Lestarikan Satwa Langka, Pertamina Melepasliarkan 15 Ekor Maleo

Jum'at, 04 November 2016 - 21:15 WIB
Lestarikan Satwa Langka,...
Lestarikan Satwa Langka, Pertamina Melepasliarkan 15 Ekor Maleo
A A A
JAKARTA - Pertamina melepasliarkan 15 ekor burung Maleo dari 30 ekor Maleo yang ditangkarkandi kompleks Kantor TBBM Donggala. Hal ini dilakukan Pertamina untuk melestarikan satwa endemik yang bernama latin Macrocephalon Maleo ini.

Kegiatan pelepasliaran burung Maleo ini, dirangkaikan dengan peresmian kantor baru yang turut dihadiri GM Marketing Operation Region VII Tengku Badarsyah, Sekretaris Dirjen KSDAE Kementarian Lingkungan Hidup Heri Subagiadi, Kepala BKSDA Sulawesi Tengah Syihabuddin, dan Bupati Donggala Kasman Lassa.

"Penangkaran burung Maleo yang dilakukan Pertamina merupakan salah satu dukungan untuk memaksimalkan upaya yang telah dilakukan Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulteng dalam melestarikan satwa langka," ujar Tengku dalam keterangan yang diterima SINDOnews di Jakarta, Jumat (4/11/2016).

Selain melepasliarkan burung Maleo, ia menambahkan keberhasilan terminal BBM di Sulawesi, yang kinerja lingkungannya sudah berpredikat Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. "Terminal BBM Donggala salah satu 'new comer' diantara 323 perusahaan swasta dan BUMN yang mendapatkan predikat tersebut pada 2015. Kami juga melakukan program pelestarian keanekaragaman hayati dengan penangkaran satwa endemik ini," lanjutnya.

Kegiatan ini disambut baik Bupati Donggala yang pada Juni lalu, menandatangani prasasti peresmian penangkaran yang bekerja sama dengan BKSDA. "Saya harapkan perusahaan lain di Donggala bahkan Sulteng meniru apa yang dilakukan Pertamina, bukan hanya semata mengejar target bisnis tapi disertai dengan mengedepankan daya dukung alam."

Senada dengan Bupati Donggala, Sekdirjen KSDAE menuturkan bahwa kepedulian terhadap pelestarian flora dan fauna langka biasanya dilakukan pemerintah dan NGO. Kolaborasi pemerintah dengan sektor swasta atau perusahaan seperti yang dilakukan hari ini, sangat diperlukan. Karena kepunahan tersebut diakibatkan perambahan hutan alam oleh perusahaan atau swasta juga. Pertamina sudah menunjukkan kepedulian yang luar biasa.

Berdasarkan data yang dihimpun Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulteng, populasi burung Maleo terus mengalami penurunan sebesar 70% selama beberapa tahun terakhir.

Hal ini dikarenakan perambahan hutan dan masyarakat yang memburu telurnya untuk dikonsumsi. Perburuan liar, kebakaran dan perambahan hutan juga berkontribusi mengganggu ekosistem yang ada. Di Sulawesi Tengah sendiri, tidak hanya habitat burung Maleo, habitat endemik seperti Anoa, Babirusa, dan Tarsius juga tergolong terancam kepunahan.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0825 seconds (0.1#10.140)