Perkuat Daya Beli, Masyarakat Berpenghasilan Rendah Harus Diberikan Insentif

Kamis, 03 Agustus 2017 - 04:39 WIB
Perkuat Daya Beli, Masyarakat...
Perkuat Daya Beli, Masyarakat Berpenghasilan Rendah Harus Diberikan Insentif
A A A
JAKARTA - Perekonomian Indonesia pada semester I 2017 tumbuh positif sebesar 5,01%. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi semester II 2017 bisa mencapai 5,2%. Salah satu faktor yang bisa mendukung kinerja pertumbuhan ekonomi di sisa tahun 2017 ini adalah konsumsi rumah tangga.

Berharap konsumsi rumah tangga bisa menjadi penunjang, yang terjadi belakangan ini adalah menurunnya daya beli masyarakat. Situasi makroekonomi yang cukup baik ternyata tidak sejalan dengan kondisi sektor riil.

Hal ini terlihat dari menurunnya penjualan ritel, semen, otomotif, dan lain sebagainya. Anggota Komisi XI DPR, M. Sarmuji lantas meminta pemerintah untuk mencari jalan keluar dan solusi mengatasi kontradiksi makro dan mikro ini.

Menurutnya, kondisi perekonomian memang agak membingungkan. Data perekonomian seolah ada anomali antara makro ekonomi dan mikro ekonomi. Penyebabnya belum tentu karena daya beli rendah. Sebabnya, kalau terjadi penurunan daya beli biasanya dikarenakan terjadi inflasi yang tinggi.

Sarmuji bilang, kondisi demikian bisa juga disebabkan karena masyarakat menahan diri untuk belanja, karena kemungkinan pengeluaran yang lebih tinggi di belakang hari atau karena kepercayaan terhadap prospek penghasilan yang berkurang. Demikian juga dengan inflasi yang rendah bisa diakibatkan penurunan daya beli atau karena masyarakat menahan diri karena ekspektasi pengeluaran yang lebih tinggi.

“Karena itu, pemerintah harus memberikan insentif untuk memperkuat daya beli utamanya pada masyarakat dengan penghasilan rendah,” kata Sarmuji di Gedung Parlemen Senayan, Rabu (2/8/2017).

Dikatakan Sarmuji, momentum ini sekaligus bisa dimanfaatkan untuk memperkecil kesenjangan dan kemiskinan. Dalam konteks itu, lanjut dia, pemerintah perlu memperkuat program padat karya dan menambah pemberian subsidi langsung kepada masyarakat yang berhak menerima.

“Program pembangunan infrastruktur sebaiknya direlaksasi agar likuiditas di sektor keuangan tidak terserap secara dominan ke sektor tersebut. Sehingga bisa digunakan untuk menggerakkan sektor produksi dan konsumsi,” ujar politikus Golkar itu.

Sarmuji mengatakan, pemerintah juga perlu mendorong ekspor agar sektor produksi dalam negeri memiliki pangsa alternatif yang lebih baik. Pada gilirannya jika produksi dapat terserap di pasar luar negeri, perekonomian dalam negeri juga akan membaik.

Lebih lanjut menurutnya, sektor wisata juga harus terus ditingkatkan agar lebih menarik kunjungan wisatawan luar negeri. “Sektor pariwisata akan memberikan efek berganda terutama tumbuhnya ekonomi kreatif. Sektor ini juga tidak terpengaruh dengan kelesuan ekonomi mikro dalam negeri,” katanya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0809 seconds (0.1#10.140)