KUR di Luar Bank Masih Kecil
A
A
A
YOGYAKARTA - Nilai Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan oleh lembaga pembiayaan non bank masih kecil, salah satunya perusahaan leasing. Karena masih merupakan produk baru yang mereka tangani, maka outstandingnya belum begitu besar.
Deputi Direktur Sales and Service Distribution Area Adira Finance Nico Kurniawan mengatakan, KUR merupakan produk dari pemerintah dengan skema subsidi. Selama ini, perusahaan leasing lebih banyak mengurusi pembiayaan atau kredit kendaraan bermotor. Sehingga untuk mengurusi KUR, pihaknya masih harus banyak belajar.
"Ada lima leasing yang ditunjuk pemerintah. Dan semuanya masih kecil outstandingnya," tuturnya, Jumat (24/3/2017).
Meski demikian, pihaknya memang tetap terus berupaya meningkatkan outstanding dari nilai KUR yang mereka salurkan. Namun, pihaknya tetap selektif dalam menyalurkan kredit murah dari pemerintah. Untuk sementara, kredit tersebut hanya diberikan kepada nasabah loyal mereka.
Kredit dengan angsuran ringan karena biaya murah ini tetap coba akan mereka genjot. Terlebih saat ini kondisi perekonomian kurang stabil dimana industri pembiayaan kendaraan bermotor juga terpengaruh.
Pasar sepeda motor yang tengah mengalami stagnansi dalam dua tahun ini memang membuat Adira harus menyiapkan strategi lain. "Kredit multiguna termasuk KUR coba kami giatkan," tuturnya.
Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Yogyakarta, Ascar Setiyono mengakui, KUR memang menjadi sebuah pekerjaan rumah yang cukup besar. Karena untuk bersaing di bunga yang rendah, kalangan BPR masih mengalami kesulitan. Saat ini, BPR masih sangat bergantung pada dana yang bersumber dengan beban bunga cukup tinggi. Saat ini, komposisi dana pihak ketiga masih didominasi oleh deposito.
Seperti diketahui, deposito memang memiliki bunga yang relatif tinggi dibanding dengan struktur dana pihak ketiga lainnya. Padahal untuk mampu menggelontorkan kredit dengan bunga yang rendah maka harus bisa menekan biaya yang mereka keluarkan.
Salah satu alternatif memang menekan biaya bunga dari dana pihak ketiga yang mereka dapatkan dari nasabah. "Beban bunga yang rendah didapatkan dari tabungan," ujarnya.
Oleh karena itu, Perbarindo sebenarnya juga berkeinginan untuk menyalurkan KUR. Hanya saja, masih ada kendala terkait dengan perhitungan nilai keuntungan yang didapat. Di samping pertanggungjawaban mereka terhadap nasabah tabungan dan deposito. Karena suku bunga tabungan dan deposito di BPR masih tinggi.
Deputi Direktur Sales and Service Distribution Area Adira Finance Nico Kurniawan mengatakan, KUR merupakan produk dari pemerintah dengan skema subsidi. Selama ini, perusahaan leasing lebih banyak mengurusi pembiayaan atau kredit kendaraan bermotor. Sehingga untuk mengurusi KUR, pihaknya masih harus banyak belajar.
"Ada lima leasing yang ditunjuk pemerintah. Dan semuanya masih kecil outstandingnya," tuturnya, Jumat (24/3/2017).
Meski demikian, pihaknya memang tetap terus berupaya meningkatkan outstanding dari nilai KUR yang mereka salurkan. Namun, pihaknya tetap selektif dalam menyalurkan kredit murah dari pemerintah. Untuk sementara, kredit tersebut hanya diberikan kepada nasabah loyal mereka.
Kredit dengan angsuran ringan karena biaya murah ini tetap coba akan mereka genjot. Terlebih saat ini kondisi perekonomian kurang stabil dimana industri pembiayaan kendaraan bermotor juga terpengaruh.
Pasar sepeda motor yang tengah mengalami stagnansi dalam dua tahun ini memang membuat Adira harus menyiapkan strategi lain. "Kredit multiguna termasuk KUR coba kami giatkan," tuturnya.
Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Yogyakarta, Ascar Setiyono mengakui, KUR memang menjadi sebuah pekerjaan rumah yang cukup besar. Karena untuk bersaing di bunga yang rendah, kalangan BPR masih mengalami kesulitan. Saat ini, BPR masih sangat bergantung pada dana yang bersumber dengan beban bunga cukup tinggi. Saat ini, komposisi dana pihak ketiga masih didominasi oleh deposito.
Seperti diketahui, deposito memang memiliki bunga yang relatif tinggi dibanding dengan struktur dana pihak ketiga lainnya. Padahal untuk mampu menggelontorkan kredit dengan bunga yang rendah maka harus bisa menekan biaya yang mereka keluarkan.
Salah satu alternatif memang menekan biaya bunga dari dana pihak ketiga yang mereka dapatkan dari nasabah. "Beban bunga yang rendah didapatkan dari tabungan," ujarnya.
Oleh karena itu, Perbarindo sebenarnya juga berkeinginan untuk menyalurkan KUR. Hanya saja, masih ada kendala terkait dengan perhitungan nilai keuntungan yang didapat. Di samping pertanggungjawaban mereka terhadap nasabah tabungan dan deposito. Karena suku bunga tabungan dan deposito di BPR masih tinggi.
(ven)