Laba Airbus Turun Terbebani Divisi Pesawat Militer
A
A
A
TOULOUSE - Produsen pesawat yang berbasis di Toulouse, Prancis yakni Airbus melaporkan penurunan laba pada 2016, terutama dipengaruhi biaya pesawat militer A400M. Tercatat laba bersih turun sebesar 63% menjadi 995 juta, meskipun pendapatan mengalami peningkatan 3% hingga 66,5 miliar euro.
(Baca Juga: )
Hal ini diyakini juga merupakan imbas dari rencana Airbus yang kabarnya bakal mengumumkan rencana restrukturisasi bisnis dan merampingkan lini bisnis di Eropa dengan perusahaan induk. Sebelumnya Airbus juga mengumumkan harus mengeluarkan biaya sebesar USD1,5 karena mundurnya program produksi pesawat airliner A350 dan pesawat transportasi militer A400M.
"Kami telah menyampaikan komitmen kami setahun yang lalu. Kami memiliki panduan dan tujuan dengan satu perkecualian, A400M dimana kami harus mengeluarkan biaya lain yang cukup signifikan hingga berjumlah 2,2 miliar euro pada 2016," jelas Chief executive Airbus Tom Enders seperti dilansir BBC, Kamis (23/2/2017).
Seperti diketahui lini bisnis militer Airbus dengan produksi pesawat A400M telah mengalami sejumlah kemunduran selama bertahun-tahun. Awal bulan ini, Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen mengeluhkan kualitas pesawat angkut militer Airbus A400. Sementara lainnya jatuh saat melakukan uji coba terbang di Spanyol pada 2015 lalu yang menyebabkan empat kru meninggal dunia.
Enders selaku wakil dari perusahaan menegaskan bakal mempertaruhkan serta memperkuat program dengan menaruh prioritas pada pesawat A400 di 2017. Lonjakan akhir untuk pesawat sipil memberikan sedikit bantuan, ketika analis memperkirakan bakal jatuh 7%. Perusahaan juga menambahkan Divisi helikopter berjalan bagus, meskipun diakui pasar sedang sulit.
Pada 2017 diharapkan ekonomi dunia dan bisnis pesawat dapat tumbuh lebih baik, meski berdasarkan prediksi bakal ada gangguan besar. Di tengah terpaan masalah dari divisi milter, Airbus tetap menargetkan produksi baru untuk jenis A350 pesawat jet dan menggenjot pengiriman A320neo.
(Baca Juga: )
Hal ini diyakini juga merupakan imbas dari rencana Airbus yang kabarnya bakal mengumumkan rencana restrukturisasi bisnis dan merampingkan lini bisnis di Eropa dengan perusahaan induk. Sebelumnya Airbus juga mengumumkan harus mengeluarkan biaya sebesar USD1,5 karena mundurnya program produksi pesawat airliner A350 dan pesawat transportasi militer A400M.
"Kami telah menyampaikan komitmen kami setahun yang lalu. Kami memiliki panduan dan tujuan dengan satu perkecualian, A400M dimana kami harus mengeluarkan biaya lain yang cukup signifikan hingga berjumlah 2,2 miliar euro pada 2016," jelas Chief executive Airbus Tom Enders seperti dilansir BBC, Kamis (23/2/2017).
Seperti diketahui lini bisnis militer Airbus dengan produksi pesawat A400M telah mengalami sejumlah kemunduran selama bertahun-tahun. Awal bulan ini, Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen mengeluhkan kualitas pesawat angkut militer Airbus A400. Sementara lainnya jatuh saat melakukan uji coba terbang di Spanyol pada 2015 lalu yang menyebabkan empat kru meninggal dunia.
Enders selaku wakil dari perusahaan menegaskan bakal mempertaruhkan serta memperkuat program dengan menaruh prioritas pada pesawat A400 di 2017. Lonjakan akhir untuk pesawat sipil memberikan sedikit bantuan, ketika analis memperkirakan bakal jatuh 7%. Perusahaan juga menambahkan Divisi helikopter berjalan bagus, meskipun diakui pasar sedang sulit.
Pada 2017 diharapkan ekonomi dunia dan bisnis pesawat dapat tumbuh lebih baik, meski berdasarkan prediksi bakal ada gangguan besar. Di tengah terpaan masalah dari divisi milter, Airbus tetap menargetkan produksi baru untuk jenis A350 pesawat jet dan menggenjot pengiriman A320neo.
(akr)