Menilik Hubungan Ekonomi AS-Kuba Pasca Fidel Castro

Senin, 28 November 2016 - 21:29 WIB
Menilik Hubungan Ekonomi...
Menilik Hubungan Ekonomi AS-Kuba Pasca Fidel Castro
A A A
WASHINGTON - Wafatnya mantan Pemimpin Kuba Fidel Castro pada Jumat, 25 November lalu, menjadi perbincangan hangat, khususnya bagaimana nasib hubungan Kuba dengan tetangga besarnya Amerika Serikat. Sejak Fidel menggulingkan rezim Jenderal Fulgencio Batista yang disokong AS pada 1959, praktis hubungan kedua negara membeku. Tercatat sembilan Presiden AS berupaya mendongkel kekuasaan Fidel dengan mendukung 638 upaya pembunuhan yang kesemuanya berakhir gagal.

Kini, usai wafatnya Fidel, Amerika dengan Presiden terpilih Donald Trump mengatakan telah berjanji untuk meningkatkan hubungan baik dengan Kuba. Melansir dari Bloomberg, Senin (28/11/2016), Trump berikhtiar meningkatkan hubungan kedua negara yang selama dua tahun belakangan mulai terjalin di era Barack Obama.

Reince Priebus, kepala staf kampanye Trump, menegaskan kepada Fox News, bahwa Amerika memerlukan kesepakatan yang lebih baik dengan Havana. Sebagai pengusaha, Trump disinyalir akan membuka peluang ekspansi bisnis AS ke Kuba. Selama pemilihan kemarin, banyak warga Amerika keturunan Kuba yang mendukung Trump, membantunya menang di Negara Bagian Florida, salah satu wilayah kunci kemenangan.

Kamar Dagang Amerika mengatakan dengan kemajuan hubungan dua tahun belakangan ditambah pernyataan Trump, mereka berharap AS membuat langkah maju dalam mengejar kesempatan yang lebih besar agar perusahaan AS bisa berkolaborasi dengan Kuba. “Banyak orang Amerika tertarik untuk mengunjungi Kuba dan menghabiskan uang di sana,” tulisnya seperti dirangkum Bloomberg.

Pernyataan itu selaras dengan data yang dirilis Kantor Statistik Nasional Kuba pada pekan lalu. Seperti diberitakan The Telegraph, Senin (28/11), jumlah wisatawan Kuba pada enam bulan pertama tahun 2016 meningkat 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan wisata melonjak hingga USD1,2 miliar, dimana jumlah pengunjung asal AS meningkat hingga 80%.

Terkait arus wisatawan dari AS, perusahaan penerbangan Amerika pun kian menambah jadwal penerbangan ke Kuba. Pada Senin, 28 November ini, JetBlue yang pertama kali membuka rute penerbangan AS-Kuba pulang-pergi pada Agustus lalu, kini sudah beroperasi 42 layanan nonstop ke Kuba setiap pekan. Dan hari Senin ini memulai penerbangan langsung dari Bandara John F. Kennedy di New York ke Bandara Internasional José Martí Havana.

Pada hari yang sama, tulis The Telegraph, American Airlines memulai penerbangan regular dari Miami Ke Havana. Delta Air Lines selain akan membuka penerbangan berjadwal ke Kuba pada 1 Desember besok, juga membuka kantor tiket di Havana. Rencananya hingga akhir 2016, akan ada sekitar 110 penerbangan terjadwal langsung dari AS ke Kuba setiap hari. Mengingat jarak AS ke Kuba hanya sekitar 90 mil alias 145 kilometer.

Gelombang arus wisatawan AS dikabarkan juga meningkatkan casas particulares alias rumah-rumah warga yang dijadikan tempat penginapan. Sementara persentase hunian hotel di Havana tetap stabil karena keterbatasan ketersediaan hotel.

Jonathan Goldsmith, pemilik Travel Audley yang mengkhususkan bagi perjalanan wisata di Amerika Latin, mengatakan Kuba sekarang menjadi tujuan baru wisata di Karibia, Amerika Tengah. “Sebelumnya Kuba tidak pernah begitu popular sebagai tujuan wisata dan berlalunya Castro akan meningkatkan perubahan negara itu secara cepat”.

Sementara Newsweek melaporkan pada September lalu, bahwa Presiden terpilih Donald Trump bernecana membangun hotel dan kasino di Kuba. Trump Hotels & Casino Resorts dikabarkan sudah menghabiskan dana sekitar USD68.000 untuk membangun properti di Kuba.

Kabar tersebut juga dilaporkan oleh Bloomberg Businessweek pada Juli kemarin, bahwa eskekutif perusahaan Trump telah melakukan perjalanan ke Kuba untuk membuka peluang bisnis di sana. Kepada CNN, pada bulan Maret, Trump sendiri mengatakan tertarik membuka sebuah hotel di Kuba. “Aku mau, aku akan (membuka hotel di Kuba) pada waktu yang tepat. Ketika kita diperbolehkan untuk melakukannya (setelah embargo dicabut). Kalau sekarang, kita tidak,” ujarnya ketika itu.

Dengan wafatnya Fidel dan hubungan yang mulai terjalin selama Barack Obama dengan Raul Castro, pengganti dan adik Fidel, masalah embargo dan pemulihan hubungan AS dan Kuba tinggal persoalan waktu saja.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0983 seconds (0.1#10.140)