada ambang batas tertentu berapa wisatawan yang boleh naik ke candi," lanjutnya.
Kendati demikian, ia yakin animo wisatawan ke Candi Borobudur akan semakin tinggi. Maka sinergi BUMN berusaha mengatur kunjungan tersebut agar tidak membahayakan konstruksi candi. Rencananya, wisatawan yang akan masuk ke candi dipecah terlebih dahulu dengan transit di desa-desa wisata yang mereka bangun dan mereka dampingi.
Dengan mengatur banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur, maka bangunan candi dan konstruksi di sekelilingnya dapat terlindungi dengan baik. Di samping itu, pendirian desa wisata di seputaran candi akan menambah jangkauan efek ganda dari keberadaan candi terbesar di dunia ini. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat di seputaran candi juga meningkat. "Tujuannya memang meningkatkan kesejahteraan warga sekitar," ujarnya.
General Manager Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah 2, Amihwannudin menambahkan, era baru di Yogyakarta akan segera dimulai dengan berdirinya bandara baru di Kulonprogo. Jalur baru menuju ke Candi Borobudur segera terwujud. Dan sebagai antisipasi, pihaknya mulai menambah jalur distribusi baru, terutama ke wilayah-wilayah terpencil di Kulon Progo, yang notabene akan dilewati jalur baru menuju Candi Borobudur ini.
"Baru saja kami meresmikan penyalaan pertama listrik pedesaan di Desa Sidomulyo, wilayah terpencil Kulon Progo tak jauh dari Borobudur," tuturnya.
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto, Agus Pandu Purnama mengatakan, dalam koordinasi terakhir, sinergi BUMN akan membentuk 35 desa wisata di sekitar Candi Borobudur. Masing-masing BUMN wajib melakukan pendampingan di 35 desa wisata tersebut, minimal sebuah desa wisata. Dan PT Angkasa Pura I akan mendapatkan jatah satu desa wisata, meski sebenarnya mereka telah memiliki desa dampingan yaitu Dusun Bobung, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. "Masing-masing BUMN kejatah satu, mungkin terbanyak PT Taman Wisata Candi," tuturnya, Senin (24/10/2016).
Agus mengatakan, pembentukan desa wisata ini sebenarnya tidak lepas dari dibangunnya bandara baru di Yogyakarta, New Yogyakarta International Airport (NYIA). Dengan adanya bandara baru yang memiliki kapasitas lebih besar, dipastikan jumlah wisatawan yang masuk ke Yogyakarta dan menuju Candi Borobudur akan melonjak dari kondisi saat ini.
Agus memproyeksikan, di tahun pertama dan kedua, jumlah penumpang yang masuk ke bandara NYIA mencapai 15 juta orang dalam setahun. Beberapa juta di antaranya merupakan penumpang mancanegara. Penumpang dari mancanegara akan melonjak seiring dengan bertambahnya jumlah maskapai penerbangan luar negeri yang melakukan direct flight ke Yogyakarta. Apalagi saat ini sudah banyak maskapai mengajukan izin direct flight di bandara baru.
Karena akan melonjak jumlah kunjungannya, maka wisatawan yang berada di Candi Borobudur juga akan meningkat drastis. Padahal di satu sisi, berdasarkan penelitian para ahli, kekuatan bangunan dan tanah dari Candi Borobudur sudah maksimal. Jika nanti jumlah pengunjung melonjak, dikhawatirkan permukaan candi akan menurun, bahkan dikhawatirkan akan runtuh. "Tapi ada ambang batas tertentu berapa wisatawan yang boleh naik ke candi," lanjutnya.
Kendati demikian, ia yakin animo wisatawan ke Candi Borobudur akan semakin tinggi. Maka sinergi BUMN berusaha mengatur kunjungan tersebut agar tidak membahayakan konstruksi candi. Rencananya, wisatawan yang akan masuk ke candi dipecah terlebih dahulu dengan transit di desa-desa wisata yang mereka bangun dan mereka dampingi.
Dengan mengatur banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur, maka bangunan candi dan konstruksi di sekelilingnya dapat terlindungi dengan baik. Di samping itu, pendirian desa wisata di seputaran candi akan menambah jangkauan efek ganda dari keberadaan candi terbesar di dunia ini. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat di seputaran candi juga meningkat. "Tujuannya memang meningkatkan kesejahteraan warga sekitar," ujarnya.
General Manager Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah 2, Amihwannudin menambahkan, era baru di Yogyakarta akan segera dimulai dengan berdirinya bandara baru di Kulonprogo. Jalur baru menuju ke Candi Borobudur segera terwujud. Dan sebagai antisipasi, pihaknya mulai menambah jalur distribusi baru, terutama ke wilayah-wilayah terpencil di Kulon Progo, yang notabene akan dilewati jalur baru menuju Candi Borobudur ini.
"Baru saja kami meresmikan penyalaan pertama listrik pedesaan di Desa Sidomulyo, wilayah terpencil Kulon Progo tak jauh dari Borobudur," tuturnya.
(ven)