Kapasitas Smelter di Morowali Ditingkatkan

Minggu, 05 Maret 2017 - 18:06 WIB
Kapasitas Smelter di Morowali Ditingkatkan
Kapasitas Smelter di Morowali Ditingkatkan
A A A
JAKARTA - Sejumlah perusahaan pemurnian dan pengolahan mineral (smelter) berbasis nikel di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, akan menambah kapasitas produksi dari 2 juta ton per tahun pada 2017 menjadi 3 juta ton per tahun pada tahun depan. Seiring dengan peningkatan produksi tersebut, para pengusaha smelter meminta sejumlah insentif seperti kemudahan ekspor serta impor masterlist peralatan industri.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, sudah mendapat laporan dari beberapa perusahaan untuk melakukan ekspansi produksi stainless steel dan carbon steel. “Mereka menyatakan dalam waktu dekat segera direalisasikan,” ujar Airlangga.

Usai bertemu Chairman Tsingshan Holding Group China Xiang Gangda serta Duta Besar China untuk Indonesia Xie Feng, di Jakarta, dikatakan kawasan industri yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) itu juga meminta jaminan dari pemerintah agar kawasan tersebut ditetapkan sebagai objek vital nasional. Hal ini agar mendapatkan jaminan keamanan dan kelancaran bagi investasi dan kegiatan produksi industri, termasuk perlindungan para karyawan.

“Karena, investasi mereka cukup besar. Misalnya, untuk investasi produksi carbon steel sebanyak 4-5 juta ton per tahun diprediksi mencapai USD4-5 miliar,” kata Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Harjanto.

Merujuk data PT IMIP, proyek baru di kawasan industri Morowali yang dilaksanakan pada tahun 2017-2018, antara lain pabrik stainless steel PT Sulawesi Mining Investment berkapasitas produksi stainless steel slab sebesar 1 juta ton per tahun dengan nilai investasi mencapai USD62 juta. Selanjutnya, PT IMIP juga akan membangun PLTU dengan kapasitas 2x350 MW senilai USD500 juta.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian mencatat kawasan industri Morowali yang memiliki luas 2.000 hektare akan menarik investasi USD6 miliar atau mencapai Rp80 triliun dengan menyerap tenaga kerja langsung sekitar 26.000 orang dan tidak langsung sebanyak 80.000 orang hingga 2019. Target ini akan terealisasi apabila pabrik stainless steel berkapasitas 2 juta ton dan beberapa industri hilir lainnya telah beroperasi.

Hingga Desember 2016, kebutuhan tenaga kerja pelaksana di kawasan terintegrasi tersebut mencapai 11.257 orang dan untuk tenaga kerja level supervisor atau engineer sebanyak 1.577 orang. Sebelumnya, Airlangga menyatakan kawasan industri Morowali turut mendorong langkah pemerintah dalam program hilirisasi yang bertujuan meningkatkan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri.

“Oleh karena itu, di kawasan ini difokuskan pada pembangunan industri pengolahan dan pemurnian mineral logam atau smelter dengan bahan dasar nikel,” ujarnya.

Sejauh ini, kata Airlangga, perkembangan pembangunan industri smelter nikel dan fasilitas pendukung lainnya di kawasan industri Morowali, antara lain, telah beroperasinya industri smelter feronikel PT Sulawesi Mining Investment yang berkapasitas 300.000 ton per tahun sejak Januari 2015.

“Pabrik ini didukung oleh satu unit PLTU dengan kapasitas 2x65 MW. Pada tahun 2015, perusahaan telah menghasilkan nickel pig iron (NPI) sebanyak 215.784,11 ton per tahun,” ujar Airlangga.

Selanjutnya, sejak Januari 2016, telah beroperasi industri smelter feronikel PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry dengan kapasitas 600.000 ton per tahun dan didukung oleh satu unit PLTU berkapasitas 2x150 MW.

Sementara pada awal 2016, perusahaan mencatatkan produksi sebanyak 193.806 ton. Selain itu, terdapat pula industri smelter feronikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel dengantargetkapasitas600.000 ton per tahun dan stainless steel sebanyak 1 juta ton per tahun yang tahap pembangunannya saat ini mencapai 60%.

Smelter lain yang masih dalam tahap pembangunan adalah PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome dan PT Broly Nickel Industry Pabrik Hidrometalurgi. Khusus Broly Nickel memiliki kapasitas 2.000 ton per tahun, dan akan dikembangkan menjadi 8.000 ton per tahun.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5348 seconds (0.1#10.140)