Neraca Perdagangan 2017 Diramal Capai USD7,5 Miliar

Jum'at, 17 Maret 2017 - 11:37 WIB
Neraca Perdagangan 2017...
Neraca Perdagangan 2017 Diramal Capai USD7,5 Miliar
A A A
JAKARTA - Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean menuturkan, neraca perdagangan pada Februari 2017 memang mengalami Surplus. Namun, angka tersebut terbilang turun jika dibanding Januari.

Meski demikian, secara umum masih menunjukkan bahwa ekspor neto masih akan berperan terhadap stabilitas neraca pembayaran, terhadap stabilitas rupiah, dan pertumbuhan ekonomi 2017.

"Sebagai bagian dari asumsi pertumbuhan PDB di 2017 yang kami perkirakan akan mencapai angka 5,1%, saya memperkirakan total surplus neraca perdagangan di 2017 mencapai USD7,5 miliar," katanya kepada KORAN SINDO, Jumat (17/3/2017).

Selama dua bulan pertama di 2017 angka surplus neraca perdagangan sudah mencapai lebih dari USD2,5 miliar alias lebih tinggi dari ekspektasi.

Harus diakui, dengan melihat running-rate ekspor bulanan selama lima bulan terakhir nampaknya kondisi eksternal memang masih belum mencapai tingkat di mana kita bisa berharap adanya pertumbuhan ekspor yang jauh lebih tinggi.

Namun demikian, lanjut dia, secara umum, paling tidak dilihat dari konteks pertumbuhan ekonomi dan stabilitas kurs rupiah, pihaknya menilai positif angka neraca perdagangan Februari tersebut.

Di sisi lain, terkait hasil pemilu di Belanda yang dimenangkan oleh PM Mark Rutte. Menarik untuk dicatat bahwa tingkat partisipasi pemilih di Belanda mencapai di atas 80% dan itulah yang antara lain menyebabkan tingginya hasil perolehan suara untuk Partai Liberal pimpinan PM Mark Rutte.

Dengan menilik episode pergerakan/perubahan angin politik di Eropa kontinental selama 15-20 tahun terakhir, analis politik cenderung melihat Belanda sebagai leading indicator dari arah perubahan angin politik di Eropa.

"Dan bila kita menganggap hasil pemilu Belanda, di mana kalahnya Wilders, sebagai pertanda preferensi politik masyarakat Eropa terhadap keterbukaan (alias politik non-populis) maka kita masih punya harapan bahwa politik keterbukaan mungkin akan juga menang di Prancis dan Jerman," jelas Adrian.

Harapan akan menangnya politik non-populis punya implikasi besar terhadap stabilitas sektor finansial, karena preferensi politik Belanda, Perancis dan Jerman (ketiganya dianggap sebagai Eurozone core countries) jelas punya pengaruh terhadap masa depan mata uang Euro, yang pada gilirannya akan berimplikasi luas terhadap konstelasi dan keseimbangan mata uang dunia.

"Termasuk di dalamnya adalah nasib rupiah. Artinya, kemenangan PM Mark Rutte di Belanda adalah berita baik untuk mata uang emerging market, termasuk rupiah," tutur dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0677 seconds (0.1#10.140)