BEI Akan Gencar Dirikan Galeri Investasi di Luar Jawa
A
A
A
YOGYAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan tahun ini mampu membuka galeri investasi di berbagai wilayah hingga 220 unit. Hingga akhir Oktober BEI telah membuka 214 unit galeri investasi, sebagian besar galeri investasi tersebut di perguruan tinggi.
Direkur Keuangan dan Sumber Daya Manusia BEI Choirudin Berlian mengatakan, pihaknya tengah gencar mendirikan galeri investasi baik di kampus ataupun institusi lainnya. Tujuannya, semakin mendekatkan pusat transaksi bursa kepada masyarakat.
Sehingga ke depan, jumlah investor pasar modal ataupun transaksi akan mengalami peningkatan. "Pada 2016 target kami memang 220. Tahun sebelumnya kami sudah memiliki 190 buah," paparnya di Yogyakarta, Rabu (26/10/2016).
Untuk galeri investasi ini, pihaknya akan lebih berkonsentrasi ke luar Jawa baik di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Tujuannya agar semakin banyak masyarakat di luar pulau Jawa yang menjadi investor baru di BEI.
Dia mengakui jika selama ini investor pasar modal dari Indonesia sebagian besar didominasi investor asal pulau Jawa. Investor pasar modal diTtanah Air banyak terkonsentrasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi.
Meski saat ini sudah mulai ke daerah seperti di Yogyakarta ataupun Solo, tetapi dominasi investor dari Pulau Jawa masih sangat kentara. Meskipun sebenarnya, potensi investor di luar Jawa kemungkinan besar masih bisa digali lebih banyak lagi.
Ke depan, pihaknya menargetkan semua provinsi di Indonesia memiliki galeri investasi. Tak hanya di ibu kota provinsi, galeri investasi ini juga berusaha akan dibuka di kota-kota penting di Tanah Air.
Misalnya di Palangkaraya, Tanjung Pinang, Palembang, Kabupaten Paser di Kalimantan, Papua, ataupun Kendari menjadi target lokasi galeri investasi. "Demi pemerataan serta memperkuat posisi pasar modal di Tanah Air," ungkapnya.
Saat ini, BEI memang memasuki taraf edukasi dan literasi karena investasi di pasar modal masih menduduki ranking terkecil dari program investasi yang diikuti masyarakat. Dia mencatat, baru sekitar 0,24% dari penduduk Indonesia yang sudah mengerti pasar modal dan memanfaatkannya sebagai sarana memperkaya diri.
Inklusi investasi di pasar saham memang masih sangat minim. Padahal, jika diseriusi investasi pasar saham juga bisa membuat nilai kekayaan seseorang naik. Inklusi investasi di Indonesia masih minim, maka masyarakat masih bisa terbujuk rayu dengan adanya cara-cara tidak masuk akal untuk memperkaya diri.
"Kasus terakhir yang menghebohkan adalah penggandaan uang dari Dimas Kanjeng. Orang semacam Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini memang memanfaatkan celah masyarakat yang ingin kaya tetapi tidak mau bekerja," tuturnya.
Selama ini banyak pengamat yang menuturkan jika untuk menambah jumlah investor maka perlu dipikirkan agar BEI memperbanyak produk yang diperjualbelikan. Saat ini yang diperdagangkan baru terbatas, hanya saham dan reksa dana, dan ORI.
Saat ini pihaknya tengah menimang perihal kemungkinan adanya penambahan produk baru yang bisa diperdagangkan di Pasar Bursa. Kepala BEI Yogyakarta, Irfan Noor Riza menambahkan, Yogyakarta dan Solo memang menjadi kota yang memiliki perkembangan investor cuku menggembirakan.
Di Yogyakarta jumlah investor sudah menembus angka 20 ribu orang lebih dengan transaksi rata-rata per bulan mencapai Rp300 miliar. Sebentar lagi pihaknya akan membidik Solo untuk menambah jumlah galeri investasi, karena memang potensial untuk digarap. "Di Solo itu ada 18 broker resmi," tandasnya.
