Sepertiga Pekerjaan di Inggris Terancam Digantikan Mesin
A
A
A
LONDON - Sepertiga dari total keseluruhan pekerjaan di Inggris sangat berisiko hilang digantikan mesin dalam kurun waktu 15 tahun ke depan, seperti diungkapkan penelitian terbaru. Namun ada kemungkinana bahwa teknologi yang berhubungan dengan kecerdasan buatan bakal menciptakan pekerjaan baru, berdasarkan penelitian dari Lembaga konsultan internasional Pricewaterhouse Cooper (PwC).
Kehadirannya diyakini otomatisasi akan meningkatkan produktivitas dan keuntungan secara keseluruhan, seperti dilansir cityam, Jumat (24/3/2017). Sementara risiko kehadiran otomatisasi pekerjaan di Jerman dan Amerika Serikat lebih rendah pada kisaran 35% dan 38% untuk masing-masing, ketika justru lebih tinggi dari Jepang yang hanya 21%.
Sektor yang paling berisiko digantikan mesin di antaranya transportasi, manufaktur, retail dan material. Meski begitu beberapa elemen interaksi manusia menjadi poin penting dan tak tergantikan di sektor kesehatan dan pekerjaan sosial. Hal ini membuat pekerja laki-laki lebih rentan tergantikan oleh otomatisasi dengan perkiraan mencapai sebesar 35% dibandingkan perempuan 26%.
Perempuan yang bekerja sebagai pengajar dan kesehatan punya kecenderungan lebih terjaga dari kehadiran otomatisasi, sedangkan untuk pria dalam sektor transportasi dan manufaktur. Risiko lebih tinggi untuk digantikan bagi mereka dengan pendidikan yang lebih rendah lewat persentase 46% dibandingkan hanya 12% untuk mereka yang setidaknya bergelar sarjana.
"Tidak diragukan lagi bahwa AI dan Robotika akan menyeimbangkan pekerjaan di masa depan, dan beberapa lebih rentan daripada yang lainnya. Apa yang penting adalah memastikan bahwa potensi keuntungan dari otomatisasi, merata di masyarakat dan tidak ada yang dirugikan," ucap Kepala Teknologi dan Investasi PwC Jon Andrews.
"Dibutuhkan bos yang bertanggung jawab untuk memastikan mereka mendorong fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi, sehingga kita semua siap untuk perubahan. Keterampilan menjadi sesuatu yang berharga di masa depan, kreatif dan berpikir kritis serta kecerdasan emosional," sambungnya.
Kehadirannya diyakini otomatisasi akan meningkatkan produktivitas dan keuntungan secara keseluruhan, seperti dilansir cityam, Jumat (24/3/2017). Sementara risiko kehadiran otomatisasi pekerjaan di Jerman dan Amerika Serikat lebih rendah pada kisaran 35% dan 38% untuk masing-masing, ketika justru lebih tinggi dari Jepang yang hanya 21%.
Sektor yang paling berisiko digantikan mesin di antaranya transportasi, manufaktur, retail dan material. Meski begitu beberapa elemen interaksi manusia menjadi poin penting dan tak tergantikan di sektor kesehatan dan pekerjaan sosial. Hal ini membuat pekerja laki-laki lebih rentan tergantikan oleh otomatisasi dengan perkiraan mencapai sebesar 35% dibandingkan perempuan 26%.
Perempuan yang bekerja sebagai pengajar dan kesehatan punya kecenderungan lebih terjaga dari kehadiran otomatisasi, sedangkan untuk pria dalam sektor transportasi dan manufaktur. Risiko lebih tinggi untuk digantikan bagi mereka dengan pendidikan yang lebih rendah lewat persentase 46% dibandingkan hanya 12% untuk mereka yang setidaknya bergelar sarjana.
"Tidak diragukan lagi bahwa AI dan Robotika akan menyeimbangkan pekerjaan di masa depan, dan beberapa lebih rentan daripada yang lainnya. Apa yang penting adalah memastikan bahwa potensi keuntungan dari otomatisasi, merata di masyarakat dan tidak ada yang dirugikan," ucap Kepala Teknologi dan Investasi PwC Jon Andrews.
"Dibutuhkan bos yang bertanggung jawab untuk memastikan mereka mendorong fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi, sehingga kita semua siap untuk perubahan. Keterampilan menjadi sesuatu yang berharga di masa depan, kreatif dan berpikir kritis serta kecerdasan emosional," sambungnya.
(akr)