Harga Sayur Mayur Ikut Merangkak Naik
A
A
A
DOLOKSANGGUL - Jelang bulan puasa, harga sayur mayur mengikuti beberapa komoditas untuk mulai beranjak naik. Khususnya cabe dan tomat, kenaikan harganya dipengaruhi tingginya permintaan dari luar daerah. Namun meskipun mengalami kenaikan, petani menilai harga tersebut belum wajar jika dibandingkan biaya produksi.
Salah seorang petani di Humbahas, Parasian Marbun (56) mengatakan, bahwa dalam sepekan terjadi kenaikan harga cabe sekitar Rp4.000 per kilogram. Dari yang sebelumnya Rp14.000/Kg saat ini menjadi Rp18.000/Kg. Sementara untuk Tomat, dari yang sebelumnya Rp5.000 menjadi Rp7.000 per kg.
Dia mengaku bahwa naiknya harga tersebut belum berdampak pada keuntungan bagi petani. Pasalnya harga normal wajar menurutnya harus Rp23 ribu. Agar sesuai dengan biaya pengolahan lahan dan tenaga kerja. "Kalau harapan kita Rp 23 ribu. Jadi kita berharap harga ini bisa naik kembali agar ada keuntungan bagi petani," jelasnya, Jumat (12/5)
Petani lainnya, Okatvia Aritonang (34) juga mengeluhkan hal yang sama. Naiknya harga cabe dan tomat kerap dinilai sudah menguntungkan petani. Padahal terang dia kenaikan harga kerap hanya menguntungkan pengepul. "Diperkotaan bisa saja harga cabe mencapai Rp40.000, sementara petani memperoleh hanya setengah," katanya.
Sementara itu salah seorang pengepul cabe di Riau, Alexander Situmorang (45) mengatakan saat ini permintaan di daerah Riau sangat tinggi. Namun pengepul tidak berani memberikan harga tinggi mengingat proses pengiriman dan pendistribusian ke pengecer harus menggunakan biaya yang banyak.
Selain itu, saat ini antara permintaan dan produksi masih relatif seimbang. "Memang ada kenaikan permintaan sekitar sepuluh persen dari rata-rata, tetapi itu tidak signifikan mempengaruhi harga. Bisa saja jelang Lebaran harga semakin meroket," jelasnya.
Salah seorang petani di Humbahas, Parasian Marbun (56) mengatakan, bahwa dalam sepekan terjadi kenaikan harga cabe sekitar Rp4.000 per kilogram. Dari yang sebelumnya Rp14.000/Kg saat ini menjadi Rp18.000/Kg. Sementara untuk Tomat, dari yang sebelumnya Rp5.000 menjadi Rp7.000 per kg.
Dia mengaku bahwa naiknya harga tersebut belum berdampak pada keuntungan bagi petani. Pasalnya harga normal wajar menurutnya harus Rp23 ribu. Agar sesuai dengan biaya pengolahan lahan dan tenaga kerja. "Kalau harapan kita Rp 23 ribu. Jadi kita berharap harga ini bisa naik kembali agar ada keuntungan bagi petani," jelasnya, Jumat (12/5)
Petani lainnya, Okatvia Aritonang (34) juga mengeluhkan hal yang sama. Naiknya harga cabe dan tomat kerap dinilai sudah menguntungkan petani. Padahal terang dia kenaikan harga kerap hanya menguntungkan pengepul. "Diperkotaan bisa saja harga cabe mencapai Rp40.000, sementara petani memperoleh hanya setengah," katanya.
Sementara itu salah seorang pengepul cabe di Riau, Alexander Situmorang (45) mengatakan saat ini permintaan di daerah Riau sangat tinggi. Namun pengepul tidak berani memberikan harga tinggi mengingat proses pengiriman dan pendistribusian ke pengecer harus menggunakan biaya yang banyak.
Selain itu, saat ini antara permintaan dan produksi masih relatif seimbang. "Memang ada kenaikan permintaan sekitar sepuluh persen dari rata-rata, tetapi itu tidak signifikan mempengaruhi harga. Bisa saja jelang Lebaran harga semakin meroket," jelasnya.
(akr)