Direkur Keuangan dan Sumber Daya Manusia BEI Choirudin Berlian mengatakan, pihaknya tengah gencar mendirikan galeri investasi baik di kampus ataupun institusi lainnya. Tujuannya, semakin mendekatkan pusat transaksi bursa kepada masyarakat.
Sehingga ke depan, jumlah investor pasar modal ataupun transaksi akan mengalami peningkatan. "Pada 2016 target kami memang 220. Tahun sebelumnya kami sudah memiliki 190 buah," paparnya di Yogyakarta, Rabu (26/10/2016).
Untuk galeri investasi ini, pihaknya akan lebih berkonsentrasi ke luar Jawa baik di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Tujuannya agar semakin banyak masyarakat di luar pulau Jawa yang menjadi investor baru di BEI.
Dia mengakui jika selama ini investor pasar modal dari Indonesia sebagian besar didominasi investor asal pulau Jawa. Investor pasar modal diTtanah Air banyak terkonsentrasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi.
Meski saat ini sudah mulai ke daerah seperti di Yogyakarta ataupun Solo, tetapi dominasi investor dari Pulau Jawa masih sangat kentara. Meskipun sebenarnya, potensi investor di luar Jawa kemungkinan besar masih bisa digali lebih banyak lagi.
Ke depan, pihaknya menargetkan semua provinsi di Indonesia memiliki galeri investasi. Tak hanya di ibu kota provinsi, galeri investasi ini juga berusaha akan dibuka di kota-kota penting di Tanah Air.
Misalnya di Palangkaraya, Tanjung Pinang, Palembang, Kabupaten Paser di Kalimantan, Papua, ataupun Kendari menjadi target lokasi galeri investasi. "Demi pemerataan serta memperkuat posisi pasar modal di Tanah Air," ungkapnya.
Saat ini, BEI memang memasuki taraf edukasi dan literasi karena investasi di pasar modal masih menduduki ranking terkecil dari program investasi yang diikuti masyarakat. Dia mencatat, baru sekitar 0,24% dari penduduk Indonesia yang sudah mengerti pasar modal dan memanfaatkannya sebagai sarana memperkaya diri.
Inklusi investasi di pasar saham memang masih sangat minim. Padahal, jika diseriusi investasi pasar saham juga bisa membuat nilai kekayaan seseorang naik. Inklusi investasi di Indonesia masih minim, maka masyarakat masih bisa terbujuk rayu dengan adanya cara-cara tidak masuk akal untuk memperkaya diri.
"Kasus terakhir yang menghebohkan adalah penggandaan uang dari Dimas Kanjeng. Orang semacam Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini memang memanfaatkan celah masyarakat yang ingin kaya tetapi tidak mau bekerja," tuturnya.
Selama ini banyak pengamat yang menuturkan jika untuk menambah jumlah investor maka perlu dipikirkan agar BEI memperbanyak produk yang diperjualbelikan. Saat ini yang diperdagangkan baru terbatas, hanya saham dan reksa dana, dan ORI.
Saat ini pihaknya tengah menimang perihal kemungkinan adanya penambahan produk baru yang bisa diperdagangkan di Pasar Bursa. Kepala BEI Yogyakarta, Irfan Noor Riza menambahkan, Yogyakarta dan Solo memang menjadi kota yang memiliki perkembangan investor cuku menggembirakan.
Di Yogyakarta jumlah investor sudah menembus angka 20 ribu orang lebih dengan transaksi rata-rata per bulan mencapai Rp300 miliar. Sebentar lagi pihaknya akan membidik Solo untuk menambah jumlah galeri investasi, karena memang potensial untuk digarap. "Di Solo itu ada 18 broker resmi," tandasnya.
(izz)