Ekonom Ingatkan Bahaya Kepentingan Asing di Sektor Tembakau

Rabu, 28 Juni 2017 - 12:13 WIB
Ekonom Ingatkan Bahaya...
Ekonom Ingatkan Bahaya Kepentingan Asing di Sektor Tembakau
A A A
JAKARTA - Impor tembakau yang tidak terkontrol dipastikan membuat kalangan petani dalam negeri kian terdesak. Diperlukan kebijakan roadmap agar impor tembakau secara perlahan dikurangi.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2012 impor tembakau tembus hingga 151 ribu ton. Kemudian di 2013 mencapai 135 ribu ton, kemudian 2014 tercatat impor tembakau mencapai 111 ribu ton. Adapun pada 2015 impor tembakau mencapai 81 ribu ton, dan di 2016 tercatat impor tembakau 91 ribu ton.

Ekonom senior Institut Pertanian Bogor (IPB), Ricky Avenzora, mengemukakan, dinamika penguasaan impor tembakau tersebut dapat diibaratkan sebagai "7th-phase of trickle down effect" (fase ke 7 dari dampak negatif) yang harus ditanggung bangsa Indonesia akibat kebodohan politik dagang internasional yang dijalani selama ini.

"Pada fase pertama hingga keenam, kita semua telah membiarkan industri tembakau kita dihancurkan oleh isu bahaya merokok, membiarkan petani tembakau kita dilemahkan oleh pelaksanaan rezim pajak progresif tembakau, membiarkan "runtuhnya" industri rokok kita, hingga membiarkan industri rokok kita diakuisisi oleh negara asing yang jadi pesaing kita," jelas Ricky, saat dihubungi belum lama ini.

Paling parah, membiarkan bangsa asing menarik rente ekonomi melalui berbagai kedok "foundation". Ricky menambahkan, pada fase ketujuh ini, asing bukan saja sedang ingin melumpuhkan para petani tembakau, melainkan juga sedangan secara sistematis membunuh petani tembakau kita.

Semua itu, kata Ricky, berbagai tanda bahaya itu mestinya sangat mudah dipahami oleh para akademisi. Sayangnya banyak akademisi bukan saja tidak mempunyai integritas kebangsaan, melainkan jadi kepentingan asing dalam melumpuhkan kepentingan Indonesia sembari menerima dana-dana asing.

"Selama rezim pemerintah yang berjalan masih dikelililingi para "mafia rente", maka pemerintah akan selalu plintat-plintut dan tidak akan pernah menyadari semua bahaya itu," tegasnya.

Situasi kian runyam dan buruk sejalan dengan diberlakukannya "global first politic" oleh Rezim Jokowi, dan menjadi lebih buruk lagi bersamaan dengan tidak terukurnya proyeksi dan kepastian manfaat pembangunan dalam jangka menengah dan jangka panjang.

Menurut Ricky, ambisi keberhasilan Rezim Jokowi yang diorientasikan pembangunan infrastrukur secara serentak melalui skema utang dan konsesi pada dan untuk bangsa asing, hanyalah memberi kepastian manfaat jangka pendek bagi kontraktor dan supliernya.

Sedangkan dalam jangka menengah dan panjang, nilai ekonomi infrastruktur yang dibangun masih sangat diragukan.

"Jika dikaitkan dengan dinamika tersebut, maka semua petani tembakau perlu bersiap-siap untuk terpaksa menjual lahan mereka atas berbagai skenario okupasi yang sangat tidak bermoral melalui banyak pihak," pungkas Ricky.
(ven)
Berita Terkait
Didominasi Perempuan,...
Didominasi Perempuan, Pekerja di Industri Hasil Tembakau Mayoritas Jadi Tulang Punggung Keluarga
Cerita Paino, Kesejahteraan...
Cerita Paino, Kesejahteraan Meningkat hingga Kuliahkan Anak Berkat Bertani Tembakau
Festival Industri Tembakau...
Festival Industri Tembakau Garut 2020 Pacu Pemasaran Produk Hasil Tembakau
Warga Jember Tolak Hari...
Warga Jember Tolak Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Produk HPTL Meningkat,...
Produk HPTL Meningkat, Pemerintah Harus Tingkatkan Kajian Ilmiah
Berperan pada Program...
Berperan pada Program Asta Cita, Pemerintah Diminta Lindungi IHT
Berita Terkini
Perdana, PT Ceria Berhasil...
Perdana, PT Ceria Berhasil Produksi Ferronickel
16 menit yang lalu
MNC Asset Management...
MNC Asset Management Mendorong Program Dana Abadi di Seluruh Kampus Indonesia
41 menit yang lalu
MNC Asset Management...
MNC Asset Management dan Universitas Binawan Teken MoU Endowment Fund Dukung Beasiswa
1 jam yang lalu
Efek Tarif AS, Sejumlah...
Efek Tarif AS, Sejumlah Pabrik di China Mulai Stop Produksi
2 jam yang lalu
BNI Cetak Laba Bersih...
BNI Cetak Laba Bersih Rp5,4 T di Awal 2025, Kredit dan Tabungan Tumbuh Solid
2 jam yang lalu
PCP Raih Standar Internasional...
PCP Raih Standar Internasional Tertinggi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3 jam yang lalu
Infografis
Perbandingan Pangkalan...
Perbandingan Pangkalan Militer AS vs China di Dunia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved