Akibat Cuaca Buruk, PLN Rugi Miliaran Rupiah
A
A
A
YOGYAKARTA - Cuaca buruk yang diwarnai dengan angin kencang dan tanah longsor belakangan ini, membuat infrastruktur Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga mengalami kerusakan. Akibat kerusakan yang ditimbulkan cuaca buruk tersebut, PT PLN Area Yogyakarta harus menanggung kerugian hingga miliaran rupiah.
Asisten Manajer Jaringan PT PLN Area Yogyakarta, Bambang Eko mengatakan, intensitas gangguan pada jaringan PLN selama musim hujan belakangan terus mengalami peningkatan. Bahkan jika dibandingkan dengan tahun lalu, terjadi peningkatan cukup signifikan karena musim hujan tahun ini jauh lebih panjang dibanding dengan musim hujan tahun sebelumnya. "Tahun ini hampir tak ada musim kemarau," tuturnya, Kamis (1/12/2016).
Belakangan ini, hampir selalu terjadi gangguan pada jaringan distribusi milik PLN. Banyak sekali jaringan yang rusak berat akibat tertimpa oleh pohon-pohon yang roboh setelah tertiup angin. Tak hanya satu atau dua saja, tetapi hingga belasan tiang listrik mengalami kerusakan cukup parah sehingga perlu pergantian.
Tak hanya tiang yang rusak berat akibat tertimpa pohon yang roboh, pihaknya juga sering harus mengganti jaringan atau tiang listrik karena rusak tergerus longsor atau masih utuh tetapi dalam zona bahaya karena bisa saja sewaktu-waktu terkena longsor. Seperti yang terjadi baru-baru ini di Kecamatan Ngawen. Pihaknya harus mengganti sebagian besar jaringan karena berada di rekahan tanah.
Akibat bencana tersebut, lanjutnya, pihak PLN secara keseluruhan menanggung kerugian hingga miliaran rupiah. Meskipun dirinya tidak bisa menjawab secara detil angka kerugian tersebut tetapi ia menggambarkan betapa besar biaya yang harus ditanggung untuk memulihkan jaringan-jaringan tersebut. "Kalau detilnya belum bisa kami sebutkan, karena berbeda-beda setiap titiknya," ujarnya.
Ia mencontohkan, untuk penggantian material tiang listrik saja, PLN harus mengeluarkan biaya minimal sebesar Rp3 juta. Padahal jumlah tiang yang rusak akibat tertimpa pohon yang roboh cukup banyak. Di Bantul misalnya, dalam bencana yang belum lama ini terjadi, PT PLN harus mengganti setidaknya 13 tiang yang rusak. Sementara di Kota Yogyakarta jumlahnya juga cukup banyak.
Tak hanya bicara tiang, untuk memulihkan jaringan, terkadang PT PLN harus mengganti travo mereka. Padahal biaya penggantian travo tersebut satu unitnya, PLN harus mengeluarkan biaya Rp30 juta. Di Yogyakarta, dalam bencana angin ribut beberapa hari yang lalu, PT PLN harus mengganti setidaknya 11 unit travo.
"Itu baru materialnya saja. Belum lagi untuk upah tenaga, terus mengganti kabel. Dan kerugian paling besar dari kami justru dari kwh atau tegangan yang tidak terjual karena jaringan terganggu. Contohnya saja itu pabrik susu, karena rusak jaringannya maka kami tidak bisa menjual listrik ke mereka. Satu jam saja bisa puluhan juta," paparnya.
Humas PT PLN Area Daerah Istimewa Yogyakarta, Paulus Kardiman menambahkan, gangguan pada jaringan listrik PLN tidak hanya merugikan pelanggan semata karena tidak mendapatkan aliran listrik, tetapi PT PLN juga menanggung kerugian untuk biaya recovery dan listrik yang tak terjual cukup besar.
