Pembangunan KA Jakarta-Surabaya Harus Membebaskan 900 Bidang
A
A
A
BANDUNG - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan pembangunan Kereta Api Jakarta-Surabaya harus membebaskan sekitar 900 bidang. Hal tersebut dilakukan agar KA tersebut dapat meluncur dengan mulus di kecepatan yang telah ditentukan, mengingat waktu dan kecepatan kereta menjadi pertimbangan.
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT, Wahyu Pandoe mengatakan jalur lintasan yang akan dilalui KA Jakarta-Surabaya yang melalui pedesaan banyak persimpangan jalan raya perlintasan motor di pedesaan.
"Persimpangan keretanya ini harus dihilangkan, tidak boleh ada perlintasan sebidang," katanya, Rabu (7/6/2017).
Menurutnya, untuk melakukan pembebasan 900 bidang tersebut dapat dilakukan melalui pembangunan rel bawah tanah maupun flyover. Namun hal tersebut perlu adanya kajian yang lebih detail dan matang.
"Lintasan sebidang kereta api lewat yang ada palang pintu bolak-balik harus kita hilangkan," katanya.
Rencananya, kata dia, KA ini menggunakan skema rel eksisting untuk menekan biaya pembangunan. Pasalnya jika harus membangun rel baru akan membutuhkan biaya hingga Rp300 triliun. Sedangkan dengan skema rel yang sudah ada hanya memakan biaya Rp81 triliun.
"Kalau pakai rel baru biaya tiga kali lipat sampai Rp300 triliun, walau kajian belum ada," katanya.
Dengan rel eksisting, lanjutnya, tikungan yang ada atau bidang lengkung perlu diubah dari lintasan yang saat ini hanya mencapai 1.000 meter menjadi 1.800 hingga 2.000 meter bidang lengkung. Sehingga dalam kecepatan yang telah ditentukan, KA bisa meluncur dengan nyaman.
"Ini harus kita ubah supaya radius tikungan bisa lebar. Kemungkinan beberapa titik tikungan harus ada pembebasan lahan," katanya.
Dalam studi kelayakan, pihaknya akan mengidentifikasi kondisi rel saat ini. Dimana lebar yang ada harus mencapai 1.067 milimeter atau sekitar 1,01 meter, dengan begitu kecepatan kereta bisa mencapai 160 km per jam.
"Optimalkan yang ada. Perjalanan Jakarta-Surabaya dapat ditempuh lima sampai enam jam," katanya.
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT, Wahyu Pandoe mengatakan jalur lintasan yang akan dilalui KA Jakarta-Surabaya yang melalui pedesaan banyak persimpangan jalan raya perlintasan motor di pedesaan.
"Persimpangan keretanya ini harus dihilangkan, tidak boleh ada perlintasan sebidang," katanya, Rabu (7/6/2017).
Menurutnya, untuk melakukan pembebasan 900 bidang tersebut dapat dilakukan melalui pembangunan rel bawah tanah maupun flyover. Namun hal tersebut perlu adanya kajian yang lebih detail dan matang.
"Lintasan sebidang kereta api lewat yang ada palang pintu bolak-balik harus kita hilangkan," katanya.
Rencananya, kata dia, KA ini menggunakan skema rel eksisting untuk menekan biaya pembangunan. Pasalnya jika harus membangun rel baru akan membutuhkan biaya hingga Rp300 triliun. Sedangkan dengan skema rel yang sudah ada hanya memakan biaya Rp81 triliun.
"Kalau pakai rel baru biaya tiga kali lipat sampai Rp300 triliun, walau kajian belum ada," katanya.
Dengan rel eksisting, lanjutnya, tikungan yang ada atau bidang lengkung perlu diubah dari lintasan yang saat ini hanya mencapai 1.000 meter menjadi 1.800 hingga 2.000 meter bidang lengkung. Sehingga dalam kecepatan yang telah ditentukan, KA bisa meluncur dengan nyaman.
"Ini harus kita ubah supaya radius tikungan bisa lebar. Kemungkinan beberapa titik tikungan harus ada pembebasan lahan," katanya.
Dalam studi kelayakan, pihaknya akan mengidentifikasi kondisi rel saat ini. Dimana lebar yang ada harus mencapai 1.067 milimeter atau sekitar 1,01 meter, dengan begitu kecepatan kereta bisa mencapai 160 km per jam.
"Optimalkan yang ada. Perjalanan Jakarta-Surabaya dapat ditempuh lima sampai enam jam," katanya.
(ven)