BPJS Ketenagakerjaan: RI Jangan Terlena dengan Bonus Demografi
A
A
A
JAKARTA - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mengungkapkan, Indonesia tidak boleh terlena dengan bonus demografi dan besarnya penduduk usia muda yang dimiliki saat ini. Pasalnya, bonus demografi tersebut justru akan menjadi ancaman terberat yang akan dihadapi lembaga jaminan sosial.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengungkapkan, saat ini Indonesia memang tengah menikmati panen penduduk berusia muda. Namun, pada 2040 panen tersebut akan habis dan Indonesia akan masuk usia tua.
(Baca: BPJS Ketenagakerjaan Tekankan Pentingnya Jaminan Sosial)
"Usia penduduk kita mayoritas usia produktif. Tapi kondisi ini harus disikapi dengan dua sisi. Pertama, tantangan peningkatan tenaga kerja, tapi juga merupakan ancaman terhadap penyelenggaran jaminan sosial," katanya dalam acara Indonesia Economic Outlook yang digelar Koran SINDO dan SINDOnews.com di Pullman Hotel, Jakarta, Selasa (31/1/2017).
Agus menjelaskan, sistem jaminan sosial yang ada di Indonesia menganut sistem open growth. Jadi, masyarakat yang memasuki usia pensiun saat ini mendapatkan jaminan sosial dari iuran yang dibayar masyarakat usia pekerja.
"Pada saat 2040, orang yang pensiun akan lebih banyak dan orang yang iuran lebih sedikit. Ini yang bahaya," imbuhnya.
Sebab itu, penduduk usia muda saat ini harus digiring untuk masuk ke sistem jaminan sosial agar terjadi penumpukan dana untuk menghadapi hari tua. Sehingga, saat usia pensiun membludak maka ada cadangan uang yang dipupuk sejak saat ini.
"Sudah ada cadangan uang yang mulai dibangun dari sekarang. Cadangan uang sangat bermanfaat untuk mendongkrak ekonomi," kata Agus.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengungkapkan, saat ini Indonesia memang tengah menikmati panen penduduk berusia muda. Namun, pada 2040 panen tersebut akan habis dan Indonesia akan masuk usia tua.
(Baca: BPJS Ketenagakerjaan Tekankan Pentingnya Jaminan Sosial)
"Usia penduduk kita mayoritas usia produktif. Tapi kondisi ini harus disikapi dengan dua sisi. Pertama, tantangan peningkatan tenaga kerja, tapi juga merupakan ancaman terhadap penyelenggaran jaminan sosial," katanya dalam acara Indonesia Economic Outlook yang digelar Koran SINDO dan SINDOnews.com di Pullman Hotel, Jakarta, Selasa (31/1/2017).
Agus menjelaskan, sistem jaminan sosial yang ada di Indonesia menganut sistem open growth. Jadi, masyarakat yang memasuki usia pensiun saat ini mendapatkan jaminan sosial dari iuran yang dibayar masyarakat usia pekerja.
"Pada saat 2040, orang yang pensiun akan lebih banyak dan orang yang iuran lebih sedikit. Ini yang bahaya," imbuhnya.
Sebab itu, penduduk usia muda saat ini harus digiring untuk masuk ke sistem jaminan sosial agar terjadi penumpukan dana untuk menghadapi hari tua. Sehingga, saat usia pensiun membludak maka ada cadangan uang yang dipupuk sejak saat ini.
"Sudah ada cadangan uang yang mulai dibangun dari sekarang. Cadangan uang sangat bermanfaat untuk mendongkrak ekonomi," kata Agus.
(izz)