Untuk itu, agar tidak ada kerugian kedua belah pihak, maka ia sangat mengharap kepada masyarakat untuk bekerja sama. "Minimal kerelaannya saja ketika kami (PLN) melakukan pemangkasan pohon milik mereka," ujarnya.
Asisten Manajer Jaringan PT PLN Area Yogyakarta, Bambang Eko mengatakan, intensitas gangguan pada jaringan PLN selama musim hujan belakangan terus mengalami peningkatan. Bahkan jika dibandingkan dengan tahun lalu, terjadi peningkatan cukup signifikan karena musim hujan tahun ini jauh lebih panjang dibanding dengan musim hujan tahun sebelumnya. "Tahun ini hampir tak ada musim kemarau," tuturnya, Kamis (1/12/2016).
Belakangan ini, hampir selalu terjadi gangguan pada jaringan distribusi milik PLN. Banyak sekali jaringan yang rusak berat akibat tertimpa oleh pohon-pohon yang roboh setelah tertiup angin. Tak hanya satu atau dua saja, tetapi hingga belasan tiang listrik mengalami kerusakan cukup parah sehingga perlu pergantian.
Tak hanya tiang yang rusak berat akibat tertimpa pohon yang roboh, pihaknya juga sering harus mengganti jaringan atau tiang listrik karena rusak tergerus longsor atau masih utuh tetapi dalam zona bahaya karena bisa saja sewaktu-waktu terkena longsor. Seperti yang terjadi baru-baru ini di Kecamatan Ngawen. Pihaknya harus mengganti sebagian besar jaringan karena berada di rekahan tanah.
Akibat bencana tersebut, lanjutnya, pihak PLN secara keseluruhan menanggung kerugian hingga miliaran rupiah. Meskipun dirinya tidak bisa menjawab secara detil angka kerugian tersebut tetapi ia menggambarkan betapa besar biaya yang harus ditanggung untuk memulihkan jaringan-jaringan tersebut. "Kalau detilnya belum bisa kami sebutkan, karena berbeda-beda setiap titiknya," ujarnya.
Ia mencontohkan, untuk penggantian material tiang listrik saja, PLN harus mengeluarkan biaya minimal sebesar Rp3 juta. Padahal jumlah tiang yang rusak akibat tertimpa pohon yang roboh cukup banyak. Di Bantul misalnya, dalam bencana yang belum lama ini terjadi, PT PLN harus mengganti setidaknya 13 tiang yang rusak. Sementara di Kota Yogyakarta jumlahnya juga cukup banyak.
Tak hanya bicara tiang, untuk memulihkan jaringan, terkadang PT PLN harus mengganti travo mereka. Padahal biaya penggantian travo tersebut satu unitnya, PLN harus mengeluarkan biaya Rp30 juta. Di Yogyakarta, dalam bencana angin ribut beberapa hari yang lalu, PT PLN harus mengganti setidaknya 11 unit travo.
"Itu baru materialnya saja. Belum lagi untuk upah tenaga, terus mengganti kabel. Dan kerugian paling besar dari kami justru dari kwh atau tegangan yang tidak terjual karena jaringan terganggu. Contohnya saja itu pabrik susu, karena rusak jaringannya maka kami tidak bisa menjual listrik ke mereka. Satu jam saja bisa puluhan juta," paparnya.
Humas PT PLN Area Daerah Istimewa Yogyakarta, Paulus Kardiman menambahkan, gangguan pada jaringan listrik PLN tidak hanya merugikan pelanggan semata karena tidak mendapatkan aliran listrik, tetapi PT PLN juga menanggung kerugian untuk biaya recovery dan listrik yang tak terjual cukup besar.
Untuk itu, agar tidak ada kerugian kedua belah pihak, maka ia sangat mengharap kepada masyarakat untuk bekerja sama. "Minimal kerelaannya saja ketika kami (PLN) melakukan pemangkasan pohon milik mereka," ujarnya.
(ven)