BPS Catat April 2017 Alami Inflasi 0,09%
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2017 sebesar 0,09%. Sementara, untuk inflasi tahun kalender tercatat 1,28% dan inflasi year on year (YoY) sebesar 4,17%.
Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), terjadi inflasi di 53 kota IHK, dan 29 lainnya mengalami deflasi. Untuk inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 1,02%.
"Sednagkan inflasi terendah di Cilacap sebesar 0,01%. Untuk deflasi terendah terjadi di Singaraja 1,08% dan terendah di Jakarta serta Manado sebesar 0,02%," ungkap Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (2/5/2017).
Menurutnya, angka inflasi April yang sebesar 0,09% memang cukup rendah. Ternyata, kondisi ini ditopang dengan adanya deflasi pada kelompok pengeluaran pada bahan makanan yang sebesar 1,13%.
"Ada beberapa komoditas yang mengalami deflasi yakni penurunan harga cabai merah dan rawit, sehingga memberi andil deflasi 0,09%. Bawang merah juga mengalami deflasi 0,08% dan beras juga mengalami deflasi 0,02%. Sedangkan untuk daging sapi, ikan, telur ayam ras dan minyak goreng, mengalami deflasi sebesar 0,01%," tutur dia.
Untuk inflasi tertinggi terdapat di kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yaitu sebesar 0,93%. Namun untungnya, kondisi ini bisa dinetralisir oleh deflasi bahan makanan.
"Andil inflasi dari kelompok di atas yaitu dari penyesuaian tarif listrik untuk rumah tangga," kata Suhariyanto.
Berikutnya yakni sandang yang mengalami inflasi 0,49% dan terjadi kenaikan harga pada perhiasan dan emas. Kemudian transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,27%.
"Terjadi kenaikan pada tarif angkutan udara 0,02%. Terjadi kenaikan di 31 kota IHK. Sedangkan untuk bensin dan tarif pulsa ponsel naik 0,01%," lanjutnya.
Untuk ke depannya, BPS mengingatkan kepada pemerintah agar memperhatikan beberapa komoditas yang masih menyumbang inflasi yang agak tinggi.
"Misalnya untuk bawang putih, andilnya 0,03%. Daging ayam ras dan tomat masih inflasi juga 0,02%dan jeruk 0,01%. Tren kenaikan itu harus diwaspadai tapi secara general harga bahan makanan sangat terkendali," terang Suhariyanto.
Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), terjadi inflasi di 53 kota IHK, dan 29 lainnya mengalami deflasi. Untuk inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 1,02%.
"Sednagkan inflasi terendah di Cilacap sebesar 0,01%. Untuk deflasi terendah terjadi di Singaraja 1,08% dan terendah di Jakarta serta Manado sebesar 0,02%," ungkap Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (2/5/2017).
Menurutnya, angka inflasi April yang sebesar 0,09% memang cukup rendah. Ternyata, kondisi ini ditopang dengan adanya deflasi pada kelompok pengeluaran pada bahan makanan yang sebesar 1,13%.
"Ada beberapa komoditas yang mengalami deflasi yakni penurunan harga cabai merah dan rawit, sehingga memberi andil deflasi 0,09%. Bawang merah juga mengalami deflasi 0,08% dan beras juga mengalami deflasi 0,02%. Sedangkan untuk daging sapi, ikan, telur ayam ras dan minyak goreng, mengalami deflasi sebesar 0,01%," tutur dia.
Untuk inflasi tertinggi terdapat di kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yaitu sebesar 0,93%. Namun untungnya, kondisi ini bisa dinetralisir oleh deflasi bahan makanan.
"Andil inflasi dari kelompok di atas yaitu dari penyesuaian tarif listrik untuk rumah tangga," kata Suhariyanto.
Berikutnya yakni sandang yang mengalami inflasi 0,49% dan terjadi kenaikan harga pada perhiasan dan emas. Kemudian transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,27%.
"Terjadi kenaikan pada tarif angkutan udara 0,02%. Terjadi kenaikan di 31 kota IHK. Sedangkan untuk bensin dan tarif pulsa ponsel naik 0,01%," lanjutnya.
Untuk ke depannya, BPS mengingatkan kepada pemerintah agar memperhatikan beberapa komoditas yang masih menyumbang inflasi yang agak tinggi.
"Misalnya untuk bawang putih, andilnya 0,03%. Daging ayam ras dan tomat masih inflasi juga 0,02%dan jeruk 0,01%. Tren kenaikan itu harus diwaspadai tapi secara general harga bahan makanan sangat terkendali," terang Suhariyanto.
(izz)