Sultan Berharap DIY Segera Jadi Kawasan Industri Kayu

Rabu, 28 Desember 2016 - 15:14 WIB
Sultan Berharap DIY...
Sultan Berharap DIY Segera Jadi Kawasan Industri Kayu
A A A
YOGYAKARTA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan HB X berharap DIY segera menjadi kawasan industri kayu di Tanah Air. Mengingat ekspor mebel dan kerajinan memberi konstribusi signifikan dibanding komoditas lain. Yogyakarta memiliki potensi dan sumber daya yang lebih untuk industri kayu ini.

Menurutnya, sama seperti Boyolali yang menjadi kawasan atau sentra industri logam tembaga, Yogyakarta seharusnya bisa segera menjadi kawasan industri kayu di Tanah Air. Terlebih sumber daya yang ada di DIY jauh melebihi potensi daerah lain.

Yogyakarta memiliki kelebihan industri kayu karena ada sumber daya alam yang banyak serta sumber daya manusia yang lebih mumpuni dibanding daerah lain memungkinkan bisa berkembang pesat.

"Tak hanya itu, Yogyakarta juga memiliki kekuatan budaya," tutur Sultan saat launching Jogja International Furniture and Craft Fair (JIFFINA) 2017 di Royal Ambarrukmo Hotel, Yogyakarta, Rabu (28/12/2016).

Keunggulan industri rumahan yang dibranding menjadi satu dengan batik harus dimanfaatkan maksimal. Karena itu, pelaku industri harus mampu memanfaatkan potensi tersebut dengan mengkolaborasikan bersama budaya. Hanya memberi nilai ekonomi yang tinggi, maka kebudayaan Yogyakarta akan memiliki nilai jual yang memiliki daya saing dan kemampuan bertahan di masyarakat.

Produk yang memiliki daya saing serta mampu bertahan di segala kondisi yang ada akan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Hal tersebut akan memberi jalan ekspansi besar-besaran budaya dari Yogyakarta. Hal ini terjadi karena industri membutuhkan lahan besar.

Maka, kebutuhan pasar yang lebih luas dari industri budaya hanya bisa dicapai melalui kreativitas. Karena pasar industri budaya adalah orang-orang yang meminati budaya itu sendiri.

Apapun ekspansi budaya membutuhkan produk-produk branded yaitu produk-produk ekspor. Kesuksesan industri budaya berbanding lurus dengan ekspansi budaya. Dalam proses ekspansi budaya ini membutuhkan produk yang mampu membawa nama Indonesia.

Kolaborasi yang tepat produk kayu dengan budaya akan mampu memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Yogyakarta. "Bagaimana kita memperkenalkan budaya melalui produk?" tutur dia.

Besarnya peluang industri kreatif berbasis budaya khususnya industri mebel dan kerajinan, maka dia berharap agar natural dan konservatif tidak sekadar jargon saja. Namun, harus benar-benar diimplementasikan secara menyeluruh dengan mengembangkan industri kreatif berbasis kebudayaan etnik-etnik nusantara.

Dia berharap agar ke depan, industri kayu mampu memberikan kontribusi lebih banyak lagi bagi perekonomian DIY. Selama ini industri mebel masih menduduki penyumbang terbanyak ketiga setelah tekstil dan kerajinan berbahan kulit.

Kreativitas berbasis budaya bisa dikedepankan seiring pertumbuhan industri pariwisata di wilayahnya. "Persaingan dengan China, Malaysia ataupun Thailand sudah lama terjadi. Indonesia harus segera bersikap," katanya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Bambang Kristiyono mengatakan, komoditas kayu dan kerajinan memang menjadi salah satu dari penyumbang ekspor di DIY. Bayang-bayang tekstil dan juga kerajinan dari kulit masih mendominasi.

Di sisi lain, serapan tenaga kerja dari sektor mebel dan kerajinan jauh lebih banyak ketimbang lainnya. "Harus didorong lagi biar lebih berperan," tandasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5993 seconds (0.1#10.140)