Astra dan Menkeu Ingin Indonesia Lepas dari Middle Income Trap
A
A
A
JAKARTA - Perekonomian Indonesia mulai pulih di 2017, setelah sempat demam dua tahun sebelumnya. Indikator ini terlihat dari semua mesin ekonomi yang mulai berjalan normal. Badan Pusat Statistik bahkan optimistis perekonomian nasional tahun ini bisa mencapai target APBN 2017 sebesar 5,1%. Hal ini dilihat dari realisasi ekonomi 2016 yang menyentuh 5,02%, lebih tinggi dari 2015 sebesar 4,88%.
Tren positif itu juga disampaikan Bank Dunia pada akhir Maret lalu, dimana mereka meramal ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2% di tahun ini. Pertumbuhan ini didorong oleh neraca transaksi berjalan yang turun menjadi 1,8% dari PDB alias terendah dalam lima tahun terakhir. Angka kemiskinan juga berkurang 0,4% menjadi 10,7% per September 2016.
Selain itu, pendapatan per kapita hampir mencapai USD4.000 dengan jumlah penduduk mendekati 250 juta jiwa. Alhasil, ekonomi Indonesia kini memasuki tahap middle income country. Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak ingin Indonesia berpuas diri. Sri Mulyani ingin perekonomian Indonesia melanjutkan pertumbuhannya sehingga masuk ke dalam high income country.
Bagai sebuah comfort zone, posisi middle income country kerap menjerat banyak negara. “Banyak negara-negara setelah masuk middle income country mengalami stagnasi pertumbuhan. Kita harus bisa lolos dari middle income trap seperti Korea Selatan dan Singapura. Oleh sebab itu, pemerintah akan menggunakan seluruh instrumen untuk mengatasi hal ini, sehingga Indonesia dapat menjadi negara dengan ekonomi besar kelima pada 2045,” ujarnya dalam seminar makro ekonomi Kondisi Ekonomi 2017 dan Tantangannya Bagi UMKM yang diadakan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).
Nah, instrumen untuk mendorong pertumbuhan tersebut, yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kredibel dan kuat. “Jika 10 tahun lalu, kita berbicara bagaimana mendapatkan dana untuk membiayai belanja negara, tetapi saat ini adalah bagaimana kita membelanjakan APBN dengan berkualitas dan lebih baik,” tuturnya.
Selain tata kelola APBN yang berkualitas dan lebih baik, adalah mengajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk aktif dan berperan serta. Karena itu, Sri Mulyani meminta UMKM tidak perlu khawatir tentang perekonomian nasional, melainkan harus optimistis, motivatif, punya ambisi positif serta menerapkan azas prudent.
Peranan aktif UMKM dalam meningkatkan ekonomi Indonesia, salah satunya dilakukan oleh Grup Astra melalui YDBA. CEO Astra International Prijono Sugiarto mengatakan Grup Astra telah mengayomi 10.847 UMKM dan 9.828 UMKM diantaranya dibina oleh YDBA, sekaligus melatih 701 pemuda putus sekolah menjadi mekanik. YDBA secara tidak langsung juga telah menciptakan 63.205 lapangan pekerjaan melalui UMKM yang difasilitasinya.
“Dalam pembinaan UMKM, kami memberikan ‘kail’, tidak sekadar memberi ‘ikannya’ agar pembinaan ini berdampak signifikan dan berkelanjutan bagi UMKM,” ujar Prijono dalam keterangan resmi, Selasa (4/4/2017).
Hasil dari program ini, yakni empat industri kecil menengah (IKM) logam level home industry di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, berhasil masuk dalam supply chain PT Astra Honda Motor. Kemudian, 30 UMKM kerajinan anggota YDBA diterima mengikuti pameran secara reguler di IKEA Alam Sutera, serta hasil petani tradisional di Tapin, Kalimantan Selatan masuk ke supermarket moderen.
Tidak hanya pembinaan, Ketua Pengurus YDBA, Henry C. Widjaja menjelaskan YDBA juga melakukan budaya inovasi atau improvement UMKM, yaitu dengan mengadakan Konvensi Quality Control Circle (QCC) UMKM Mitra YDBA.
Tujuannya mendorong UMKM melakukan perbaikan berkelanjutan, memberikan tempat bagi para UMKM membagikan pengalamannya ke UMKM yang lain (semangat berbagi), serta memberikan recognition kepada UMKM Mitra YDBA yang telah melakukan perbaikan berkelanjutan yang terbaik.
