Tingkat Pengangguran Singapura 2,3%, Tertinggi dalam 7 Tahun

Jum'at, 28 April 2017 - 21:26 WIB
Tingkat Pengangguran...
Tingkat Pengangguran Singapura 2,3%, Tertinggi dalam 7 Tahun
A A A
SINGAPURA - Kementerian Tenaga Kerja Singapura pada Jumat (28/4/2017) merilis tingkat pengangguran pada kuartal I 2017 meningkat. Tingkat pengangguran untuk citizen alias warga negara mencapai 3,5% dan tingkat pengangguran untuk resident alias penduduk--dimana termasuk pekerja asing--mencapai 3,2%.

Adapun total keseluruhan tingkat pengangguran pada kuartal I 2017 mencapai 2,3%. Angka ini naik dibandingkan akhir Desember tahun lalu, yang sebesar 2,2%.

Nikkei Asian Review pada Jumat ini mengabarkan, bahwa tingkat pengangguran tersebut merupakan yang tertinggi dalam tujuh tahun. Naiknya angka pengangguran disebabkan jumlah pekerjaan di bidang konstruksi yang menyusut, dampak krisis keuangan global yang masih belum pulih hingga sekarang.

Media Singapura, The Straits Times menulis ekonomi negara kota ini mulai terguncang sejak wabah Epidemi Pernafasan Akut alias Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) pada 2003. Kemudian disusul krisis keuangan global tahun 2009.

Dalam pesan menjelang Hari Buruh Internasional (May Day), Menteri Tenaga Kerja Singapura Lim Swee Say, mengatakan tingkat pengangguran yang meningkat ini bisa terus berlanjut hingga restrukturisasi ekonomi.

Selain tingkat pengangguran, data Kementerian Tenaga Kerja juga mengabarkan soal menurunnya jumlah pekerjaan, yang menjadi 8.500 di kuartal I 2017. Hal ini menjadi penurunan terbesar dalam waktu hampir 14 tahun.

Industri manufaktur dan konstruksi yang selama ini penopang Singapura, mulai melesu sehingga berdampak ke jumlah lapangan kerja. Sektor konstruksi bahkan mengalami kontraksi terburuk dalam lapangan kerja di Singapura dalam 12 tahun belakangan.

Namun, kata Menteri Lim, jumlah pemutusan hubungan kerja telah menurun. Pada kuartal I 2017, jumlah PHK hanya mencapai 4.800, lebih rendah dibandingkan jumlah PHK di kuartal IV tahun lalu sebanyak 5.440.

Menanggapi permasalahan ini, Singapura mulai mengubah orientasinya lebih kepada sektor jasa dan perdagangan luar negeri, sembari menunggu rebound di bidang manufaktur.

“Prospek pasar tenaga kerja kemungkinan tetap tidak merata di seluruh sektor. Namun peluang akan terus tersedia di sektor kesehatan, informasi dan komunikasi, keuangan, asuransi, dan segmen manufaktur tertentu,” katanya.

Dan prioritas Kementerian Tenaga Kerja Singapura saat ini mendukung pekerja yang kehilangan tempat tinggal atau orang-orang yang berisiko kehilangan pekerjaan mereka melalui program Adaptasi dan Tumbuh. Selain itu, Kementerian bekerja sama dengan gerakan buruh dan pengusaha untuk membantu perubahan bisnis menjadi lebih produktif.

Anggota parlemen Singapura, Patrick Tay meminta para pekerja dan pengusaha saling berkoordinasi. “Saya mendesak para pekerja dan pengusaha untuk bekerja sama, menyiapkan keterampilan baru, menciptakan pekerjaan baru, dan harus bisa menghadapi perubahan,” ujarnya, yang juga asisten sekretaris jenderal di Kongres Serikat Perdagangan Nasional.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0840 seconds (0.1#10.140)