3.270 Warga Miskin Baru Muncul di 2016

Rabu, 04 Januari 2017 - 23:03 WIB
3.270 Warga Miskin Baru Muncul di 2016
3.270 Warga Miskin Baru Muncul di 2016
A A A
BANTUL - Ribuan warga miskin baru muncul di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam setahun terakhir. Peningkatan jumlah warga miskin di Yogyakarta ini ditengarai akibat adanya peningkatan nilai komoditas, baik makanan maupun non makanan. Kenaikan harga tersebut mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat.

Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta, Soman Wisnu Dharma mengungkapkan, berdasarkan data terakhir yang mereka miliki pada September 2016 silam, jumlah warga miskin di Yogyakarta mencapai 488.830 jiwa. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding warga miskin periode September 2015 lalu, yaitu sebesar 485.560 jiwa.

"Setahun terjadi peningkatan 3.270 orang," tutur Soman di kantornya, jalan Ringroad Barat, Kasihan Bantul, Rabu (4/1/2017).

Kemiskinan adalah suatu kondisi kehidupan dimana terdapat sejumlah penduduk tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum dan mereka hidup di bawah tingkat kebutuhan minimum tersebut. BPS mengukur kemiskinan juga berdasarkan pada kebutuhan dasar.

Nilai kebutuhan dasar minimum digambarkan dengan garis kemiskinan (GK) yaitu batas minimum pengeluaran per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan, yang akan memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak. Dan garis kemiskinan di Yogyakarta meningkat dalam setahun terakhir.

Ia menyebutkan, garis kemiskinan Yogyakarta pada September 2016 sebesar Rp360.169 per kapita per bulan. Jika dibandingkan dengan September 2015, garis kemiskinan di Yogyakarta memang mengalami peningkatan sekitar 3,58%. Sebab, garis kemiskinan di Yogyakarta pada September 2015 sekitar Rp 327.721 per kapita per bulan. "Di bulan Maret sempat meningkat Rp354.084 per kapita per bulan," terangnya.

Dari analisa yang mereka lakukan, ternyata lima komoditas makanan memberikan kontribusi kemiskinan di perkotaan. Lima komoditas tersebut adalah beras, daging sapi, rokok filter, kue basah dan telur ayam ras. Sementara di pedesaan adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi, telur ayam ras dan bawang merah.

Komoditas non makanan yang berpengaruh dan memberi sumbangan besar pada garis kemiskinan di perkotaan ataupun pedesaan yaitu perumahan, bensin, pendidikan dan listrik. Komoditas lain yang termasuk dalam lima besar di pedesaan adalah kayu bakar sedangkan di perkotaan adalah biaya kesehatan.

"Kalau kita cermati, rokok berkontribusi cukup besar. Artinya konsumsi rokok masih dilakukan oleh warga miskin," tambahnya.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Yogyakarta, Arjuliwondo menambahkan, karena rokok memberikan kontribusi yang cukup besar dalam andil kemiskinan di Yogyakarta, pihaknya akan mencoba memberikan masukan kepada tim penanggulangan angka kemiskinan untuk menggodok kemungkinan pengurangan distribusi rokok. Karena ternyata sebagian pengeluaran dari warga miskin dialokasikan untuk rokok.

"Biaya rokok memang cukup tinggi. Kalau dikurangi dan bisa dialokasikan dalam bidang lain, tentu akan berbeda," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7675 seconds (0.1#10.140)