Penghasil Kakao Terbesar, tapi RI Kalah Soal Konsumsi Cokelat

Selasa, 11 April 2017 - 13:45 WIB
Penghasil Kakao Terbesar,...
Penghasil Kakao Terbesar, tapi RI Kalah Soal Konsumsi Cokelat
A A A
JAKARTA - Indonesia tercatat sebagai satu-satunya negara Asia penghasil kakao terbesar. Namun dalam hal konsumsi, Malaysia berhasil mengalahkan Indonesia. Menurut data International Cocoa Organization (ICCO) 2015 lalu, Pantai Gading adalah negara penghasil kakao terbesar dengan 1.794.000 ton dan diikuti oleh Ghana dengan 740.000 ton.

Menurut Creative dan Corporate Communications Manager PT Gandum Mas Kencana Iman Setia Nugraha, meski Indonesia juga merupakan produsen biji kakao terbesar namun jika berbicara konsumsi cokelat Indonesia masih kalah dengan Malaysia. "Sebab Malaysia tingkat konsumsi coklatnya sudah per kilogram pertahun. Bahkan Eropa sudah 8 kilogram pertahun. Sementara Indonesia hanya hitungan gram pertahun," katanya di sela-sela pameran Food and Hotel Indonesia 2017 di JIexpo Kemayoran.

Dia menjelaskan, anggapan mengkonsumsi cokelat karena harganya yang mahal menjadi alasannya. Padahal, kata dia, pangsa pasar konsumsi cokelat di Indonesia sangat tinggi mengingat Indonesia memiliki 250 juta lebih penduduk. Untuk menarik minat masyarakat pada cokelat, pihaknya pun mengadakan koompetisi Choco Master pertama di Indonesia. Dia menjelaskan, ajang ini tidak hanya untuk menemukan pengolah cokelat terbaik namun juga mengangkat kembali bahan dasar cokelat asli Indonesia.

Ada 16 peserta berbakat dari seluruh Indonesia yang masuk babak semifinal. Mereka dinilai para juri yang kompeten di bidangnya, di antaranya Chef Gerald Maridet (Pullman Thamrin Hotel Jakarta), Chef Patrick Siau (Head Culinary Sunway University Kuala Lumpur), Susanna Solichin (Presdir GMK), Fatmah Bahalwan (Pimpinan Natural Cooking Club Jakarta, Lanny Soechan (Pimpinan Merio Baking Course), dan Petrus Gandamana (Pimred Bareca Magazine).

Iman mengatakan, cokelat asli Indonesia memiliki citarasa yang unik sebab penyebaran kakao ada di seluruh Indonesia. Menurut dia, sebagai produsen cokelat pihaknya harus bisa mengolah biji kakao yang khas ini dengan pengalaman yang memadai agar hasilnya berkualitas premium. "Sampai saat ini cokelat kami sudah menembus pasar Asia, Eropa dan juga Afrika," pungkasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0763 seconds (0.1#10.140)