Gubernur Jatim Dorong Peningkatan Investasi Asing
A
A
A
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo terus berupaya menarik investasi, terutama dari luar negeri untuk menanamkan modalnya di Jatim. Orang nomor satu di provinsi paling timur pulau Jawa itu memastikan, Jatim aman dan nyaman untuk investasi.
Soekarwo mengatakan, saat ini pihaknya tengah merayu Australia untuk meningkatkan investasinya di Jatim. Menurutnya, posisi Jatim sangat strategis bagi investasi, yakni sebagai pintu masuk (hub) Indonesia timur atau di tengah-tengah arus distribusi barang dan jasa (center of grafity).
“Saat ini pasar Indonesia sangat menguntungkan bagi Australia. Jumlah penduduk Indonesia lebih dari 200 juta orang, atau sekitar 40% pasar ASEAN ada di Indonesia,” katanya, Kamis (13/7/2017).
Ketua DPD Partai Demokrat Jatim ini menambahkan, Australia dan Indonesia adalah tetangga dekat. Sehingga hubungan keduanya harus berjalan dengan baik. Selain itu, Jatim sendiri telah lama menjalin kerja sama dengan Australia di bidang ekonomi, pendidikan, dan perdagangan.
Terlebih lagi Jatim merupakan sister province bagi Australia Barat. "Investasi terbesar dari Australia terdiri dari sektor konstruksi, makanan, kayu, dan mineral non-logam," ujarnya.
Dia menambahkan, investasi Australia di Jatim sampai dengan triwulan I 2017 sebanyak 66 proyek dengan nilai investasi USD894 juta dan menyerap 3.772 tenaga kerja. Di bidang perdagangan, komoditas utama non migas Jatim yang diekspor ke Australia, diantaranya kayu, bahan bakar dan mineral, kertas, produk industri farmasi, serta besi dan baja.
Sedangkan komoditas utama non migas Jatim yang diimpor dari Australia diantaranya gandum-ganduman, perhiasan atau permata. "Komoditas seperti alumunium, mesin-mesin, serta berbagai produk kimia dan plastik juga masih impor dari Australia," katanya.
Untuk meningkatkan investasi, Soekarwo menandaskan pihaknya sudah menyiapkan sejumlah infrastruktur. Diantaranya, lahan untuk pembangunan kawasan industri seluas 24.864 hektare. Lahan itu tersebar di Jombang, Tuban, Lamongan, Kota Malang, Gresik utara, JIIPE Gresik, Banyuwangi dan Mojokerto.
Saat ini, sudah ada 2.220 lahan kawasan industri yang sudah operasional. Seperti PT Surabaya Industry Estate Rungkut (SIER) dan PT Kawasan Industri Gresik (KIG). "Yang tidak kalah penting adalah pendidikan vokasional (ketrampilan). Pembangunan negara bisa gagal ketika pendidikan sumber daya manusia ini tidak diperhatikan," katanya.
Pakde Karwo--panggilan Soekarwo menambahkan--investasi harus meningkat agar ada penyerapan tenaga kerja. Masalah kesehatan juga menjadi persoalan serius agar produktifitas tenaga kerja bisa meningkat. Yang juga menjadi perhatian, masih kata Soerkarwo, adalah persoalan keamanan. Keamanan ini juga faktor kunci pengusaha tertarik untuk investasi.
Untuk itu, pihaknya mensinergikan tiga pihak yakni tentara, polisi dan aparat kelurahan untuk pencegahan kerusuhan sejak dini. "Sekitar 80% impor Jatim adalah bahan baku. Ketika ada pembangunan smelter di Jatim, maka neraca perdagangan kita akan surplus," pungkasnya.
Sementara itu, Tim Ahli Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Jamhadi mengatakan, sektor swasta memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan dan pembangunan. Dia berharap kerja sama antara sektor swasta dengan pemerintah bisa dijalin lebih erat lagi dalam berbagai bidang. Mulai dari investasi, peningkatan produktivitas hingga berbagi pengetahuan dan inovasi.
