Jack Ma, Si Ndeso Sukses Kuasai Dunia
A
A
A
SEKILAS kalau melihat wajah Jack Ma yang 'ndeso', tak ada yang menyangka bahwa ia salah satu orang terkaya di dunia. Kekayaannya kini mencapai Rp289,8 triliun, alias sepersepuluh APBN tahun ini. Majalah Forbes menempatkan Ma di peringkat ketujuh orang terkaya sedunia di bidang teknologi. Kesuksesannya ini tidak diraih semalam, tetapi buah dari kerja keras bertahun-tahun.
Dilahirkan bukan dari keluarga kaya, sejak muda, Ma sudah akrab dengan kegagalan dan penolakan. Semasa sekolah, ia sempat gagal ujian masuk beberapa kali. Setelah lulus kuliah pun, ia tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Ia pernah mengikuti tes jadi polisi dan melamar di KFC, tetapi lagi-lagi dia mendapat penolakan. Namun, kegagalan demi kegagalan yang dialaminya tak membuatnya menyerah begitu saja. Jack Ma justru sukses membalik nasibnya.
Jalan sukses pria yang lahir dengan nama Ma Yun ini berawal setelah kepulangannya dari Amerika Serikat. Perkenalan pertamanya dengan komputer dan internet dimulai pada 1995. Saat itu, ia berkesempatan pergi ke Seattle, AS untuk bekerja sebagai penerjemah. Suatu waktu, saat mencoba melakukan pencarian yang berkaitan dengan kata "China" di mesin pencari, Ma tidak menemukan apa pun. Kejadian ini kemudian menjadi faktor pemicu berdirinya Alibaba Group empat tahun kemudian.
Pada 1999 di apartemennya, ayah dua anak ini mengumpulkan 18 teman dekatnya lalu membeberkan visi bisnisnya selama 2 jam. Setelah itu, setiap orang menaruh uangnya di meja dan terkumpulah US$60 ribu. Ma sengaja memilih nama Alibaba karena selain mudah dieja, tiap orang akrab dengan perintah 'open sesame' untuk membuka pintu harta karun. Ini seperti harapannya untuk memperbaiki kehidupannya dan orang-orang di sekitarnya.
Pertumbuhan Alibaba yang sangat cepat membuat dua raksasa e-commerce, Amazon dan eBay merasa terancam. Toh, sejak awal Ma sadar posisinya. Menurutnya, Alibaba akan sukses jika fokus pada pasar China dan tidak langsung terpancing ekspansi ke pasar global. Ma pernah berkata, "eBay mungkin hiu di samudera luas, tetapi saya adalah buaya di sungai Yangtze. Jika kami bertempur di samudera, kami kalah, tetapi kalau bertempur di sungai, kami yang menang." Samudera luas yang ia maksud adalah pasar global, sementara Yangtze adalah China dan wilayah sekitarnya.
Daud vs Goliat
Pada 2002 , raksasa e-commerce, eBay mengakuisisi 1/3 saham Eachnet China dan mulai masuk ke pangsa pasar Cina. Ma sadar akan bahaya yang mengancam, Ma terus bergerak maju, melengkapi amunisinya.
Pada 2003, dengan sokongan dana dari Masayoshi Son, bank asal Jepang, sebesar US$56 juta, Alibaba meluncurkan Taobao.com. Pertarungan seru seperti gim 'Clash Of Clans' pun di mulai untuk menghadang eBay Cina.
Melalui Taobao, Ma mengibarkan 'bendera perang' terhadap eBay. Sejak itu, ia sering memberi 'pukulan' kepada eBay. Walaupun Taobao memiliki sumber daya jauh lebih sedikit dari eBay, mantan guru bahasa Inggris ini bahkan menolak tawaran kerja sama dengan eBay yang waktu itu dipimpin oleh Meg Whitman.
Belum cukup sampai di situ, demi mendorong trafik lewat situsnya, dibangun sistem pembayaran daring, Alipay, pada 2004. Seperti situs pertama, semuanya bergerak melampaui ekspektasi awal sehingga Alibaba Group pun mendominasi ritel daring Cina yang terus membesar hari demi hari.
