Distributor Mulai Mendapat Tambahan Pasokan Stok
A
A
A
SLEMAN - Distributor bahan pokok di Sleman, Yogyakarta, sudah mulai mendapatkan peningkatan pasokan stok dari produsen. Penambahan pasokan tersebut telah mulai dirasakan beberapa hari ini, memasuki dua pekan sebelum puasa.
Salah satu distributor sembako, Hendra menyebut, penambahan stok diterima pihaknya sebanyak 10% dari kuota biasa yang diterima.
"Ada kenaikan 10 persen setiap kali menjelang puasa atau Idul Fitri. Tapi bukan kami sebagai distributor yang meminta kenaikan, melainkan dari pabrik yang menentukan. Kami hanya menerima kiriman saja," jelasnya saat menemui Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Bagian Perekonomian Kabupaten Sleman, Selasa (16/5/2017).
Hendra yang merupakan pemasok sembako jenis tepung, minyak dan gula di seluruh pasar di Yogyakarta menyebut, distributor dalamoperasionalnya tertahan oleh kebijakan nota kesepakatan dengan pabrik. Setiap hari ada perewakilan dari pabrik yang mengawasi proses distribusi di distributor mulai dari harga hingga stok barang.
Ketika distributor menaikan harga di atas MoU, maka sanksi langsung akan dikenakan oleh pabrik. "Kalau distributor kami tertahan oleh MoU, enggak bisa menaikkan harga dan menyimpan stok. Di kantor kami setiap hari ada orang dari pabrik yang memantau aktivitas kami sehingga tidak berani menyimpang," tambahnya.
Menyinggung stok barang, pada Selasa (16/5) di Distributor Lestari Sleman, untuk tepung jumlahnya mencapai 300 ton, jumlah tersebut terdiri dari berbagai jenis dan merk. Untuk minyak goreng sawit jenis curah, stok yang dimiliki sebanyak 250 ton. Sementara gula data yang dimiliki jumlah stoknya ada 320 ton.
Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Sleman Ambarwati menyebut, dari pantauan ke sejumlah distributor dan pedagang di pasar-pasar tradisional, stok sembilan bahan pokok melimpah. Dengan kondisi tersebut diharapkan masyarakat tidak perlu mengalami kepanikan dalam pembelian karena akan berakibat pada terjadinya gejolak harga barang.
Dari pantauan yang dilakukan kemarin, kenaikan harga terjadi pada produk pertanian. "Yang naik signifikan cabai merah keriting. Data sementara karena memang gagal panen sehingga pasokan berkurang," jelasnya.
Sementara untuk produk lainnya disebutnya mengalami kenaikan namun masih di ambang batas normal. Dimungkinkan kenaikan tersebut diakibatkan oleh kenaikan permintaan di pasar. Karena kenaikan harga belum menyentuh 10% maka belum perlu diajukan upaya operasi pasar.
Sementara itu di tingkat pedagang di pasar, untuk beras IR 64 berada di angka Rp10.000 per kilogram, sedangkan untuk beras kemasan lima kilogram jenis rojo lele dijual Rp65.000. Untuk daging ayam di pedagang mengalami kenaikan Rp1.000 dimana saat ini dijual Rp31.000 per kilogram.
Sementara di level distributor, untuk gula pasir dijual Rp11.700 per kilogram sedangkan minyak Rp10.300. Untuk tepung dijual kemasan sak berisi 50 kilogram untuk jenis terbagus dijual Rp580.000 per sak.
Salah satu distributor sembako, Hendra menyebut, penambahan stok diterima pihaknya sebanyak 10% dari kuota biasa yang diterima.
"Ada kenaikan 10 persen setiap kali menjelang puasa atau Idul Fitri. Tapi bukan kami sebagai distributor yang meminta kenaikan, melainkan dari pabrik yang menentukan. Kami hanya menerima kiriman saja," jelasnya saat menemui Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Bagian Perekonomian Kabupaten Sleman, Selasa (16/5/2017).
Hendra yang merupakan pemasok sembako jenis tepung, minyak dan gula di seluruh pasar di Yogyakarta menyebut, distributor dalamoperasionalnya tertahan oleh kebijakan nota kesepakatan dengan pabrik. Setiap hari ada perewakilan dari pabrik yang mengawasi proses distribusi di distributor mulai dari harga hingga stok barang.
Ketika distributor menaikan harga di atas MoU, maka sanksi langsung akan dikenakan oleh pabrik. "Kalau distributor kami tertahan oleh MoU, enggak bisa menaikkan harga dan menyimpan stok. Di kantor kami setiap hari ada orang dari pabrik yang memantau aktivitas kami sehingga tidak berani menyimpang," tambahnya.
Menyinggung stok barang, pada Selasa (16/5) di Distributor Lestari Sleman, untuk tepung jumlahnya mencapai 300 ton, jumlah tersebut terdiri dari berbagai jenis dan merk. Untuk minyak goreng sawit jenis curah, stok yang dimiliki sebanyak 250 ton. Sementara gula data yang dimiliki jumlah stoknya ada 320 ton.
Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Sleman Ambarwati menyebut, dari pantauan ke sejumlah distributor dan pedagang di pasar-pasar tradisional, stok sembilan bahan pokok melimpah. Dengan kondisi tersebut diharapkan masyarakat tidak perlu mengalami kepanikan dalam pembelian karena akan berakibat pada terjadinya gejolak harga barang.
Dari pantauan yang dilakukan kemarin, kenaikan harga terjadi pada produk pertanian. "Yang naik signifikan cabai merah keriting. Data sementara karena memang gagal panen sehingga pasokan berkurang," jelasnya.
Sementara untuk produk lainnya disebutnya mengalami kenaikan namun masih di ambang batas normal. Dimungkinkan kenaikan tersebut diakibatkan oleh kenaikan permintaan di pasar. Karena kenaikan harga belum menyentuh 10% maka belum perlu diajukan upaya operasi pasar.
Sementara itu di tingkat pedagang di pasar, untuk beras IR 64 berada di angka Rp10.000 per kilogram, sedangkan untuk beras kemasan lima kilogram jenis rojo lele dijual Rp65.000. Untuk daging ayam di pedagang mengalami kenaikan Rp1.000 dimana saat ini dijual Rp31.000 per kilogram.
Sementara di level distributor, untuk gula pasir dijual Rp11.700 per kilogram sedangkan minyak Rp10.300. Untuk tepung dijual kemasan sak berisi 50 kilogram untuk jenis terbagus dijual Rp580.000 per sak.
(ven)