Meski Rupiah Jeblok, BI Nilai Fundamental Ekonomi Indonesia Baik
A
A
A
JAKARTA - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan kendati dua hari ini, nilai tukar rupiah anjlok namun secara fundamental, ekonomi Indonesia tetap baik. Kondisi ekonomi Indonesia tidak seperti ekonomi negara lain.
Mirza menerangkan bahwa beberapa indikator makroekonomi Indonesia terlihat stabil dan tidak ditemui tekanan. Salah satu buktinya pertumbuhan ekonomi kuartal III mencapai 5,02%, lebih tinggi daripada negara tetangga.
"Ekonomi Indonesia tidak seperti pasar di luar negeri. Pertumbuhan ekonomi kita di 5,2 persen. Coba lihat Singapura enggak sampai dua persen dan Thailand di bawah tiga persen. Negara ASEAN yang pertumbuhannya di atas lima persen, ya Indonesia dan Filipina sebesar enam persen. Jadi dari pertumbuhan ekonomi, jelas kita bagus," katanya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (11/11/2016).
Di lihat dari neraca pembayaran, neraca dagang Indonesia pada titik yang baik. Defisit 2,0-2,1% dari PDB. Sekarang bahkan 1,8%. Kemudian defisit anggaran pemerintah, menurut kebijakan Menteri Keuangan Sri Mulyani, defisit tetap harus dijaga tidak lebih dari 2,5% dari PDB. "Itu angka yang sehat. Jadi dari sisi fundamental, Indonesia itu dalam kondisi yang baik," imbuhnya.
Dalam rangka menjaga stabilisasi di pasar, bank sentral hadir di dua pasar sekaligus, yaitu di valas dan surat berharga negara (SBN). Ini dalam rangka memberikan announce efek ke pasar, maka BI umumkan lelang ke SBN.
"Jadi kalau yang punya akses, BI umumkan ke peserta pasar bahwa BI ready to buy SBN, lelangnya sudah ditutup tadi, dibuka sejam. Nanti akan diumumkan berapa yang BI beli. Jadi setelah BI umumkan membeli SBN dan hadir di valas saya lihat rupiah kembali ke Rp13.500. Maka pasarnya sudah kembali," pungkasnya.
Mirza menerangkan bahwa beberapa indikator makroekonomi Indonesia terlihat stabil dan tidak ditemui tekanan. Salah satu buktinya pertumbuhan ekonomi kuartal III mencapai 5,02%, lebih tinggi daripada negara tetangga.
"Ekonomi Indonesia tidak seperti pasar di luar negeri. Pertumbuhan ekonomi kita di 5,2 persen. Coba lihat Singapura enggak sampai dua persen dan Thailand di bawah tiga persen. Negara ASEAN yang pertumbuhannya di atas lima persen, ya Indonesia dan Filipina sebesar enam persen. Jadi dari pertumbuhan ekonomi, jelas kita bagus," katanya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (11/11/2016).
Di lihat dari neraca pembayaran, neraca dagang Indonesia pada titik yang baik. Defisit 2,0-2,1% dari PDB. Sekarang bahkan 1,8%. Kemudian defisit anggaran pemerintah, menurut kebijakan Menteri Keuangan Sri Mulyani, defisit tetap harus dijaga tidak lebih dari 2,5% dari PDB. "Itu angka yang sehat. Jadi dari sisi fundamental, Indonesia itu dalam kondisi yang baik," imbuhnya.
Dalam rangka menjaga stabilisasi di pasar, bank sentral hadir di dua pasar sekaligus, yaitu di valas dan surat berharga negara (SBN). Ini dalam rangka memberikan announce efek ke pasar, maka BI umumkan lelang ke SBN.
"Jadi kalau yang punya akses, BI umumkan ke peserta pasar bahwa BI ready to buy SBN, lelangnya sudah ditutup tadi, dibuka sejam. Nanti akan diumumkan berapa yang BI beli. Jadi setelah BI umumkan membeli SBN dan hadir di valas saya lihat rupiah kembali ke Rp13.500. Maka pasarnya sudah kembali," pungkasnya.
(ven)