Akhirnya, di penghujung 2006, eBay memutuskan menutup situsnya di China. Hengkangnya perusahaan Amerika ini menandakan kemenangan Alibaba. Akhirnya, Ma sukses membangun kerajaan e-commerce di daratan China dan mengusir eBay dari sana. Bahkan, sejak 2012, Alibaba berhasil menjadi perusahaan e-commerce nomor 1 dunia, melampaui eBay digabung dengan Amazon.
Kegigihan dan keberhasilan 'Crazy Jack' ini ternyata menginspirasi banyak orang. Salah satunya, pendiri sekaligus CEO Tokopedia, William Tanuwijaya. Dalam berbagai kesempatan, pengusaha muda ini sering menyebut nama Jack Ma sebagai idolanya. Lucunya, saat ini keduanya justru harus berhadap-hadapan sebagai pesaing bisnis.
Pada 12 April 2016, Alibaba membeli mayoritas saham Lazada Group senilai US$1 miliar dari total valuasi perusahaan Lazada US$1,5 miliar. Raksasa e-commerce China itu memberi suntikan sebesar US$500 juta, mencaplok sebagian besar saham milik investor lamanya.
Akuisisi ini menandai operasional Alibaba di Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara, sekaligus menjadi babak baru persaingannya dengan Tokopedia. Menurut data dari App Annie dan SimilarWeb, saat ini Tokopedia adalah aplikasi dan situs e-commerce paling populer di Indonesia.
Takutkah William bersaing dengan idolanya? Ditemui dalam bincang-bincang yang dihadiri SINDO Weekly di markas Google Indonesia di bilangan Senayan, pria 34 tahun ini bilang anteng saja. Justru dia termotivasi untuk berusaha lebih keras. "Saya katakan hari ini, bahwa Tokopedia adalah Komodo di negara kepulauan 17.000 pulau. Pertempuran di sungai, komodo akan kalah. Tapi, pertempuran di hutan, di salah satu pulau kita, komodo memiliki kesempatan yang cukup baik untuk menang," jawabnya optimis, seolah menjawab alegori 'Buaya Sungai Yangtze' yang digunakan Ma saat mengincar lambung Ebay di China. (Monica Dian Adelina)
Dilahirkan bukan dari keluarga kaya, sejak muda, Ma sudah akrab dengan kegagalan dan penolakan. Semasa sekolah, ia sempat gagal ujian masuk beberapa kali. Setelah lulus kuliah pun, ia tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Ia pernah mengikuti tes jadi polisi dan melamar di KFC, tetapi lagi-lagi dia mendapat penolakan. Namun, kegagalan demi kegagalan yang dialaminya tak membuatnya menyerah begitu saja. Jack Ma justru sukses membalik nasibnya.
Jalan sukses pria yang lahir dengan nama Ma Yun ini berawal setelah kepulangannya dari Amerika Serikat. Perkenalan pertamanya dengan komputer dan internet dimulai pada 1995. Saat itu, ia berkesempatan pergi ke Seattle, AS untuk bekerja sebagai penerjemah. Suatu waktu, saat mencoba melakukan pencarian yang berkaitan dengan kata "China" di mesin pencari, Ma tidak menemukan apa pun. Kejadian ini kemudian menjadi faktor pemicu berdirinya Alibaba Group empat tahun kemudian.
Pada 1999 di apartemennya, ayah dua anak ini mengumpulkan 18 teman dekatnya lalu membeberkan visi bisnisnya selama 2 jam. Setelah itu, setiap orang menaruh uangnya di meja dan terkumpulah US$60 ribu. Ma sengaja memilih nama Alibaba karena selain mudah dieja, tiap orang akrab dengan perintah 'open sesame' untuk membuka pintu harta karun. Ini seperti harapannya untuk memperbaiki kehidupannya dan orang-orang di sekitarnya.