Alhasil, IKM yang semula industri kecil yang tidak diimbangi penerapanan standar mutu, material yang tidak standar, minimnya metode penghitungan biaya, kini kondisinya berubah dan menjadi IKM unggul di daerah tersebut. Kehadiran YDBA ini selaras dengan keinginan membangun Indonesia menjadi negara high income country, dengan meningkatkan industri kecil menjadi menengah dan kemudian besar.
Tren positif itu juga disampaikan Bank Dunia pada akhir Maret lalu, dimana mereka meramal ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2% di tahun ini. Pertumbuhan ini didorong oleh neraca transaksi berjalan yang turun menjadi 1,8% dari PDB alias terendah dalam lima tahun terakhir. Angka kemiskinan juga berkurang 0,4% menjadi 10,7% per September 2016.
Selain itu, pendapatan per kapita hampir mencapai USD4.000 dengan jumlah penduduk mendekati 250 juta jiwa. Alhasil, ekonomi Indonesia kini memasuki tahap middle income country. Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak ingin Indonesia berpuas diri. Sri Mulyani ingin perekonomian Indonesia melanjutkan pertumbuhannya sehingga masuk ke dalam high income country.
Bagai sebuah comfort zone, posisi middle income country kerap menjerat banyak negara. “Banyak negara-negara setelah masuk middle income country mengalami stagnasi pertumbuhan. Kita harus bisa lolos dari middle income trap seperti Korea Selatan dan Singapura. Oleh sebab itu, pemerintah akan menggunakan seluruh instrumen untuk mengatasi hal ini, sehingga Indonesia dapat menjadi negara dengan ekonomi besar kelima pada 2045,” ujarnya dalam seminar makro ekonomi Kondisi Ekonomi 2017 dan Tantangannya Bagi UMKM yang diadakan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).
Nah, instrumen untuk mendorong pertumbuhan tersebut, yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kredibel dan kuat. “Jika 10 tahun lalu, kita berbicara bagaimana mendapatkan dana untuk membiayai belanja negara, tetapi saat ini adalah bagaimana kita membelanjakan APBN dengan berkualitas dan lebih baik,” tuturnya.
Selain tata kelola APBN yang berkualitas dan lebih baik, adalah mengajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk aktif dan berperan serta. Karena itu, Sri Mulyani meminta UMKM tidak perlu khawatir tentang perekonomian nasional, melainkan harus optimistis, motivatif, punya ambisi positif serta menerapkan azas prudent.
Peranan aktif UMKM dalam meningkatkan ekonomi Indonesia, salah satunya dilakukan oleh Grup Astra melalui YDBA. CEO Astra International Prijono Sugiarto mengatakan Grup Astra telah mengayomi 10.847 UMKM dan 9.828 UMKM diantaranya dibina oleh YDBA, sekaligus melatih 701 pemuda putus sekolah menjadi mekanik. YDBA secara tidak langsung juga telah menciptakan 63.205 lapangan pekerjaan melalui UMKM yang difasilitasinya.
“Dalam pembinaan UMKM, kami memberikan ‘kail’, tidak sekadar memberi ‘ikannya’ agar pembinaan ini berdampak signifikan dan berkelanjutan bagi UMKM,” ujar Prijono dalam keterangan resmi, Selasa (4/4/2017).
Hasil dari program ini, yakni empat industri kecil menengah (IKM) logam level home industry di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, berhasil masuk dalam supply chain PT Astra Honda Motor. Kemudian, 30 UMKM kerajinan anggota YDBA diterima mengikuti pameran secara reguler di IKEA Alam Sutera, serta hasil petani tradisional di Tapin, Kalimantan Selatan masuk ke supermarket moderen.
Tidak hanya pembinaan, Ketua Pengurus YDBA, Henry C. Widjaja menjelaskan YDBA juga melakukan budaya inovasi atau improvement UMKM, yaitu dengan mengadakan Konvensi Quality Control Circle (QCC) UMKM Mitra YDBA.
Tujuannya mendorong UMKM melakukan perbaikan berkelanjutan, memberikan tempat bagi para UMKM membagikan pengalamannya ke UMKM yang lain (semangat berbagi), serta memberikan recognition kepada UMKM Mitra YDBA yang telah melakukan perbaikan berkelanjutan yang terbaik.
Alhasil, IKM yang semula industri kecil yang tidak diimbangi penerapanan standar mutu, material yang tidak standar, minimnya metode penghitungan biaya, kini kondisinya berubah dan menjadi IKM unggul di daerah tersebut. Kehadiran YDBA ini selaras dengan keinginan membangun Indonesia menjadi negara high income country, dengan meningkatkan industri kecil menjadi menengah dan kemudian besar.
(ven)