Komoditi Karet Lebih Menjanjikan Ketimbang Batu Bara
A
A
A
PALEMBANG - Komoditi ekspor di Sumatera Selatan (Sumsel) masih akan disokong oleh sektor perkebunan, ketika bantalan karet (crum rubber) ternyata lebih menguntungkan ketimbang hasil tambang seperti batu bara. Kepala Dinas Perindsutrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Provinsi Sumsel Permana menegaskan ekspor perkebunan memberi sumbangsih yang lebih besar ketimbang batu bara, sebagai komoditi ekspor.
Tercatat dalam neraca perdagangan, industri crum rubber menyumbang nilai Rp27 triliun tahun lalu. “Posisinya, ekspor Sumsel masih tertinggi dipegang oleh karet setengah jadi, baru kemudian disusul CPO atau minyak sawit dan baru batu bara," jelasnya di kantor Gubernur Sumsel, Kamis (16/2).
Lebih lanjut diterangkan komoditi perkebunan seperti karet masih memiliki pangsa pasar di luar negeri. Meski Amerika Serikat dan beberapa negara tujuan lainnya memperketat impornya, namun hal tersebut tidak berpengaruh besar. Menurutnya pengetatan impor karet dari Indonesia malah akan merugikan mereka.
Apalagi salah satu perusahaan industri ban terbesar berada di negara Amerika Serikat. “Karena sebagian besar perusahaan industri ban ada di Amerika Serikat. Karet nampaknya akan lebih bisa bertahan ketimbang batu bara,” sambung dia.
Dia menambahkan ekspor batu bara lebih dihadapkan pada industri pengelolaannya. Kebijakan perdagangan mengatur bagaimana batu bara harus dikelola terlebih dahulu sebelum diekspor ke luar negeri. Batubara harus dikelola minimal berbentuk cair (bricket). “Proses ini membuat batu bara tidak bebas diekspor, karena harus diubah dahulu dari bentuk mentahnya. Kebijakan ini mempengaruhi ekspor. Kemungkinan, ekspor batu bara akan turun 5-10%,” paparnya.
Sehingga, tantangan industri batu bara lainnya yakni mencari pangsa pasar baru. Selama ini, ekspor terbesar batu bara dilakukan ke negara China, India dan beberapa negara Asia. Pada tahun ini, Dinas Perdagangan menargetkan ekspor bisa naik 14,6% pada komoditas ketiga komoditas unggulan tersebut,
“Komoditas unggulan Sumsel seperti karet setengah jadi, CPO, batu bara dan beberapa komoditi lainnya akan naik tahun ini. 2017, pasar global nampaknya akan lebih baik. Awal tahun, pertumbuhan perdagangan biasanya tidak signifikan, namun akan berangsur membaik nanti,” pungkasnya.
Tercatat dalam neraca perdagangan, industri crum rubber menyumbang nilai Rp27 triliun tahun lalu. “Posisinya, ekspor Sumsel masih tertinggi dipegang oleh karet setengah jadi, baru kemudian disusul CPO atau minyak sawit dan baru batu bara," jelasnya di kantor Gubernur Sumsel, Kamis (16/2).
Lebih lanjut diterangkan komoditi perkebunan seperti karet masih memiliki pangsa pasar di luar negeri. Meski Amerika Serikat dan beberapa negara tujuan lainnya memperketat impornya, namun hal tersebut tidak berpengaruh besar. Menurutnya pengetatan impor karet dari Indonesia malah akan merugikan mereka.
Apalagi salah satu perusahaan industri ban terbesar berada di negara Amerika Serikat. “Karena sebagian besar perusahaan industri ban ada di Amerika Serikat. Karet nampaknya akan lebih bisa bertahan ketimbang batu bara,” sambung dia.
Dia menambahkan ekspor batu bara lebih dihadapkan pada industri pengelolaannya. Kebijakan perdagangan mengatur bagaimana batu bara harus dikelola terlebih dahulu sebelum diekspor ke luar negeri. Batubara harus dikelola minimal berbentuk cair (bricket). “Proses ini membuat batu bara tidak bebas diekspor, karena harus diubah dahulu dari bentuk mentahnya. Kebijakan ini mempengaruhi ekspor. Kemungkinan, ekspor batu bara akan turun 5-10%,” paparnya.
Sehingga, tantangan industri batu bara lainnya yakni mencari pangsa pasar baru. Selama ini, ekspor terbesar batu bara dilakukan ke negara China, India dan beberapa negara Asia. Pada tahun ini, Dinas Perdagangan menargetkan ekspor bisa naik 14,6% pada komoditas ketiga komoditas unggulan tersebut,
“Komoditas unggulan Sumsel seperti karet setengah jadi, CPO, batu bara dan beberapa komoditi lainnya akan naik tahun ini. 2017, pasar global nampaknya akan lebih baik. Awal tahun, pertumbuhan perdagangan biasanya tidak signifikan, namun akan berangsur membaik nanti,” pungkasnya.
(akr)