Hindari Perang Dagang dengan AS, China Desak Perundingan

Rabu, 15 Maret 2017 - 11:31 WIB
Hindari Perang Dagang dengan AS, China Desak Perundingan
Hindari Perang Dagang dengan AS, China Desak Perundingan
A A A
BEIJING - Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan bahwa Beijing tidak ingin melihat adanya perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) dan mendesak perundingan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan. Seperti diketahui hubungan dagang China dan AS semakin memanas, setelah Donald Trump duduk di kursi persiden negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

"Kami tidak ingin terjadi perang dagang antara kedua negara (China-AS). Hal ini tidak lantas membuat perdagangan menjadi adil. Kami pihak China tidak peduli gangguan yang terjadi dalam hubungan ini, diharapkan semuanya berjalan ke arah positif," ucap Li saat konferensi pers saat menggelar pertemuan tahunan parlemen China, Rabu (15/3/2017).

Kebijakan proteksionis Trump serta penunjukkan beberapa tokoh dalam kabinet yang banyak kontra dengan perdagangan China, memunculkan isu bakal terjadinya perang dagang antara kedua. Bahkan Trump pernah menyatakan bakal membatasi produk dari China di Amerika dengan menerapkan pajak tinggi bagi negeri berjuluk Tirai Bambu itu

Menanggapi hal tersebut China dikabarkan telah menyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi perang dagang melawan AS. Sebagai pemegang terbesar kedua surat utang AS, China kabarnya akan menggunakannya sebagai alat melawan Amerika. Meski begitu Li Keqiang menanggapi bahwa China tidak ingin terlibat peperangan dagang dengan AS.

"Kita mungkin memiliki metode statistik yang berbeda, tapi saya percaya apa pun perbedaan-perbedaan yang ada. Kita masih dapat duduk bersama dan berbicara satu dengan yang lain hingga bekerja sama untuk menemukan solusi," sambung Li.

Sementara itu media AS telah mengumumkan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping dijadwalkan bakal bertemu di Florida, bulan depan. Di sisi lain Trump pernah menyerang China dengan berbagai isu, mulai dari perdagangan Laut China Selatan ketika China dianggap kurang berperan untuk mengekang program nuklir Korea Utara.

Lebih lanjut Li juga menegaskan dalam sambutannya bahwa hubunga China-AS didasarkan kepatuhan terhadap kebijakan "satu Cina", di mana Washington mengakui posisi China hanya satu China, dimana Taiwan adalah bagiannya. "Kebijakan 'Satu China' tidak akan goyah, meskipun keadaan berubah. Hal ini tidak akan dilupakan," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4966 seconds (0.1#10.140)