Produktivitas Pekerja Inggris Menyusut Mendekati Saat Krisis

Kamis, 06 Juli 2017 - 13:28 WIB
Produktivitas Pekerja Inggris Menyusut Mendekati Saat Krisis
Produktivitas Pekerja Inggris Menyusut Mendekati Saat Krisis
A A A
LONDON - Produktivitas pekerja Inggris turun kembali ke level pra-krisis, menurut angka resmi terbaru. Output per jam mengalami penyusutan 0,5% dalam tiga tiga bulan pertama tahun ini, menurut data Kantor Statistik Nasional (ONS).

Pada akhir 2016, produktivitas sempat kembali ke tingkat sebelum krisis namun kini kembali tergelincir kembali. Bahkan mendekati posisi 0,4% pada akhir 2007, silam menurut ONS. Ekonom sendiri telah memperingatkan bahwa produktivitas Inggris terus tertinggal di belakang mitra dagang utama seperti AS, Prancis dan Jerman.

"Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja Inggris masih terus berjuang sejak krisis ekonomi 2008. Pada kuartal pertama tahun 2017 tercatat masih jatuh untuk semakin menjadu dari pertumbuhan positif," ucap Kepala Produktivitas ONS Philip Wales.

Saat ini produktivitas terus merosot ke level yang mengejutkan. Kejatuhan 0,5% dalam tiga bulan pertama tahun membawa kemampuan ekonomi Inggris untuk membawa kembali di bawah level 2007. Para ekonom melihat Inggris telah melakukan pemulihan ekonomi sejak krisis keuangan terdorong lama waktu bekerja serta jumlah pekerja.

Di sisi lain produktivitas telah gagal untuk tumbuh secara konsisten, menimbulkan kekhawatiran untuk bisnis dan pembuat kebijakan. Presiden federasi untuk usaha kecil, Mike Cherry mengatakan produktivitas berada dalam posisi kronis dan diperburuk oleh ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya tercermin dari pertumbuhan lamban upah pekerja.

Angka-angka tersebut menurut Pengamat ekonomi Chartered Institute Ian Brinkley menjadi tanda untuk segara bertindak dan sebagai pengingat bahwa Brexit atau keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (UE) bukanlah satu-satunya tantangan yang dihadapi Inggris. "Inggris akan sulit bersaing apabila tidak mengatasi produktivitas rendah, upah dan standar hidup masyarakat ditambah setelah kita meninggalkan Uni Eropa," paparnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7310 seconds (0.1#10.140)