"Yang terpenting keterlibatan pemerintah dalam mengembangkan lingkungan yang kondusif untuk wirausahawan, pertumbuhan pasar domestik dan partisipasi dalam perdagangan," katanya.
Soekarwo mengatakan, saat ini pihaknya tengah merayu Australia untuk meningkatkan investasinya di Jatim. Menurutnya, posisi Jatim sangat strategis bagi investasi, yakni sebagai pintu masuk (hub) Indonesia timur atau di tengah-tengah arus distribusi barang dan jasa (center of grafity).
“Saat ini pasar Indonesia sangat menguntungkan bagi Australia. Jumlah penduduk Indonesia lebih dari 200 juta orang, atau sekitar 40% pasar ASEAN ada di Indonesia,” katanya, Kamis (13/7/2017).
Ketua DPD Partai Demokrat Jatim ini menambahkan, Australia dan Indonesia adalah tetangga dekat. Sehingga hubungan keduanya harus berjalan dengan baik. Selain itu, Jatim sendiri telah lama menjalin kerja sama dengan Australia di bidang ekonomi, pendidikan, dan perdagangan.
Terlebih lagi Jatim merupakan sister province bagi Australia Barat. "Investasi terbesar dari Australia terdiri dari sektor konstruksi, makanan, kayu, dan mineral non-logam," ujarnya.
Dia menambahkan, investasi Australia di Jatim sampai dengan triwulan I 2017 sebanyak 66 proyek dengan nilai investasi USD894 juta dan menyerap 3.772 tenaga kerja. Di bidang perdagangan, komoditas utama non migas Jatim yang diekspor ke Australia, diantaranya kayu, bahan bakar dan mineral, kertas, produk industri farmasi, serta besi dan baja.
Sedangkan komoditas utama non migas Jatim yang diimpor dari Australia diantaranya gandum-ganduman, perhiasan atau permata. "Komoditas seperti alumunium, mesin-mesin, serta berbagai produk kimia dan plastik juga masih impor dari Australia," katanya.
Untuk meningkatkan investasi, Soekarwo menandaskan pihaknya sudah menyiapkan sejumlah infrastruktur. Diantaranya, lahan untuk pembangunan kawasan industri seluas 24.864 hektare. Lahan itu tersebar di Jombang, Tuban, Lamongan, Kota Malang, Gresik utara, JIIPE Gresik, Banyuwangi dan Mojokerto.
Saat ini, sudah ada 2.220 lahan kawasan industri yang sudah operasional. Seperti PT Surabaya Industry Estate Rungkut (SIER) dan PT Kawasan Industri Gresik (KIG). "Yang tidak kalah penting adalah pendidikan vokasional (ketrampilan). Pembangunan negara bisa gagal ketika pendidikan sumber daya manusia ini tidak diperhatikan," katanya.
Pakde Karwo--panggilan Soekarwo menambahkan--investasi harus meningkat agar ada penyerapan tenaga kerja. Masalah kesehatan juga menjadi persoalan serius agar produktifitas tenaga kerja bisa meningkat. Yang juga menjadi perhatian, masih kata Soerkarwo, adalah persoalan keamanan. Keamanan ini juga faktor kunci pengusaha tertarik untuk investasi.
Untuk itu, pihaknya mensinergikan tiga pihak yakni tentara, polisi dan aparat kelurahan untuk pencegahan kerusuhan sejak dini. "Sekitar 80% impor Jatim adalah bahan baku. Ketika ada pembangunan smelter di Jatim, maka neraca perdagangan kita akan surplus," pungkasnya.
Sementara itu, Tim Ahli Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Jamhadi mengatakan, sektor swasta memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan dan pembangunan. Dia berharap kerja sama antara sektor swasta dengan pemerintah bisa dijalin lebih erat lagi dalam berbagai bidang. Mulai dari investasi, peningkatan produktivitas hingga berbagi pengetahuan dan inovasi.
"Yang terpenting keterlibatan pemerintah dalam mengembangkan lingkungan yang kondusif untuk wirausahawan, pertumbuhan pasar domestik dan partisipasi dalam perdagangan," katanya.
(ven)