Pertumbuhan Alibaba yang sangat cepat membuat dua raksasa e-commerce, Amazon dan eBay merasa terancam. Toh, sejak awal Ma sadar posisinya. Menurutnya, Alibaba akan sukses jika fokus pada pasar China dan tidak langsung terpancing ekspansi ke pasar global. Ma pernah berkata, "eBay mungkin hiu di samudera luas, tetapi saya adalah buaya di sungai Yangtze. Jika kami bertempur di samudera, kami kalah, tetapi kalau bertempur di sungai, kami yang menang." Samudera luas yang ia maksud adalah pasar global, sementara Yangtze adalah China dan wilayah sekitarnya.
Daud vs Goliat
Pada 2002 , raksasa e-commerce, eBay mengakuisisi 1/3 saham Eachnet China dan mulai masuk ke pangsa pasar Cina. Ma sadar akan bahaya yang mengancam, Ma terus bergerak maju, melengkapi amunisinya.
Pada 2003, dengan sokongan dana dari Masayoshi Son, bank asal Jepang, sebesar US$56 juta, Alibaba meluncurkan Taobao.com. Pertarungan seru seperti gim 'Clash Of Clans' pun di mulai untuk menghadang eBay Cina.
Melalui Taobao, Ma mengibarkan 'bendera perang' terhadap eBay. Sejak itu, ia sering memberi 'pukulan' kepada eBay. Walaupun Taobao memiliki sumber daya jauh lebih sedikit dari eBay, mantan guru bahasa Inggris ini bahkan menolak tawaran kerja sama dengan eBay yang waktu itu dipimpin oleh Meg Whitman.
Belum cukup sampai di situ, demi mendorong trafik lewat situsnya, dibangun sistem pembayaran daring, Alipay, pada 2004. Seperti situs pertama, semuanya bergerak melampaui ekspektasi awal sehingga Alibaba Group pun mendominasi ritel daring Cina yang terus membesar hari demi hari.
Akhirnya, di penghujung 2006, eBay memutuskan menutup situsnya di China. Hengkangnya perusahaan Amerika ini menandakan kemenangan Alibaba. Akhirnya, Ma sukses membangun kerajaan e-commerce di daratan China dan mengusir eBay dari sana. Bahkan, sejak 2012, Alibaba berhasil menjadi perusahaan e-commerce nomor 1 dunia, melampaui eBay digabung dengan Amazon.
Kegigihan dan keberhasilan 'Crazy Jack' ini ternyata menginspirasi banyak orang. Salah satunya, pendiri sekaligus CEO Tokopedia, William Tanuwijaya. Dalam berbagai kesempatan, pengusaha muda ini sering menyebut nama Jack Ma sebagai idolanya. Lucunya, saat ini keduanya justru harus berhadap-hadapan sebagai pesaing bisnis.
Pada 12 April 2016, Alibaba membeli mayoritas saham Lazada Group senilai US$1 miliar dari total valuasi perusahaan Lazada US$1,5 miliar. Raksasa e-commerce China itu memberi suntikan sebesar US$500 juta, mencaplok sebagian besar saham milik investor lamanya.
Akuisisi ini menandai operasional Alibaba di Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara, sekaligus menjadi babak baru persaingannya dengan Tokopedia. Menurut data dari App Annie dan SimilarWeb, saat ini Tokopedia adalah aplikasi dan situs e-commerce paling populer di Indonesia.
Takutkah William bersaing dengan idolanya? Ditemui dalam bincang-bincang yang dihadiri SINDO Weekly di markas Google Indonesia di bilangan Senayan, pria 34 tahun ini bilang anteng saja. Justru dia termotivasi untuk berusaha lebih keras. "Saya katakan hari ini, bahwa Tokopedia adalah Komodo di negara kepulauan 17.000 pulau. Pertempuran di sungai, komodo akan kalah. Tapi, pertempuran di hutan, di salah satu pulau kita, komodo memiliki kesempatan yang cukup baik untuk menang," jawabnya optimis, seolah menjawab alegori 'Buaya Sungai Yangtze' yang digunakan Ma saat mengincar lambung Ebay di China. (Monica Dian Adelina)
(bbk)