Tanaman Bawang di Cirebon Terserang Virus
A
A
A
CIREBON - Tingginya intensitas hujan mengancam kelangsungan tanaman bawang di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Pendapatan petani pun menurun dan berpotensi merugi hingga puluhan juta rupiah.
Hujan berintensitas tinggi pada masa tanam-panen 2016-2017 mengakibatkan kemunculan virus yang menyebabkan tanaman membusuk. Salah seorang petani bawang di Blok Kalibangka, Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Oman mengaku bawang yang ditanamnya gagal panen.
"Banyak petani di sini yang gagal panen karena tanaman kena virus dan mati, kami jadi rugi," ungkapnya, Kamis (2/2/2017).
Dia menyebutkan, tak sedikit petani yang mengabaikan tanamannya, bahkan ketika belum cukup umur, akibat serangan virus. Padahal, kala musim hujan seperti sekarang, harga bawang merah lokal tergolong bagus.
Bawang yang ditanam Oman pada Desember 2016, saat ini seharusnya sudah dipanen. Namun karena tingginya curah hujan dan terserang virus, maka tidak membuahkan hasil sehingga dia merugi sekitar Rp20 juta. "Bibit bawang yang saya beli jauh-jauh hari sebelum masa tanam, harganya Rp40 ribu per kilogram," katanya.
Tidak hanya bibit, dia juga sudah mengeluarkan uang lebih sekitar Rp8 juta untuk pupuk maupun obat-obatan hingga membayar pekerja yang merawat tanaman bawangnya. Oman sendiri menanam tiga kuintal bibit bawang. Dari jumlah itu, dirinya hanya memperoleh satu kuiintal bawang yang dihargai Rp10.000 per kg.
Petani bawang lain, Yusuf juga mengalami situasi yang sama. Menurutnya, para petani bawang di musim sekarang mengalami kerugian Rp15 juta-Rp40 juta, terutama bagi petani dengan wilayah tanam kecil. Berbeda dengan petani yang menanam 3-5 ton bawang, dipastikan kerugian lebih besar lagi.
"Saya sendiri hanya menanam dua kuintal bawang dan dijual Rp2 juta. Rata-rata rugi," ujarnya.
Dia menyebut, musim panen tahun ini membuat petani bawang terpuruk. Lain halnya dengan tahun lalu, dimana cuaca lebih bersahabat hingga membuat kualitas bawang lebih baik dan mereka memperoleh keuntungan.
Hujan berintensitas tinggi pada masa tanam-panen 2016-2017 mengakibatkan kemunculan virus yang menyebabkan tanaman membusuk. Salah seorang petani bawang di Blok Kalibangka, Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Oman mengaku bawang yang ditanamnya gagal panen.
"Banyak petani di sini yang gagal panen karena tanaman kena virus dan mati, kami jadi rugi," ungkapnya, Kamis (2/2/2017).
Dia menyebutkan, tak sedikit petani yang mengabaikan tanamannya, bahkan ketika belum cukup umur, akibat serangan virus. Padahal, kala musim hujan seperti sekarang, harga bawang merah lokal tergolong bagus.
Bawang yang ditanam Oman pada Desember 2016, saat ini seharusnya sudah dipanen. Namun karena tingginya curah hujan dan terserang virus, maka tidak membuahkan hasil sehingga dia merugi sekitar Rp20 juta. "Bibit bawang yang saya beli jauh-jauh hari sebelum masa tanam, harganya Rp40 ribu per kilogram," katanya.
Tidak hanya bibit, dia juga sudah mengeluarkan uang lebih sekitar Rp8 juta untuk pupuk maupun obat-obatan hingga membayar pekerja yang merawat tanaman bawangnya. Oman sendiri menanam tiga kuintal bibit bawang. Dari jumlah itu, dirinya hanya memperoleh satu kuiintal bawang yang dihargai Rp10.000 per kg.
Petani bawang lain, Yusuf juga mengalami situasi yang sama. Menurutnya, para petani bawang di musim sekarang mengalami kerugian Rp15 juta-Rp40 juta, terutama bagi petani dengan wilayah tanam kecil. Berbeda dengan petani yang menanam 3-5 ton bawang, dipastikan kerugian lebih besar lagi.
"Saya sendiri hanya menanam dua kuintal bawang dan dijual Rp2 juta. Rata-rata rugi," ujarnya.
Dia menyebut, musim panen tahun ini membuat petani bawang terpuruk. Lain halnya dengan tahun lalu, dimana cuaca lebih bersahabat hingga membuat kualitas bawang lebih baik dan mereka memperoleh keuntungan.
(ven)