Meningkatnya Pengeboran Minyak AS Merongrong OPEC
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak dunia pada Senin (29/5/2017) gagal menguat alias tetap melemah, kendati OPEC sudah memperketat pengurangan pasokan. Penyebabnya adalah Amerika Serikat meningkatkan pengeboran minyaknya untuk mencegah melonjaknya harga si emas hitam.
Melansir dari Reuters, Senin (29/5/2017), harga minyak acuan Brent International diperdagangkan turun 5 sen ke level USD52,10 per barel pada pukul 01:50 GMT.
Sementara harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) turun 8 sen menjadi USD49,72 per barel alias tetap di bawah USD50 per barel seperti akhir pekan lalu.
Organisasi Negara-negara Pengeksor Minyak (OPEC) dan beberapa negara produsen non-OPEC seperti Rusia, pada pekan lalu sepakat memangkas produksi hingga 1,8 juta barel per hari sampai akhir kuartal I 2018. Namun, keputusan tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Alih-alih untuk mendongkrak harga minyak, sepanjang tahun 2017 berjalan, harga minyak masih tidak berkutat dari level USD50 per barel.
Beberapa pengamat lantas mengatakan, keberhasilan OPEC untuk meningkatkan harga minyak harus dengan menggandeng Amerika Serikat. Namun AS tidak berpartisipasi dalam program pemotongan produksi. Justru sebaliknya, sejak pertengahan 2016, produksi minyak AS telah melonjak 10% alias lebih dari 9,3 juta barel per hari, mendekati tingkat produsen utama Arab Saudi dan Rusia.
Pengebor minyak AS kini telah menambahkan rig selama 19 pekan berturut-turut menjadi 722, jumlah tertinggi sejak April 2015, menurut catatan perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Analis mengatakan sudah saatnya OPEC mengajak AS sebagai salah satu kunci produsen minyak demi mengurangi membengkaknya pasokan bahan bakar global, yang membuat harga minyak sulit berlari kencang.
Melansir dari Reuters, Senin (29/5/2017), harga minyak acuan Brent International diperdagangkan turun 5 sen ke level USD52,10 per barel pada pukul 01:50 GMT.
Sementara harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) turun 8 sen menjadi USD49,72 per barel alias tetap di bawah USD50 per barel seperti akhir pekan lalu.
Organisasi Negara-negara Pengeksor Minyak (OPEC) dan beberapa negara produsen non-OPEC seperti Rusia, pada pekan lalu sepakat memangkas produksi hingga 1,8 juta barel per hari sampai akhir kuartal I 2018. Namun, keputusan tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Alih-alih untuk mendongkrak harga minyak, sepanjang tahun 2017 berjalan, harga minyak masih tidak berkutat dari level USD50 per barel.
Beberapa pengamat lantas mengatakan, keberhasilan OPEC untuk meningkatkan harga minyak harus dengan menggandeng Amerika Serikat. Namun AS tidak berpartisipasi dalam program pemotongan produksi. Justru sebaliknya, sejak pertengahan 2016, produksi minyak AS telah melonjak 10% alias lebih dari 9,3 juta barel per hari, mendekati tingkat produsen utama Arab Saudi dan Rusia.
Pengebor minyak AS kini telah menambahkan rig selama 19 pekan berturut-turut menjadi 722, jumlah tertinggi sejak April 2015, menurut catatan perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Analis mengatakan sudah saatnya OPEC mengajak AS sebagai salah satu kunci produsen minyak demi mengurangi membengkaknya pasokan bahan bakar global, yang membuat harga minyak sulit berlari kencang.
(ven)