Pola Penunjukan Direksi Pertamina oleh Rini Sebabkan Dualisme
A
A
A
JAKARTA - Mantan Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang membeberkan isu dualisme kepemimpinan di Pertamina. Menurutnya, pola penunjukan direksi oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menjadi salah satu penyebab adanya 'matahari kembar' di tubuh BUMN migas tersebut.
(Baca Juga: Ahmad Bambang Buka-bukaan Soal Dualisme di Pertamina)
Dualisme kepemimpinan disebut-sebut menjadi alasan pencopotan Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang dari tampuk kepemimpinannya di Pertamina. Mantan Dirut dan Wadirut tersebut dianggap sering tidak sejalan, sehingga menghambat kinerja perseroan.
Di era pemerintahan Jokowi, kata Abe, penunjukan seluruh direksi perusahaan pelat merah dikendalikan langsung oleh Menteri BUMN Rini Soemarno. Hal ini menyebabkan, orang-orang yang ditunjuk terkadang berbeda pandangan satu sama lainnya.
"Karena konsepnya beda, Bu Rini polanya dia nunjuk semua. Konsekuensinya pasti beberapa yang enggak sejalan ya bisa beda. Tidak semua orang kan bisa sejalan," katanya di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (3/5/2017).
Lain halnya saat Menteri BUMN masih dijabat Dahlan Iskan. Menurutnya, Dahlan memberikan kewenangan Dirut untuk menunjuk langsung direksinya, sehingga Dirut bisa menunjuk orang-orang yang sekiranya memiliki pemikiran yang sejalan dengannya.
"Zaman Pak Dahlan itu kan konsepnya, Dirut yang ditunjuk menunjuk direksinya. Itu bagus untuk satu langkah. Tapi konsekuensinya tidak ada beda pendapat. Karena kalau tidak bisa dicopot," imbuh dia.
Sejatinya, lanjut Bambang, tidak sejalannya pemikiran antar direksi perusahaan pelat merah tidak hanya terjadi di Pertamina. Bahkan, Kementerian BUMN juga pernah mencopot Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk karena berbeda pendapat dengan direksi lainnya.
"Yang kayak gitu bukan hanya Pertamina. Anda bisa lihat Garuda ada Dirkeu langsung diganti baru sebentar. Kemudian Di WIKA juga gitu, cuma enggak jadi heboh. Yang heboh Pertamina. Kalau sebentar diganti berarti ada tim yang enggak cocok, karena pendekatannya beda tadi," tutur dia.
(Baca Juga: Ahmad Bambang Buka-bukaan Soal Dualisme di Pertamina)
Dualisme kepemimpinan disebut-sebut menjadi alasan pencopotan Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang dari tampuk kepemimpinannya di Pertamina. Mantan Dirut dan Wadirut tersebut dianggap sering tidak sejalan, sehingga menghambat kinerja perseroan.
Di era pemerintahan Jokowi, kata Abe, penunjukan seluruh direksi perusahaan pelat merah dikendalikan langsung oleh Menteri BUMN Rini Soemarno. Hal ini menyebabkan, orang-orang yang ditunjuk terkadang berbeda pandangan satu sama lainnya.
"Karena konsepnya beda, Bu Rini polanya dia nunjuk semua. Konsekuensinya pasti beberapa yang enggak sejalan ya bisa beda. Tidak semua orang kan bisa sejalan," katanya di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (3/5/2017).
Lain halnya saat Menteri BUMN masih dijabat Dahlan Iskan. Menurutnya, Dahlan memberikan kewenangan Dirut untuk menunjuk langsung direksinya, sehingga Dirut bisa menunjuk orang-orang yang sekiranya memiliki pemikiran yang sejalan dengannya.
"Zaman Pak Dahlan itu kan konsepnya, Dirut yang ditunjuk menunjuk direksinya. Itu bagus untuk satu langkah. Tapi konsekuensinya tidak ada beda pendapat. Karena kalau tidak bisa dicopot," imbuh dia.
Sejatinya, lanjut Bambang, tidak sejalannya pemikiran antar direksi perusahaan pelat merah tidak hanya terjadi di Pertamina. Bahkan, Kementerian BUMN juga pernah mencopot Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk karena berbeda pendapat dengan direksi lainnya.
"Yang kayak gitu bukan hanya Pertamina. Anda bisa lihat Garuda ada Dirkeu langsung diganti baru sebentar. Kemudian Di WIKA juga gitu, cuma enggak jadi heboh. Yang heboh Pertamina. Kalau sebentar diganti berarti ada tim yang enggak cocok, karena pendekatannya beda tadi," tutur dia.
(izz)