Investasi Mandek Bikin Ketimpangan Makin Parah

Rabu, 15 Maret 2017 - 17:22 WIB
Investasi Mandek Bikin Ketimpangan Makin Parah
Investasi Mandek Bikin Ketimpangan Makin Parah
A A A
YOGYAKARTA - Tingginya angka ketimpangan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hingga menjadi yang terparah se-Indonesia, menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta, Budi Hanoto karena distribusi pendapatan melalui fiskal tidak merata. Akibatnya, ada sebagian kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam hal finansial dan di sisi lain banyak masyarakat yang berlebih.

"Tentu ini ada sebabnya, tidak serta merta seperti itu. Penyebab dari ketimpangan tersebut salah satunya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) tiap Kabupaten Kota yang berbeda satu sama lain," tuturnya, Rabu (15/3/2017).

Dia menambahkan kondisi Ini tentu akan berpengaruh terhadap program pembangunan di wilayah mereka, termasuk program pembangunan infrastruktur. Di samping itu, ditinjau dari struktur perekonomiannya, ternyata ada investasi yang tidak menetes sampai ke tingkat level paling bawah.

Di mana perubahan ekonomi dari investasi tidak dirasakan oleh masyarakat paling bawah. Menurutnya masyarakat ini tidak bisa mengikuti perubahan zaman terutama dalam mencari sumber mata pencaharian.

Terlebih saat ini, perekonomian Yogyakarta menganut sistem yang sangat terbuka. Di mana investasi dari luar banyak yang masuk. Hanya saja, investasi tersebut hasilnya tidak kembali ke wilayah ini, karena investor lebih banyak berasal dari luar daerah.

Yogyakarta hanya kebagian sampai taraf pekerja semata. "Maka perlu mewujudkan masyarakat yang memiliki jiwa enterprenuer," tambahnya.

Di samping itu, dia menerangkan pemerintah juga harus mampu menciptakan akses terutama kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Akses lembaga keuangan juga harus dipercepat agar semuanya lapisan masyarakat bisa menikmati produk lembaga keuangan, dengan demikian geliat ekonomi akan semakin meningkat.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fauzi Nugroho sebelumnya menyebutkan, ketimpangan terjadi pada sektor pendapatan di mana ada sekelompok masyarakat di Yogyakarta masih memiliki pendapatan sangat minim, namun di sisi lain banyak pengusaha yang memiliki pendapatan hingga miliaran. Sebagian besar pendapatan yang masih minim ini berasal dari buruh tani. "Sudah pendapatan minim, tak menentu lagi," tambahnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6868 seconds (0.1#10.140)