Membedah Misi Pertamina Jadi Perusahaan Migas Kelas Dunia
A
A
A
JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, direksi PT Pertamina (Persero) aktif mempromosikan rencana pengembangan sebagai perusahaan energi kelas dunia yang lebih besar dibanding Petronas dalam 6-8 tahun ke depan. Rencana tersebut diharapkan dapat terwujud jika Pertamina menjadi kustodian cadangan migas nasional, mengoperasikan lapangan-lapangan migas yang kontraknya habis, dan memperluas opersasi ke luar negeri.
Di sektor hilir, Pertamina sebagai badan penyangga cadangan strategis, mengkoordinasikan impor, meningkatkan kapasitas dan membangun kilang baru dan membangun infrastruktur strategis lainnya. Dalam perjalanannya, rencana ideal dan patut didukung tersebut, terutama karena akan menjamin semakin meningkatnya ketahanan energi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang belakangan ini tersendat.
"Rencana menjadi kustodian migas nasional tidak lagi berani dipromosikan oleh manajemen dan belum terdengar pula dibahas oleh DPR dan pemerintah dalam pembentukan UU Migas baru," ujar Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (26/2/2017).
Dia menjelaskan, rencana peningkatan kapasitas dan pembangunan kilang minyak baru mundur atau terganggu oleh berbagai kepentingan, terutama karena besarnya dana yang akan digunakan dalam proyek-proyek tersebut. Berbagai rencana strategis lainpun seakan ikut tersendat.
Terlepas dari rencana pengembangan yang tersendat di atas, dalam 2 tahun terakhir, kinerja Pertamina dinilai cukup bagus, terutama jika dilihat dari besarnya efisiensi, keuntungan, inovasi-inovasi produk, dan berbagai penghargaan yang diraih oleh manajemen Pertamina. Di tengah situasi harga minyak yang turun dan menyebabkan kinerja mayoritas perusahan minyak dunia juga menurun, Pertamina bisa tampil dengan kinerja lebih baik.
"Dalam hal ini apresiasi pantas diberikan kepada manajemen. Namun apa nyana, raihan berbagai prestasi dan penghargaan tersebut bukan jaminan bagi manajemen aman dari pelengseran. Ternyata kaidah umum dunia bisnis atas para inovator dan peraih prestasi yang selalu mendapat reward, tidak berlaku bagi manajemen Pertamina," katanya.
Menurut Marwan, jangankan mendapat reward atau sekadar dipertahankan pada posisinya, direktur utama (Dirut) dan wakil dirut Pertamina yang berprestasi tersebut justru dilengserkan. Kementerian BUMN sebagai pengendali dan penentu kebijakan serta pemegang hak pengangkatan seluruh pejabat BUMN melakukan langkah anomali dan melengserkan kedua pejabat Pertamina tersebut pada awal Februari 2017.
Kementerian BUMN telah mengungkap berbagai alasan pelengseran yang umumnya tidak logis dan sulit diterima akal dan logika publik. Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan sedih atas pelengseseran kedua pejabat tersebut.
"Tapi, apapun itu, kita telah menyaksikan langkah kesewenang-wenangan yang ditunjukkan oleh Kementerian BUMN dalam menjalankan fungsinya terhadap Pertamina berdasarkan motif yang sangat pantas dicurigai. Salah satu motif tersebut adalah kepentingan kelompok, oknum penguasa dan pengusaha tertentu agar dapat mengendalikan dan memperoleh berbagai kesempatan bisnis Pertamina guna memperoleh rente," pungkasnya.
Di sektor hilir, Pertamina sebagai badan penyangga cadangan strategis, mengkoordinasikan impor, meningkatkan kapasitas dan membangun kilang baru dan membangun infrastruktur strategis lainnya. Dalam perjalanannya, rencana ideal dan patut didukung tersebut, terutama karena akan menjamin semakin meningkatnya ketahanan energi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang belakangan ini tersendat.
"Rencana menjadi kustodian migas nasional tidak lagi berani dipromosikan oleh manajemen dan belum terdengar pula dibahas oleh DPR dan pemerintah dalam pembentukan UU Migas baru," ujar Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (26/2/2017).
Dia menjelaskan, rencana peningkatan kapasitas dan pembangunan kilang minyak baru mundur atau terganggu oleh berbagai kepentingan, terutama karena besarnya dana yang akan digunakan dalam proyek-proyek tersebut. Berbagai rencana strategis lainpun seakan ikut tersendat.
Terlepas dari rencana pengembangan yang tersendat di atas, dalam 2 tahun terakhir, kinerja Pertamina dinilai cukup bagus, terutama jika dilihat dari besarnya efisiensi, keuntungan, inovasi-inovasi produk, dan berbagai penghargaan yang diraih oleh manajemen Pertamina. Di tengah situasi harga minyak yang turun dan menyebabkan kinerja mayoritas perusahan minyak dunia juga menurun, Pertamina bisa tampil dengan kinerja lebih baik.
"Dalam hal ini apresiasi pantas diberikan kepada manajemen. Namun apa nyana, raihan berbagai prestasi dan penghargaan tersebut bukan jaminan bagi manajemen aman dari pelengseran. Ternyata kaidah umum dunia bisnis atas para inovator dan peraih prestasi yang selalu mendapat reward, tidak berlaku bagi manajemen Pertamina," katanya.
Menurut Marwan, jangankan mendapat reward atau sekadar dipertahankan pada posisinya, direktur utama (Dirut) dan wakil dirut Pertamina yang berprestasi tersebut justru dilengserkan. Kementerian BUMN sebagai pengendali dan penentu kebijakan serta pemegang hak pengangkatan seluruh pejabat BUMN melakukan langkah anomali dan melengserkan kedua pejabat Pertamina tersebut pada awal Februari 2017.
Kementerian BUMN telah mengungkap berbagai alasan pelengseran yang umumnya tidak logis dan sulit diterima akal dan logika publik. Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan sedih atas pelengseseran kedua pejabat tersebut.
"Tapi, apapun itu, kita telah menyaksikan langkah kesewenang-wenangan yang ditunjukkan oleh Kementerian BUMN dalam menjalankan fungsinya terhadap Pertamina berdasarkan motif yang sangat pantas dicurigai. Salah satu motif tersebut adalah kepentingan kelompok, oknum penguasa dan pengusaha tertentu agar dapat mengendalikan dan memperoleh berbagai kesempatan bisnis Pertamina guna memperoleh rente," pungkasnya.
(dmd)